Entah kenapa tiba-tiba leher kanan dik Adhan membesar dan diiringi dengan badan yang agak hangat. Papa yang diceritakan mama, bersantai karena memprediksi bukan apa-apa. Rupanya ketika disuapin mengeluh sakit sehingga cuma makan roti di pagi hari. Agak siang diajak mama makan soto dan cukup lahap. Hari itu dik Adhan tidak masuk sekolah.
Siang sampai malam minat makannya ga begitu tinggi dan tiap ngunyah mesti bilang sakit. Ketika tidur lumayan agak panas suhu badannya. Papa yang biasa tidur malam sesekali cek suhu badan. Alhamdulillah meski anget namun tidurnya cukup pulas. Pagi hari kesesokannya kebetulan bertemu salah satu guru PAUD. Rupanya ada teman dik Adhan habis sakit gondongen. Diprediksi tertular dari temannya.
Kemudian dik Adhan dibawa ke puskesmas untuk diketahui sakit yang sebenarnya. Kami memang memeriksa sakit ke puskesmas jarang langsung ke dokter. Benar yang disampaikan dokter memang sakit gondhongen. Untungnya tidak ada pantangan makan kecuali terlalu panas atau dingin. Diminta menjauhkan peralatan makan dan mandi dengan yang lain. Termasuk tidak sekolah dulu.
Dik Adhan dibilangi mama untuk tidak minum es dulu termasuk es krim. Obat juga harus habis. Alhamdulillah nafsu makannya tetap bagus. Walau kadang mengeluh sakit, namun makan tetap lahap. Suatu sore tiba-tiba dik Adhan bicara sama mama :
"Ma, leherku sudah ga sakit" kata dik Adhan
"Oh ya" sahut mama dengan wajah berseri
"Ayo beli es krim yuk ma" ajak dia
Kami pun yang mendengar terkekeh. Rupanya dia faham bahwa sebelum sembuh tidak bakal dapat es krim. Saat itu sebenarnya belum sembuh total masih ada sedikit tonjolan di leher kanan. Ada-ada saja dik Adhan, seperti mas dan mbaknya yang cerdas.
0 komentar:
Posting Komentar