Tak terasa jelang usia 4 tahun dik Adhan dan kini tentu mulai memasuki dunia baru. Ya dunia sekolah. Mama papa masih merasakan betul bagaimana deg-degan saat mengantar mas Afin maupun mbak Alma ke sekolah. Dulu mereka diantar dengan naik motor waktu masuk play group namun kini dik Adhan memang disekolahkan yang dekat rumah saja.
Apalagi berdasar pengamatan, sekolah dan sistem pendidikan yang dikembangkan tak jauh berbeda dengan sekolah TK mas Afin dulu. Sebelum resmi masuk sekolah, papa sempat memprediksi bahwa dik Adhan bakal minta ditungguin di sekolah. Habis antar mbak dan mas papa sampai rumah pintu ternyata terkunci. Wah berarti mama antar adik ke sekolah.
Ternyata dik Adhan mau langsung di kelas sendiri tutur mama. Dia bermain bersama guru dikelasnya. Meski sekitar 30 persen siswa baru menangis karena ditinggal oleh orang tuanya, dik Adhan tetap asyik bermain. Diluar ruang tempat jungkat-jungkit, perosotan, merambat dik Adhan awalnya cuma bolak-balik kesana kemari. Sepertinya bimbang mau main apa dan bingung bagaimana mencoba permainan tersebut. Sebab mama papa berada diluar pagar permainan.
Dengan dorongan kata-kata, akhirnya dik Adhan dinaikkan ke jungkat jungkit dan bermain bersama temannya. Setelah itu mencoba menaiki papan/tangga, menyeberang jembatan goyang, memasuki terowongan baru meluncur perosotan. Rupanya menjadi pilihan permainan menarik sehingga dia mencoba sampai 3 kali. Alhamdulillah, sepertinya memang cukup matang usianya sehingga bisa bermain disekolah dan sudah bisa ditinggal.
0 komentar:
Posting Komentar