Sore seperti biasa papa pulang kerja dengan terik matahari yang masih menyengat keras. Kebetulan masih musim kemarau sehingga panasnya begitu terasa ke pori-pori tubuh. Memasukkan kendaraan dan mengucap "Assalamu'alaikum" namun jawaban menyahut biasa. Tak ada mbak Alma, Mama atau suara dik Adhan. Papa pikir sedang pada diatas.
Ternyata di tangga rumah dik Adhan sedang dipangku mama dengan dagu di kompres. Rupanya habis terjatuh dari sepeda saat bermain bersama mbak dan mas. Sudah beberapa waktu pasca dibelikan sepeda, kadangkala sore mereka bertiga berboncengan. Sayangnya saat bersepeda mereka seringkali tidak cukup hati-hati.
Mulut dik Adhan pun tetap ternganga karena takut mengatup. Sepertinya terbentur dagunya dan membuat dirinya merasa sakit. Makan sore juga masih sedikit maka ditawari maem cococrunch meski masuk cuma sedikit.
Mbak Alma mbrebes mili sementara mas cuma tertunduk seperti biasanya. Papa menjelaskan bahwa mas dan mbak sudah besar namun seringkali tak hati-hati terutama ketika bercanda. Ini yang dikhawatirkan papa. Bersepedapun selalu harus diingatkan posisi kaki dik Adhan. Papa faham, itu karena mereka cukup dekat dan akrab sehingga kadang lalai.
Tetap boleh bercanda namun perhatikan mana bahaya dan mana tidak nak...
2 komentar:
hahaha, ada2 aja
http://adhi.rahmawan10.student.ipb.ac.id/
keren
http://adhi.rahmawan10.student.ipb.ac.id/
Posting Komentar