Menjelang mas Afin dan mbak Alma liburan, mama berpesan pada papa supaya lekas pulang. Kasihan sama dik Adhan yang pasti kehilangan dua kakaknya. Suasana rumah jadi sepi dan takutnya malah suka rewel, soalnya selama ini dia sangat bergembira dengan kedua kakaknya itu. Dia sudah mulai faham berbagai permainan, nyayian atau main bola yang paling digemarinya.
Maka dari itu, begitu selesai anter mas dan istirahat sejenak papa pulang pukul 23.00. Kebetulan om Febi mau mengirim paket pukul itu sehingga papa sekalian pulang. Lagi ga beruntung, eh sampai Solo jam 09.00 pagi dan kebetulan dik Adhan berada di depan rumah. Selama 3 hari mas dan mbak tidak ada dirumah, dik Adhan banyak bermain dengan papa.
Papa sendiri mau berangkat ke kantor jadi agak males sebab merasa ga tega ninggalin dik Adhan sama bude. Apalagi cuma Jum'at dan Senin dik Adhan sama bude sehingga papa memustuskan untuk dirumah dan bermain dengan adik. Entah main petak umpet, sepakbola, bernyanyi atau yang lainnya. Yang jelas dipuasin benar bermain dengan dik Adhan.
Suatu ketika saat jelang sholat maghrib, dik adhan berujar yang maksudnya ingin iqamah. Papa mama kaget, emang bisa? dari nada yang ga jelas lafalnya kami faham bahwa dik Adhan benar-benar melafalkan iqamah secara benar. Alhamdulillah, ternyata selama ini prosesi sholat maghrib meski dia seperti bercanda tertanam betul dalam ingatannya. Saat mas Afin dan mbak Alma pulang, kami cerita apa yang sudah dikuasai dik Adhan itu.
Benar-benar pembelajar secara cepat. Semakin hari makin banyak yang dimengerti dan dikuasai meski secara jelas konsonannya belum bisa didengar. Apapun kami berbahagia atas keceriaannya yang tumbuh pesat. Cuma maaf ya sayang, papa mama tak bisa merekam perkembanganmu melalui video seperti saat mas Afin dan mbak Alma kecil. Semoga itu tak masalah.
0 komentar:
Posting Komentar