Malam ini, kabar gembira menyeruak ditengah himpitan puasa. Mas Afin membikin prestasi (yg mungkin bagi org lain biasa) tapi bagi kami menjadi luar biasa. Tidak hanya berani mengaji di depan teman2 TPA masjid Istiqomah namun suaranya juga kenceng dan tidak begitu grogi. Dalam perbincangan papa dengan mas Afin melalui jaring sosial facebook papa eksplorasi pengalaman itu. Mengaji di kelompok Al Quran dan di depan teman-temannya (bukan teman sekolah dan ini pertama kalinya melakukan), pakai mik serta dilingkungan rumahnya sendiri merupakan hal yang baru. Yang membikin bangga papa dan mamanya adalah ngajinya tetap lancar malah diminta 2 kali. Dari 2 kali baca Al Quran ternyata hanya salah 1 kali.
Dibanding teman-temannya memang dia lumayan walau ada yang masih kelas 4 dan ada yang sudah kelas 6. Tetapi, dia datang terlambat. Itu yang membikin lebih positif karena selama ini dia termasuk anak yang jarang tampil. Bahkan sama pak ustadz ditanya rumahnya lantas dia jawab "anaknya pak Iral mawar VI". Ketika kuledek pasti pak ustadz ga kenal papa, dia cuma menampilkan simbol wajah tersenyum sembari menjawab tidak tahu. Kupertegas apakah suaranya pelan, jadi sulit membaca atau keringetan, dia menjawab keringetan tapi suaranya masih kenceng. Kubilang itu namanya sdh tidak grogi, dan dia kembali tersenyum.
Kak, kau memang anak yang luar biasa seperti adik-adikmu. Setiap anak memiliki keunggulan yang kadang kalau orang tua tidak mengolahnya akan menjadi seperti anak biasa saja. Pukul 20.30 sebelumnya ada 2 anak tetangga kami juga bermain kerumah namanya nevin dan abid. Mereka sering bermain ke rumah kami, cerita mamanya. Dan ketika kutanya pada kakak, mereka sudah pulang dijawab sudah dan diantar. OMG, kau telah tahu tanggungjawab mengantar teman-teman kecilmu yang masih di TK maupun belum sekolah. Padahal tak ada yang menyuruhmu begitu. Artinya didikan kami masuk dalam sanubarimu dan kubilang itu namanya kau bisa tahu apa tugas dan tanggungjawabmu.
Mas Afin, papa mama bangga atas apa yang sudah kau lakukan bahkan untuk dirimu sendiri. Terus tumbuhlah jadi pribadi yang peduli pada yang lain seperti harapan orang tuamu, bertanggungjawab atas tindakan maupun melindungi pihak lain yang memang harus menjadi tanggungjawabmu. Kelak kau kan tumbuh dewasa melindungi adik-adikmu juga bundamu sayang. Kau sudah tak sabar menunggu kedatangan papamu juga mama, dek alma dan dek adhan. Papa juga tak sabar menunggu waktu esok tiba. Melakukan perjalanan yang cukup singkat untuk memeluk, merangkul, mencium dan merasakan rasa rindu yang luar biasa. Papa juga merindukan bs terus bersama kalian.
Di kelas ternyata kau bukan pengurus kelas dan tak kecewa karenanya. Anakku, belajarlah menerima yang memang tak seharusnya kau tak terima. Yang penting berusahalah jadi yang terbaik agar tidak hanya membahagiakan orang tuamu tetapi juga dapat menularkan dan menyebarkan virus kebaikan pada yang memang harus kau lindungi. Karena kadang ada orang yang tak beruntung dan disitulah letak kewajibanmu melindungi sesamanya. Semoga harapan orang tuamu tak membebanimu kelak. Apa yang bisa kau capai, capailah dan yang tak bisa karena memang tak mampu, pelajarilah. Bukan untuk gagah-gagahan namun menebarkan payung kedamaian bagi yang lemah.
Anakku, kami orang tuamu tak mampu warisi apa yang bisa kau sentuh tetapi kami ingin mewariskan jiwa, semangat dan kepedulian pada sesama. Cukup sudah kami banyak merasakan kegentingan akibat kesewenangan orang lain yang tak peduli. Maka kami berharap kelak kau akan menjaga orang-orang itu. Semailah benih kedamaian, persahabatan dan cinta kasih pada sesama. Tumbuhlah jadi diri sendiri dan menjalankan mandat itu. Cinta dan kasih sayang kami kan terus mengalir tanpa henti. Tularkan pada adik-adikmu dan jadilah pria yang menjadi dambaan para tokoh, para aktivis, para kaum tertindas untuk menunjukkan bahwa kau bisa melakukan perlindungan itu. Trims sayang.....
0 komentar:
Posting Komentar