Sudah sejak pertengahan Agustus, aktivitas papa meningkat pesat. Katanya memang harus mengerjakan proyek yang tenggat waktunya cuma 6 bulan dengan aktivitas yang sangat menyita. Tidak hanya pulang sore, tapi dirumah masih mengerjakan hingga tengah malam. Dalam sebulan bahkan bisa keluar kota 2-3 kali.
Hal itu dilakukannya berturut-turut sampai akhir November. Tiga minggu belakangan malah selalu keluar kota, ke Gunungkidul, Ke Bandarlampung, Ke Tawangmangu dan ke Jakarta. Belum lagi disela-sela jadual itu, agenda mama juga diselingi keluar kota.
Nafsu makan juga kurang, mata rasanya ingin tidur terus. Bangun hanya ke kamar mandi, sholat lantas tidur lagi. Mama, mas, mbak alma sudah membujuk agar papa mau makan karena tanpa makan tentu tidak ada tenaga untuk menggerakkan.
Selasa diperiksakan ke dokter, rupanya memang harus rehat dari aktivitas. Dokter menyarankan untuk rehat tidak tanggung-tanggung, untuk 7 hari. Awalnya papa menolak diperiksa karena memang hanya merasa lemas bukan merasa sakit.
Tentu papa menolak dan hari Rabu, papa sudah mulai kembali masuk kerja. Sehari kemudian, papa sudah kembali seperti biasa, bekerja. Berangkat pagi, pulang sore. Ah anak-anak selalu ingin ayahnya ada disaat mereka tumbuh perlahan menjadi remaja. Menjadi orang yang memang mendampingi ketika kelak mereka menjadi generasi penerus.
0 komentar:
Posting Komentar