Tanggal 14-18 Maret lalu mama kembali terbang ke Menado, untuk menyelesaikan pekerjaan di kantornya. Perginya mama selama 5 hari membuat kami semua merasa kehilangan apalagi untuk beberapa hari yang sungguh sangat lama. Jelang keberangkatan, hati kami gundah gulana. Dik Adhan juga terlihat agak rewel malam hari sebelum mama terbang.
Kami tidak bisa apa-apa selain hanya mendoakan semoga semua baik-baik saja dan mama segera kembali ke rumah. Beberapa waktu lalu, ketika mama ke Menado suasana begitu tidak mengenakkan. Adik batuk pilek, mb Alma batuk dan mas Afin sempat diare 3 hari. Papa kelimpungan ngurus ini itu.
Untunglah kemarin tidak ada kejadian yang menyedihkan dan hari sungguh cepat berlalu. Tanggal 15 mbak Alma sempat merasa pusing. Kata papa sih cuma kecapekan sehingga butuh istirahat. Alhamdulillah esok harinya sudah bisa masuk sekolah. Dik Adhan yang tiap mau tidur sama mama, tidak rewel meski ga ada mama. Hari-hari yang dilalui juga ceria, makannya juga nambah.
Mama yang ada di Menado jadi tidak terbebani melewati hari tanpa anak-anaknya. Sehari setidaknya 3-4 kali menelpon untuk tanya kabar, tugas rumah dan beberapa hal lainnya. Mb Alma memang sempat sedih dan kepikiran mama namun setelah dibujuk papa, kesedihan itu berangsur beralih pada soal lain.
Pagi setelah mas dan mbak sekolah, papa ngurusi dik Adhan seperti mandiin, dede, jalan-jalan dan tidur pagi. Siang juga nemeni tidur trus sorenya mandiin sama ngajak jalan-jalan dengan mbak Alma atau mas Afin. Walau bagaimanapun meski terlihat lancar tetap saja ada yang hilang dari kami semua tanpa mama dirumah.
Apalagi pas hari Jum'at saat papa menjemput mama. Mas dan mbak waktu itu masih pramuka serta kebetulan pesawat agak telat turun. Antrian ambil tas juga lumayan lama nongolnya sehingga waktu jemput jadi semakin molor. Meski mas dan mbak sudah ditelpon untuk sabar menunggu, tetap saja mereka kesal.
Begitu papa muncul di depan gerbang sekolah ditemani 1 guru saja (karena mas dan mbak sudah diluar, sekolah mau ditutup) mas Afin membentak keras dan merasa kesal. Mbak Alma juga ngomel. Di jalan papa bilangin tentang kondisi yang sebenarnya kenapa telat menjemput. "Bukannya malah bersyukur papa masih bisa jemput dengan selamat" kata papa mengingatkan.
Mas dan mbak terdiam hingga sampai pintu depan rumah. Suasana terasa kaku dan mereka malah tidak memperdulikan mama yang baru sampai. Malam harinya, mas dan mbak dibilangi untuk tidak mengulangi lagi. Dan sebagai ganjarannya, minggu depan ke sekolah harus naik sepeda diluar hari les.