Begitu papa datang, mbak Alma menghampiri dengan wajah riang dan teriak-teriak "pah papah tadi aku di wawancarai wartawan" katanya. "Oh ya? Kapan? Dari (koran) mana?" tanya papa, "Ya tadi, pas pelajaran ada pak Chomsi datang dan bilang Salma ke sekolah selatan ya. Awalnya aku nggak tahu kenapa trus pas disana ternyata ada wartawan. Yang di wawancarai bukan hanya aku thok koq pah, ada anak lainnya juga dari kelas 6" seru mbak Alma.
"Dari mana?" tanya papa kembali. "Ya dari Solopos" jawab mbak Alma. "Tanya apa saja" sela mama yang dari tadi ikut mendengar. "Ya macem-macem. Ada soal buku itu, ditanya nama lengkap, nama panggilan, nama orang tua, buku yang mau diterbitin, trus dia buka-buka bukunya. Dia bilang oh punya blog juga? siapa yang buatin? ya tak jawab papa" cerita mbak sambil terus bergelayut di pundak papa. "Temenku sepertinya ada yang iri" lanjutnya.
"Mungkin itu perasaan saja mbak. Udah ga usah mikir yang lain" terang papa. Terlihat benar keceriaan di wajah mbak Alma. Alhamdulillah apa yang dia kerjakan selama ini bisa mulai perlahan dihargai sekolah. Sebab pasca kumpulan cerpen "Hadiah Dari Papa" yang diterbitkan Tiga Serangkai, relatif tidak cukup menjadi perhatian sekolah.
Sementara siswa sekolah lain, penyambutan atas karya itu cukup besar misalnya saat bazar buku karya siswa dijual dengan harga discount. Tapi mungkin inilah jalan yang harus dilalui. Papa juga mencoba mempublikasikan via blog atau mengirim ke media yang lain. Kata teman papa yang di media itu, sudah terbit. Sayangnya saat dicari dokumen klipingnya tidak ada.
Menunggu judul-judul lain yang berdasarkan jadual akan edar Juli rasanya sudah tak sabar. Tapi mau bagaimana lagi, memang harus dengan proses. Mbak Alma, belajarlah dari hal ini bahwa tidak semua hal berlangsung cepat apalagi sesuai harapan kita. Kadang ya berbeda atau tidak sesuai dengan harapan. Setidaknya kita sudah berusaha bukan menyerah atau pasrah pada keadaan.
0 komentar:
Posting Komentar