Mendidik anak terutama untuk membentuk karakter yang baik
tentu ada dalam setiap benak keluarga. Tantangannya itu yang berat dan banyak
yang tidak diduga. Tantangan berat itu kadang masa/waktu bisa berbeda-beda.
Bahkan kakak beradik saja masa sulit untuk menjadi anak yang jempolan juga
berbeda apalagi orang lain.
Demikian pula ketika orang tua harus turun tangan menjaga
anaknya “tidak kemana-mana”. Dulu kami mengalaminya saat anak-anak kelas 3-4
SD. Kebetulan kami bekerja diluar kota, satu di Kalimantan timur dan satu di
Jogja. Anak-anak waktu itu sulit dikendalikan bahkan mbak Ida yang lumayan
sabar saja berniat undur diri.
Papa mengambil keputusan untuk tidak memperpanjang kontrak
yang ditawarkan meski kehilangan pendapatan yang luar biasa. Faktanya itu
menjadi keputusan yang hikmahnya luar biasa. Kini tantangan itu hadir lagi dan
makin berat. Si Sulung maniak betul main game di hp.
Bundanya tertekan luar biasa sedangkan papa berada di luar
kota. Berbagai cara dilakukan papa melalui komunikasi wa atau sms ya begitu
saja. Faktanya game itu tidak hanya membuatnya menghabiskan waktu dengan pegang
hp namun emosinya meledak-ledak. Adiknya yang paling kecil mendekat apalagi
mengajaknya bercanda selalu jadi masalah. Adiknya yang cewek apalagi, cara
mengingatkan kakaknya juga sudah tidak pas duluan. Malah menjadi-jadi dan bikin
runyam.
Papa meminta mama untuk menarik diri meski papa tidak sedang
dirumah. Maklum bila mama turun tangan hampir tidak digubris dan persoalan
tambah runyam. Padahal sebelum masuk sekolah, si kakak baru saja merobekkan
slebor depan akibat tersangkut bus. Lha gimana tidak robek, kalau bus yang bisa
berhenti seenaknya diikutin dengan menempel.
Belum seminggu masuk sekolah, mainan game di hp menjadi
rutinitas. Dibilangin mesti menjawab iya tapi tidak diikutin. Baru 3 malam papa
tidak dirumah, mama akhirnya drop. Si kakak entah apa yang dilakukan. Kedua
adiknya terpaksa diisolir berkomunikasi agar kondisi tidak makin runyam.
Bila tidak berubah juga, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan. Yang jelas bukan berbentuk kekerasan. Papa sendiri tujuan utama
hanya untuk membentuk karakternya dan yakin segala keputusan ada
konsekuensinya. Selalu yakin dengan langkah yang bakal diambil. Toh semua itu
dilakukan demi kebaikannya. Semoga kau faham dan bisa merubah dirimu sebelum
menyesal datang belakangan.
0 komentar:
Posting Komentar