30 Oktober lalu mas Afin ikut tampil dalam lomba science di tv lokal dengan 14 temannya dari SD DJI. Mereka bertanding melawan 2 SD lainnya yang satu swasta dan yang satunya negeri. Persiapan oleh sekolah dilakukan setelah jam tambahan pelajaran selama 10 hari. Memang melelahkan sehingga sampai dirumah kelelahan.
Tak apa, sebagai ajang menempa diri dalam menyiapkan sesuatu. Banyak pembelajaran yang dia dapatkan selama menjalani persiapan itu. Alhamdulillah kesehatan dan kestabilan emosinya terjaga. Pelajaran harian juga masih bisa diterima dengan baik. Hal itu terlihat dari saat ditanya berapa nilai yang diperoleh selalu diatas 80.
Mengikuti lomba mewakili sekolah adalah pengalaman pertama sehingga terkesan agak nervous. Papa mama mendorong dia untuk jadi juru bicara namun pihak sekolah memutuskan temannya, Hasan yang jadi juru bicara. Tayangannya sendiri disiarkan pada tanggal 13 November dan kami menyaksikan bersama dirumah.
Pada sessi ketrampilan yaitu memukul bola pingpong, ada teman yang menerima dan harus masuk ke topi. Mas Afin maju karena Aldisa yang semestinya lebih terampil, tidak bersedia. Berpasangan dengan Hasan, hanya mampu memasukkan 19 bola saja. Lawannya lebih dari 28 bahkan ada yang sampai 32 bola.
Sessi cerdas cermat yang formatnya tidak tepat menurut papa mama (karena sistem rebutan dan multiple choice) menjadikan tim SD DJI keteter. Mereka ikut perintah pemandu memencet bel setelah pilihan dibacakan. Rupanya SD lain memencet bel lebih duluan. Otomatis kondisi ini menyebabkan DJI tidak mendapat hasil optimal.
Menurut mas Afin, pemandu bilang akan mendiskualifikasi peserta yang memencet bel sebelum soal selesai dibacakan. Faktanya ketika hal itu terjadi hanya dihukum pengurangan point 20. Padahal tiap soal mendapat 30 dan 40 point. Tentu sanksi ini tidak berdampak cukup besar. Disisi lain, bel sistemnya tidak paralel sehingga bisa saja 3 bel bunyi bersamaan.
Jika begitu, tergantung mata pemandu yang mana duluan yang dilihat ya dia yang menjawab. Pada tayangan jelas terlihat beberapa kali penunjukan si penjawab bukan pemencet bel pertama. Meski kecewa, papa mama menghibur mas Afin untuk tidak terlalu kecewa. Ini hanya lomba dan menguji keberanian mas Afin.
Pembelajaran yang luar biasa bagi perkembangan dirinya. Semoga mas bisa mengambil sisi positif dari lomba tersebut. Agar ke depan semakin banyak tindakan yang diambil berdasarkan pengalaman yang dilalui. Pembelajaran tidak harus dikelas, dirumah, lewat buku, televisi namun kejadian sehari-hari. Berkembanglah nak....
0 komentar:
Posting Komentar