Afin, alma dan adhan merupakan buah cinta kami yang dimasa mendatang menjadi kebanggaan. Merekalah yang membikin kami hidup bahagia seperti sekarang ini. Anak-anakku.....kalian inspirasi bagi semangat hidup papa dan mamamu.....
Jum'at pagi Kota Solo mendapat limpahan abu dari letusan Gunung Kelud yang meletus semalam. Hingga jam berangkat sekolah, hujan abu masih saja terjadi. Mama kemudian mengambilkan masker untuk dipakai mas Afin dan mbak Alma agar terhindar dari abu. Juga disarankan makai jas hujan namun tidak diindahkan papa. Begitu sampai mulut perumahan, banyak warga menggunakan jas hujan sehingga papa putuskan memakai jas hujan.
Di jalan ternyata kondisi lebih parah. Debu dimana-mana dan masih terus turun. Mbak Alma dan mas Afin dipesan papa memejamkan mata agar tidak terasa pedih. Tak lupa papa meminta mbak Alma mengoperasikan kamera guna merekam apa yang terjadi di perjalanan. Begitu sampai sekolah, ternyata sekolah diliburkan.
Beberapa warga yang tak sabar sudah menyemprotkan air guna membersihkan halaman. Padahal hingga sampai rumah bahkan sekitar pukul 14.00 hujan abu tipis masih terjadi. Mataharipun tidak terlihat saking pekatnya abu yang turun. Ditambah tidak ada hujan sama sekali. Entah berapa kali mama harus menyapu dalam rumah. Maklum rumah terbuka, angin selalu berhembus.
Hingga malam hari, hujan belum turun. Mas Afin mendapat kabar bahwa esok Sabtu juga diliburkan. Papa yang kebetulan ada kerjaan dan mampir di SMPN 01 melihat pengumuman sekolah diliburkan pada sabtu. Cerialah mas Afin dan mbak Alma. Demikian pula dik Adhan yang harusnya masuk sekolah turut tidak masuk. Saat papa lewat didepan sekolah rupanya sekolahnya ya tutup.
Ini merupakan pengalaman pertama anak-anak tahu bagaimana hujan abu terjadi. Meski Gunung Kelud jauhnya lebih dari 100 KM, hembusan angin mampu membawa abu hingga Sukoharjo. Alhamdulillah berdasar pemberitaan tidak ada korban jiwa. Semoga kelak pengetahuan ini menjadi pengalaman berharga.
Akhirnya mbak Alma dinyatakan tidak apa-apa. kakinya cuma memar alias trauma karena benturan dengan batu. Sebelumnya memang dinyatakan retak oleh dokter jaga bahkan ditiga tempat. Mama papa was-was kalau terjadi apa-apa. Ditambah Minggu malam mama berangkat ke Wonosobo. Maka papa yang anterkan ke RSKU di Kartasuro.
Sebelum ke Kartosuro, papa siang membelikan kruk di Notoharjo. Habis kalau di toko perlengkapan kesehatan kan mahal. Belum lagi kami berharap tidak akan dipakai selamanya. Sesaat setelah nomor urutnya dipanggil, mbak masuk keruang periksa bersama 6 pasien lain. Waktu nunggu, ada seorang ibu berteriak kesakitan dan membuat mbak Alma ketakutan.
"Oh ini tidak apa-apa wong digerakkan saja ga sakit. Kruk tetap dipakai sekitar 10 hari. Obatnya pil atau sirup"? tanya dokter Pamudji Sp T. Karuan mbak Alma minta sirup. Sesampainya dirumah, semua keperluan diladeni mas Afin. Mulai ambil handuk, naruh cucian sampai Selasa pagi waktu menyiapkan makan, digorengkan telur oleh mas.
Mereka berdua ke sekolah diantar papa karena memang kakinya sakit. Tapi Senin pagi mas Afin bersepeda sebab tidak mungkin memboncengkan 3 orang yang salah satunya pakai kruk. Disekolah mbak Alma sempat geger karena Vivi temannya menyampaikan mbak Alma cidera retak tulang punggung dan kaki kanan. Padahal dalam sms ditulis retak punggung kaki kanan.
Selasa sore saat mengobrol santai, dik Adhan tetap masih dijauhkan dulu. Memang memakai kruk ga nyaman dan mbak Alma lebih suka tak menggunakannya. Hingga sore, persiapan mandi masih dilayani mas Afin hingga kemudian mbak Alma berujar "Pah, mas Afin baikkan yah bantuin aku"
Maksud kami berempat bersenang-senang menghabiskan waktu sore hari dengan mencari ikan eh malah dapat musibah. Kami semua sedih dan tak mengharap kejadian ini. Mbak Alma kakinya retak pada telapak dibeberapa titik. Itu hasil dari pemeriksaan Rontgen. Tidak mudah bagi papa dan mas Afin menerima hal ini sebab mestinya kejadian ini bisa dihindari.
Sore itu memang papa dan dik Adhan berniat mencari ikan untuk dilepas di selokan. Maklum larva nyamuk sudah banyak. Ikan diharapkan dapat memangsa jentik nyamuk karena pemberantasan lebih efektif. Kemarin hasil tangkapan lumayan banyak dan sudah dilepaskan. Sore ini mbak Alma dan mas Afin kepingin ikut.
Bermain sepakbola dan melihat kereta api adalah sama-sama menariknya. Yang paling bikin dik Adhan suka ya ikut papa futsal ditambah kesempatan melihat kereta melintas, wah bahagia banget. Dirumah main bola sama papa atau mas Afin saja sudah seneng apalagi bisa sekalian lihat kereta. Beberapa kali dik Adhan ikut atau nyusul futsal papa.
Kemaren Sabtu juga begitu sebab awal mulanya memang mama akan berangkat kerja. Eh rupanya batal sehingga dik Adhan yang sebenarnya sudah akan berangkat, langit mendung. Akibatnya mama meminta adik dirumah. Kan kasihan mama kalau dirumah sendirian lagipula belum tentu ditempat futsal betah.
Siang tadi tiba-tiba sms masuk dari nomor tak dikenal. Rupanya mbak Alma pamit pulang telat nengok temannya yang sakit. Hingga pukul 16.30 belum sampai rumah. Papa mencoba sms dan nelp nomor yang dipakai mbak Alma tidak dibalas dan direspon. Tentu saja hal ini membuat gelisah. Bagaimana mau mencari kalau rumah anak yang sakit tidak tahu?
Jelang pukul 17.00 mbak pulang sembari terisak. Tentu papa kaget apalagi tangannya belepotan oli dan wajahnya kusut masai. Khawatirnya papa ada kejadian apa namun dilihat sepedanya koq ga ada yang aneh atau rusak. Saat ditanya, justru nadanya makin tinggi dan bicaranya serba emosi. Rupanya rantai sempat lepas saat gronjalan.
Alhamdulillah akhirnya setelah lama ditunggu, keluar juga buku Namaku bukan Si Kribo yang diterbitkan oleh Tiga Ananda Solo. Penerbit ini bukan penerbit baru melainkan penerbit mayor yang rutin menerbitkan buku teks pelajaran namun beberapa tahun belakangan turut menerbitkan karya anak-anak. Tiga Ananda berada di bawah payung PT Tiga Serangkai, jajaran penerbit besar untuk buku pelajaran.
Bersepeda ke sekolah bukan merupakan perkara mudah. Jalur yang dilalui sebelumnya di survei oleh papa supaya memenuhi syarat aman, dekat dan mudah. Syarat ini diterapkan agar mas Afin dan mbak Alma menikmati betul perjalanan baik pergi maupun pulang. Ada 4 alternatif jalur dengan sepeda yang ditempuh guna mencapai sekolah.
Pertama yakni tugu lilin, transito, Solo Square, Gremet dan Manahan. Kedua, tugu lilin, transito, pasar buah, Gremet dan Manahan. Jalur ketiga tugu lilin, transito, pasar buah, Purwosari, Brengosan dan Manahan. Serta keempat tugu lilin, Jongke, Purwosari, Brengosan dan Manahan. Dari keempat jalur itu, alternatif jalur 1 yang hambatannya minim. Relatif aman dan jaraknya terdekat dibandingkan lainnya.
Hambatan yang agak merepotkan yakni melompati double track jalur kereta api di transito Pajang. Lumayan berat juga angkat sepeda 2 kali. Itu paling memungkinkan dibandingkan 3 jalur lain yang lebih jauh dan tingkat keramaian untuk menyeberang agak riskan. Apalagi jalur keempat menyeberang Purwosari yang terdapat 4 lintasan kerawanan ketika berangkat.
Untungnya mas Afin dan mbak Alma bersedia melalui jalur 1. Tantangan lain selain keramaian yakni panas dan hujan. Entah berapa kali kayuhan harus dipelankan, berhenti untuk rehat, minum atau jajan karena kerongkongan kering maupun lelah. Belum lagi kalau hari olahraga, pramuka, les yang pulangnya sore hari. Masih mending saat hujan, enak dan adem.
Rupanya bersepeda ke sekolah menarik perhatian teman mbak Alma kelas VII C. Tadi pagi mereka janjian untuk bersama ke sekolah. Maka disepakatilah tempat janjian untuk bersepeda bersama ke sekolah. Lumayan jauh, 6 km mencapai sekolah. Tetapi itu semua demi masa depan dan cita-cita kalian.