Sejatinya ikut lomba bagi anak-anak kami bukan melulu soal menang. Menang atau juara hanya bonus tambahan saja karena memang, membentuk mental sejak dini itu penting. Tidak mudah menguatkan mental afin, alma dan adhan sejak kecil. Menguatkan disini artinya ketika harus tampil didepan orang banyak. Secara pribadi tidak masalah, namun ketika diminta tampil, tidak mudah bagi anak-anak punya mental yang cukup berani.
Makanya bila ada kesempatan dan bisa diikuti, pasti mereka akan diikutkan. Apapun itu. Ini hanya untuk menguji mental mereka. Nah kebetulan kemarin bertepatan hari libur Nyepi, Perpustakaan Ganesa gelar lomba telling story bagi anak-anak. Nah peluang bagi adhan untuk ikut. Sepertinya menarik dan bagus untuk uji mentalnya.
Rupanya peserta telling story maupun sinopsis sudah dikumpulkan oleh panitia. Di briefing secara perlahan. Lomba telling story memang diperuntukkan bagi anak kelas 1 dan 2, sedang sinopsis oleh anak kelas 3-4.
Terlihat si bungsi duduk di depan memperhatikan panitia dari rotary club yang sedang menjelaskan beberapa hal. Setelah itu, mereka dimasukkan ruang terpisah. Peserta telling story diminta maju 5 anak-5 anak untuk memilih sendiri bukunya. Mereka diberi kesempatan membaca setidaknya 20 menit. Beberapa kali bundanya Adhan nyamperin, ngajak mendalami cerita.
Ayahnya sih cuma kasih jempol 2 kalo si kecil nengok ke dirinya. "Apapun, hanya doa yg bisa ayah kirim. Semoga kamu bisa menceritakan apa yg kamu baca" batin si ayah.
Akhirnya waktu habis, dan anak2 dipersilahkan maju. Tidak berurutan namun siapa yang sudah siap terlebih dahulu. Ternyata tidak mudah, penampil 1-5 terlihat grogi, tidak lancar dan juri terpaksa menuntun dengan pertanyaan. Rupanya anak2 itu menganggap, telling story adalah menghapal. Makanya ada beberapa anak yang baru setengah menit lancar, langsung berhenti karena memang hapalan.
Ketika Adhan maju atas dorongan dirinya sendiri (dan ini luar biasa bagi kami), setidaknya mampu bertahan 2 menit menceritakan apa yang dibaca. Tidak sama persis dan beberapa tokoh maupun kejadian diingatnya dengan baik. Akhirnya juri turun tangan dengan berbagai pertanyaan yang lumayan bisa dijawab dengan benar.
Habis tampil, lega lah dia. Tak berapa lama, hasilnya kemudian diumumkan mulai dari urutan harapan 3. Lalu harapan 2 dan saat itu batin papa menyatakan ya sudah berarti memang tidak dapat nomor. Sebab sudah kebayang urut 1-3 dan harapan 1 yang prediksinya akan diraih yang lain. Apalagi diantara peserta itu sepertinya Adhan paling kecil tubuhnya.
Ternyata nama Ramadhan Aira disebut pada peringkat Harapan 1. Alhamdulillah. Wajahnya menampakkan kelegaan yang luar biasa. Beberapa kali jempolnya terangkat ke atas ketika melihat senyum ayahnya mengembang. Si ayah membalas dengan 2 jempolnya. Selamat nak, kamu tidak hanya menumbangkan rasa nervous dalam dirimu tapi juga meruntuhkan keraguan kami ayah bundamu.
Meski peserta hanya 20 anak, bagi kami inilah pencapaian luar biasa. Sebab kami tidak membayangkan dirimu akan begitu tegar didepan meski wajahnya menampakkan grogi yang luar biasa. Ah tapi itu wajar. Ada beragam ekspresi dari anak-anak lain. Bahkan ada yang menangis sebelum lomba dan tidak jadi ikut.
Apapun itu, kami bangga padamu, we proud of U
0 komentar:
Posting Komentar