Chelsea
musim ini rentan kebobolan dari penampilan mereka musim lalu, hal ini
dikarenakan selain tak punya pemain yang cukup berkompeten di lini tengah
selepas hengkangnya Matic, faktor lainnya ialah Chelsea bermain 2 kali tiap
pekan sehingga rotasi pun dilakukan oleh Conte yang membuat pemain belum
memahami strategi Conte dengan maksimal. Maka tak heran Chelsea kembali kalah
dan harus berjuang lebih keras lagi apabila berniat finish nomor 2 dibelakang
City.
Hasil
tengah pekan lalu, dimana Chelsea yang difavoritkan menang atas Bournemouth,
justru tersungkur di kandangnya sendiri. Bermain dengan formasi favorit
Conte(3-4-3), dimana lagi-lagi tak ada pilihan bagi Conte selain memainkan
false nine yang ditempati Eden Hazard kembali berakhir kekecewaan. Conte seperti
memaksa Hazard untuk berperan ganda dalam pertandingan itu. Selain menjadi
target man, Conte juga menginstruksikan Hazard untuk menjadi playmaker
serangan. Hal ini dikarenakan karena 2 gelandang mereka pada laga
itu(Kante-Bakayoko) terkurung oleh gelandang The Cherries.
Strategi
lawan dengan menggunakan high pressing membuat 2 gelandang tengah dan 3 bek
mereka kewalahan sehingga mereka sering menggunakan long pass, baik dari bek
atau kiper Chelsea. Tetapi, hal ini memang membuat mereka kehilangan penguasaan,
karena lini depan Chelsea taka da satupun pemain pada laga itu yang berpostur
besar laiknya Morata. Morata kala itu dikabarkan masih cedera dan memainkan
Giroud adalah hal yang tidak mungkin mengingat dia baru sehari latihan bersama
tim. Dengan demikian jelaslah alasan Conte tidak memasang Giroud di line up
atau cadangan sekalipun pada laga itu.
Ditambah
cederanya Christensen membuat semuanya lebih buruk lagi, karena memasang Cahill
di bek tengah bukanlah hal baik. Conte seharusnya menggantikan Christensen
dengan Ampadu karena tipikal keduanya hampir sama, yaitu tidak mudah terpancing
ketika bola yang dikuasai lawan sudah melewati lini tengah Chelsea. Hal ini
justru sebaliknya. Conte lebih memilih Rudiger dan menggeser Cahill ke tengah.
Cahill selalu mudah terpancing untuk menempel ketat pemain Bournemouth ketika
bola sudah melewati 2 gelandang Chelsea, sehingga gelandang Bournemouth mudah
melakukan through pass menuju lini depan mereka yang mampu lolos lebih cepat
dari 2 bek Chelsea lainnya, terutama Azpilicueta dalam laga ini, sehingga mudah
melakukan penyelesaian akhir.
Hal
ini terlihat dalam 2 gol Bournemouth. Cahill yang sudah diplot di tengah malah bermain
seperti di posisi aslinya di bek tengah kiri. 2 gol lawan tercipta karena aksi
kapten Chelsea tersebut. Azpilicueta yang sepanjang laga dipressing ketat satu
pemain Bournemouth jelas tidak mungkin mengawal satu pemain lagi yang
seharusnya dijaga kapten Chelsea tersebut.
Strategi
Conte yang memasukkan Fabregas menggantikan Barkley justru kurang berasa dalam
penyerangan, karena Fabregas bermain lebih kedalam daripada Barkley, sehingga
setelah itu peran Bakayoko yang sebelumnya tak terlihat sebelum Fabregas masuk
semakin terbenam lagi. Penyerangan Chelsea hidup kembali ketika Hudson-Odoi
masuk menggantikan Zappacosta. Ketika semangat Chelsea mulai hidup lagi mereka
justru kembali kemasukan 1 gol lagi semenit setelah Hudson-Odoi masuk. Hal ini
jelas menjadi death goal bagi Chelsea. Sudah sulit untuk mengejar defisit 3 gol
itu.
Dalam
hal ini andil Bakayoko dalam bertahan patut dipertanyakan. Ketika itu pemain
Bournemouth sedang memegang bola di depan kotak penalti Chelsea setelah sepak
pojok Bournemouth dilakukan. Seharusnya pemain Chelsea termasuk Bakayoko
bermain bertahan dan menunggu kesempatan untuk menyerang balik. Tetapi yang
dilakukan Bakayoko ialah bersiap lari keluar dari kotak membuka ruang bagi
lawan untuk menembak atau mengumpan dan mengabaikan segala kemungkinan bola
yang dikuasai lawan akan mengarah padanya, karena saat itu Stanislas yang
menguasai bola sedang dijaga Fabregas dan Azpi. Sayangnya Fabregas ini malah
melakukan hal yang sama yang dilakukan Azpilicueta dan itu bukan salahnya
karena posisi Fabregas sedikit lebih melebar. Lalu hal ini jeli dilakukan oleh
Stanislas yang melihat posisi Bakayoko sedikit lebih kedepan sehingga dengan
mudah mengumpan kepada Ake yang langsung menyambarnya ke gawang.
Kekalahan
ini harus segera dievaluasi dan Conte harus berfikir ulang apakah memasang
Cahill ditengah adalah hal yang tepat. Di sisi lain, ketika Chelsea saat itu
ingin mengejar ketertinggalan 2 gol, Conte malah mengubah formasi dari 3-4-3
menjadi 3-5-2 dengan memasukkan Fabregas. Jelas serangan Chelsea semakin minim.
Hal ini membuat banyak orang berasumsi bahwa formasi 3-5-2 belum layak digunakan,
terutama ketika bermain menyerang.
Semoga
dengan kehadiran Barkley, Giroud, dan Palmieri di bursa transfer bulan kemarin
akan membuat Conte percaya dan mengoptimalkan formasi 3-4-3 Chelsea seperti
saat mereka menjuarai Premier League musim lalu. Terutama dengan 2 nama pertama
yang diharapkan mampu memberi pilihan penyerang sehingga bisa meringankan tugas
Morata dan Hazard. Alasan mendatangkan Giroud karena tak puas dengan performa
Batshuayi yang kini dipinjamkan harus berdampak baik buat tim. Callum
Hudson-Odoi, pemain pengganti yang bermain baik di laga melawan Bournemouth,
bisa memberi tambahan lagi di barisan penyerangan, sehingga Conte tak perlu
khawatir ketika harus kehilangan Willian seperti laga tersebut.
Datangnya
Giroud diharapkan mampu dimanfaatkan baik oleh Fabregas. Giroud yang jago dalam
heading akan sangat menyukai umpan
yang diberikan oleh Fabregas atau Azpilicueta, sehingga peran Hazard yang
terus-menerus dijadikan playmaker
tentunya akan berkurang. Tinggal hanya perlu menunggu David Luiz, Morata, dan
Willian untuk pulih dan siap bertarung habis-habisan di sisa musim.