Dilema yang terus menerus menghantui antara membiarkan mereka membaca buku atau menghentikannya. Sementara larangan membaca buku di hari sekolah agak mengendur terutama bila mbak alma harus memunggungi mama dan kepalanya diperiksa. Kalau tak membaca mbak Alma tidak mau. Lama sekali tuh mama memeriksa rambut.
Penasaran adik juga sama meski minat membacanya belum kelihatan. Setidaknya bisa ditangkap dari ketika mainan sendiri, bercerita dengan mbak Alma, mendengarkan cerita, menyimak upin ipin atau diceritakan dari buku. Keasyikannya sudah muncul diusia yang keempat padahal dulu kedua kakaknya masih mainan saja, hampir belum mengenal buku.
Rasa bimbang itu ada, ditambah kadang mereka berdua yakni Mas Afin dan mbak Alma sudah mencuri-curi waktu membaca buku papa. Memang itu tentang buku sejarah seseorang dan mereka memiliki rasa penasaran tinggi. Kelabakan menjawab tentang sejarah karena faktanya papa lemah disitu. "Coba tanya mama saja" jawaban yang sering terlontar kalau ditanya mas Afin dan mbak Alma.
Ah mau bagaimana lagi dibandingkan menjawab salah, menunda jawaban takut lupa atau mereka akan berpikir ayahnya tidak banyak tahu. Lagian mereka bisa sesegera mungkin mendapat jawaban dari bundanya. Mereka begitu haus pengetahuan dimanapun, kapanpun, dalam kondisi apapun membaca sepertinya sebuah kebutuhan layaknya bernafas.
Mama papa harus membicarakan ulang bagaimana baiknya apakah akan diijinkan membaca dihari biasa dengan membatasi jam atau ketika tidak ada PR, membatasi membaca asal gantinya bermain dengan adik, membatasi membaca asal sudah sholat dan mandi atau? Entahlah, jawaban harus tepat supaya efek membaca berdampak positif.
0 komentar:
Posting Komentar