Rupanya perkembangan dik Adhan makin pesat dan tak terasa pertambahan usianya beriringan dengan pertambahan kecerdasannya. Sudah banyak kosa kata yang diucapkan sehingga kami semua berlomba mengajari banyak kata. Tidak lagi hanya huruf namun juga kata yang familier bagi kami penghuni rumah.
Tentu pengucapan "mama, papa" adalah paling mudah dan cepat ditangkap. Sekarang sudah mau bilang mas Afin dengan intonasi "pi pi" atau mbak alma dengan "ma.... ma...." yang berbeda dengan mama. Mengajari mbak atau mas bukan hal yang mudah. Wong menyebut pak de atau bude saja masih ditirukan "de". Kalau sebut namanya sendiri bila ditanya "ini dik A....." dia akan spontan menjawab "nyah" dan kamipun tertawa bersama.
Tak terasa pertumbuhannya begitu luar biasa dan papa mama sudah hampir lupa bagaimana dulu mas Afin dan dik Alma melalui hari-harinya dengan luar biasa. Kadang kaset tentang mas dan mbak saat kecil kami putar bersama. Secara fisik, wajah dik Adhan sangat mirip dengan mas Afin sehingga dik Adhan sering merasa sedang melihat dirinya.
Respon atas sekelilingnya juga lebih banyak tidak diduga. Tak heran bila mas atau mbak yang menemani sesekali bete. Imajinasi mainnya berulang kali muncul baik terencana maupun spontan. Inilah saat-saat emas mengisimu dengan tuangan emas adonan papa mama yang bisa saja disajikan oleh mas Afin dan mbak Alma.
Insya Allah kelak bila kau besar nanti kau akan tumbuh menjadi anak sholeh, anak yang peduli lingkungan, mengerti dan melaksanakan hak dan kewajiban agamamu serta memberi kontribusi pada bangsa. Emas itu mulai nampak berkilauan, amiiin...
0 komentar:
Posting Komentar