Memiliki anak gemar membaca, menulis atau bercerita sebenarnya bukan tanpa rangsangan. Semua dilakukan melalui proses yang sederhana namun harus kontinue. Tanpa konsistensi proses, ya ga bakalan tiba-tiba anak memiliki kegemaran tersebut.
Sebuah barang selalu melalui proses dari pengolahan.
Berharap sekolah mampu membentuk karakter bagaikan mimpi sebab kurikulum sekolah di Indonesia lebih fokus pada kemampuan anak dalam memiliki pengetahuan. Jadi aspek kognitif yang dibentuk bukan pembentukan karakter. Kami dirumah sering memberi contoh gemar membaca, saling bercerita atau main tebak-tebakan.
Buku, koran, cerita adalah tradisi dalam keluarga yang terus dicontohkan.
Kini si kecil, dik Adhan sudah mulai tertular virus itu. Pulang sekolah mama papa sering bertanya aktivitas di sekolah kemudian ditanya secara mendalam. Akibatnya adik juga suka bertanya mendetil tentang apa yang mau diketahui terutama soal kereta. Bahkan ada kata asal-asalan yang turut ditanyakan.
"Mbah, dran itu apa mbah" tanya adik pada mbah utinya. Nggak tahu dapat kata dari mana dan itu menjadi candaan kami semua. Syukurlah rangsangan itu sudah membudaya dalam dirinya.
0 komentar:
Posting Komentar