Beruntung anak-anak kalau tidur tidak begitu merepotkan sehingga tidak ada yang harus dipersiapkan waktu malam tiba. Mereka bisa terlelap tanpa perlu mempersiapkan botol susu, guling khusus atau dot maupun empeng. Pengkondisian persiapan tidur dengan doa, diceritain yang damai dan lelap pun menemani mereka hingga pagi hari. Lampu terbiasa mati supaya terbiasa bila gelap.
Mbak Alma mudah banget tidurnya dan sejak kecil kebetulan tidak ngempeng atau ngedot. Jadi kami tidak pontang-panting menyapihnya. Sempat jelang tidur diusia 6-8tahun kadang mama bercerita atau membaca buku cerita sebagai pengantar tidur. Dan itu tidak jadi sugesti atau keharusan melewati malam-malamnya. Memang sih pada usia 2,5 tahun hingga 4 tahun perlu dikipasi sampai terlelap.
Kalau berhenti belum terlelap akan membangunkan. Mama yang sering diprotes sebab lebih sering tidur duluan dibanding mbak Alma. Itu yang membikin dia lebih suka dikeloni papa. Saat usia 1-2 tahun lebih suka memasukkan 4 jari kemulutnya untuk kenyamanan. Ini yang menyebabkan kami agak was-was, takut mulutnya berubah jika besar nanti. Makanya bila jelang terlelap, keempat jarinya kami tarik.
Ibu jarinya tersisa dalam mulutnya dan itu lumayan dibanding sebelumnya. Namun itu juga kembali tak menenangkan hati sewaktu membaca dampaknya. Mengubah kebiasaan itu tak mudah dan harus secara perlahan ketika matanya hampir terpejam. Untunglah kini tinggal ibu jarinya yang digesek-gesek kesuluruh permukaan bibirnya demi nina bobok. Itu kalau di ibu jarinya ada kerutan patahan kulit.
Jika tak ada yang kasar, maka jari tangan yang lain sibuk mencari patahan itu. Kalau tidak, ya akan dipecahin beberapa kulit sebagai alat meninabobokkannya. Kadang papa godain dengan pakai tangan papa, eh sering ga mau. Tidak enak katanya. Dan kenapa harus dibibir? mbak Alma bilang enak sih. Ehmmm... kebiasaan yang jarang dilakukan anak-anak yang lain. Semoga catatan ini suatu saat nanti mbak Alma baca dan papa nunggu komentarnya yah....
0 komentar:
Posting Komentar