Setelah dari Gembira Loka, kami melanjutkan kunjungan ke
Candi Prambanan yang sudah lama kami inginkan bisa mengunjunginya. Wah tingkat
kepadatan Prambanan lumayan tinggi dibandingkan dengan Gembira Loka. Kami
langsung menuju lokasi dan menikmati peninggalan sejarah yang luar biasa itu.
Kawasan candi sangat luas dan mengagumkan bagi kami.
Kami mengeksplore bangunan dari batu dan mengagumi
bangunan-bangunan bersejarah yang wow itu. Nampak beberapa batu tergeletak tak
tertata yang kata mama “mungkin itu beberapa bagian 1000 candi yang ga jadi itu
ya”. Hmmmm bisa jadi.
Saat kami datang, Nampak rombongan dari Jepang yang
mengagumi betul alam Indonesia. Bayangkan, mereka senang sekali dengan tumbuhan
putri malu yang disentuh langsung menutup itu. Mereka berkerumun bahkan
mengambil gambarnya. Pun bunga kamboja yang berjatuhan mereka baui. Mas Afin
dan mbak Alma memperhatikan perilaku mereka dengan seksama.
Kami beberapa kali mengambil gambar, terutama kami berlima
dengan minta tolong Vivia, teman mbak Alma. Di tengah kami berkunjung ada
beberapa bule dan anak-anak minta foto dengan mereka. Kebetulan sejak dari
Gembira Loka hingga ke Candi Boko sinar matahari bersembunyi di balik awan.
Sehingga liburan jadi lebih menyenangkan.
Jelang sore, kami beranjak ke Candi Boko yang letaknya tidak
cukup jauh. Di kawasan ini, tidak banyak bangunan berdiri tapi terlihat jelas
seperti sebuah kawasan perkampungan yang cukup luas. Tersebar beberapa tempat
yang bila di eksplore lebih optimal akan sangat luar biasa. Tidak hanya pintu
gerbang, gua bawah tanah bahkan ada juga kolam renang.
Papa dan mas Afin sebenarnya masih ingin mengeksplorasi
lebih jauh dengan mendatangi serta menyentuh secara seksama lokasi itu. Sayang
waktu keburu sore hampir pukul 17.00. Harus kami akhiri kunjungan itu. Dik
Adhan yang turut serta eksplorasi mas Afin dan Papa sama sekali tidak terlihat
kelelahan. Masih ceria dan ikut jalan kaki meski dalam perkiraan papa jalan
kaki bisa capai 2 km dari lokasi parkir hingga ke kolam renang di Candi Boko.
Akhirnya hujan turun ketika kendaraan kami melewati Kota
Klaten dan anak-anak tertidur dengan pulas. Mereka puas dan pasti lelah
menempuh 3 lokasi dengan berjalan kaki hampir 10 km. Menjelang masuk delanggu,
mobil berbelok arah melintas jalan lain karena takut terjebak kemacetan yang
tak berujung.