Riwayat sakit gigi di keluarga kami tidak begitu ada. Dulu
pernah papa alami dan mas Afin namun masing-masing sekali. Jadi tidak relative
khawatir ada yang terkena sakit gigi. Makananpun ya apa saja disantap sepanjang
kami suka. Alhamdulilah sikat gigi anak-anak relative rajin sehingga makin
tidak takut.
Pagi, sore dan jelang tidur menjadi kebiasaan sikat gigi
mereka. MBak alma hingga saat ini belum merasakan sakit gigi. Wong gigi tanggal
saja sudah TK atau bahkan SD, lumayan terawat dengan baik. Makanya awal ada
gigi yang mau copot ribut dan bingung. Khawatir tidak tumbuh lagi ditambah yang
mau tanggal merupakan gigi susu yang berada di depan.
Rupanya ditempat mbah jelang lebaran tiba-tiba adik merasa
sakit gigi. Papa mama kaget karena selama ini giginya baik, rajin sikat gigi
dan tidak pernah mengeluh soal gigi, Awalnya merengek biasa, “giginya sakit”
namun makin lama makin sakit. Itu pas kita berada di rumah mbah Oh, dihibur
dibelikan es krim.
Sakit mereda dan kami meneruskan perjalanan ke mbah Dun.
Disana merengek bentar dan diam saja selama ditempat mbah Sri dan mbah Did.
Malah sempat main di TK depan rumah mbah Sri.
Baru malam harinya berteriak-teriak kesakitan. Lantas mama
membawa ke pak Mantri Birin dan ditemukan ada gigi berlobang disebelah kanan
belakang. Diberi 2 sirup untuk diminum. Malam harinya rupanya kumat lagi, sirup
tidak pengaruh. Mbah Ti mengusulkan memanggil mbah Mail, eh telpun yang ada
salah. Karena masih nangis jam 22.00 dik Adhan diajak ke rumah mbah Mail tapi
tutup.
Diketuk beberapa kali tidak ada yang bukain, ya sudah kami
pulang. Dalam tidurnya, kadang nglilir merasa sakit, kasihan tapi mau bagaimana
lagi. Hari berikutnya meski kadang merasa sakit namun tidak lama. Untuk
sementara sikat gigi dilakukan mas, mbak atau mama.
Nanti kalau sudah sembuh baru adik sikat gigi sendiri lagi.
Papa bilang setidaknya butuh 6 bulan untuk handle sikatan adik supaya makanan
yang masuk ke gigi bisa dibersihkan dengan benar.
0 komentar:
Posting Komentar