Salah satu tradisi lebaran yang patut dijaga yakni
silaturrahmi ke rumah saudara. Berhubung saudara papah dim bah pekalongan cuma
1 yakni bulek Ucik, maka lebaran diisi silaturrahim ke rumah mbah adik atau
kakaknya mbah Hirum. Wah keluarga mereka banyak dan untung lokasi ga begitu
jauh. Jadi bisa berkunjung dalam sehari bisa kelar.
Susah sih menghafalnya, maklum wong ketemu cuma setahun
sekali. Bisa jadi kelewat lupa. Nah kami berkunjung ke rumah saudara mbah
setelah dhuhur. Sehabis makan siang. Sebelum siang, orang silih berganti datang
ke rumah mbah, ya tetangga. Bersalaman, mengucap mohon maaf langsung pamit.
Lebaran 1436 H ini awalnya kami ke rumah mbah Fah. Ada bude
Ida, pakde Bilal kemudian turut keluar Bude Rini. Setelah ngobrol, kami pamit
dan menuju rumah Mbah Oh. Disana cucunya juga banyak, ada beberapa pakde sama
bude juga.
Kemudian menuju rumah Mbah Makmuriah, ehmm simbahnya Amar.
Tapi amarnya nggak ada, katanya berlebaran di Kendal. Setelah itu kami yang
naik kendaraan ada 3 menuju ke kedungwuni. Sebuah pengalaman menyenangkan
karena kami melewati jembatan darurat, harus antri. Sebutan disana jembatan
sesek. Dik Adhan suka sekali melewati jembatan ini sebab suaranya seperti lewat
di rel kereta.
Di tempat mbah Sri cuma ada om Arief, soalnya om Didiek
tidur baru datang katanya. Sedang bulek Ika masih berlebaran di Salatiga. Kami
melanjutkan perjalanan ke mbah Did. Beliau masih sendirian dirumahnya karena 2
anaknya yaitu Pakde Iwan dan Pakde Luluk baru besok datang.
Kami kemudian pulang dan kembali melewati jembatan sesek
setelah antri. Agak ngeri-ngeri gimana gitu yah lewat jembatan itu.
0 komentar:
Posting Komentar