Sejak tahun ajaran baru, mas afin dan mbak alma ke sekolah
dengan berkendara. Mereka diijinkan berkendara dengan prosedur pengawasan yang
ketat, tidak sembarangan. Pertama, mereka belajar berkendara dengan diawasi
langsung papa. Mbak Alma relative cepat dilepaskan karena perhitungan
berkendara lebih matang.
Sedangkan mas Afin kira-kira 2 bulan baru diijinkan memakai
kendaraan. Kenapa lebih lama? Karena cara berkendaranya memang terlalu ceroboh.
Itupun sempat mengalami beberapa kejadian dan menyebabkan mendapat sanksi dari
papa. Test drive mas Afin tidak sekedar berkendara didalam kota bahkan jarak
jauh hingga ke Wonosobo. Meski tidak terus sebagai driver namun setidaknya jadi
indicator bagaimana cara berkendaranya.
Tidak mungkin mereka tidak dilepas berkendara sendiri namun
dengan berbagai pembelajaran harusnya membuat mereka semakin hati-hati. Agak
sulitnya mereka berdua jarang hapal cepat sebuah jalur atau rute sehingga bila
bepergian mama papa harus memastikan mereka tahu.
Mbak Alma sendiri pernah nyasar dari Kota Barat hingga
Gading padahal arah ke sekolahnya berbeda 180 derajat.
Salah satu yang dikhawatirkan ketika mereka berkendara bila
ada razia kendaraan. Nah tanggal 20 lalu mas Afin kena tilang karena memang
melewati razia. Meski sebelumnya sempat lolos dari razia 2 kali karena memakai
metode menyalakan sign kiri. Katanya sih itu tanda pengendara anak polisi dan harapannya
bisa dilepaskan. Efektif di 2x razia namun akhirnya kena juga karena pas lewat
kebetulan razia gabungan.
Kami memang berpesan tidak boleh melanggar aturan bahkan
melarikan diri saat ada razia. Jelas tidak mungkin dan resiko melarikan diri
akan jauh lebih berbahaya daripada pasrah. Memang tidak mudah memperingatkan
anak-anak tapi proses itu harus dilewati.
Mengajarkan anak-anak mengendarai kendaraan dengan aman jauh
lebih penting dibandingkan dengan kebanggaan anak sudah bisa berkendara sejak
dini. Mematuhi peraturan lalu lintas jelas hal yang utama juga etika
berkendaara. Anak-anak harus memiliki etika dijalanan dan menghormati pengguna
jalan lain termasuk pesepeda, becak, pejalan kaki dan sebagainya. Santun
dijalanan inilah yang hampir jarang kita temukan pada anak-anak yang berkendara
dijalanan.
0 komentar:
Posting Komentar