"Pah, aku mau sekolah yang ada pondok pesantrennya. Soalnya mau pintar agama seperti sahabat Nabi Muhammad yaitu sahabat Ali Bin Abi Tholib" kata mas Afin. Tentu saja papa kaget mendengarnya. Kaget bukan karena tidak senang tapi sungguh hati papa sangat bahagia luar biasa.
Beberapa kali saat liburan, papa sering menawarkan untuk mencoba tinggal di pondok pesantren sebagai pengalaman namun mas Afin menolak. Nggak enak katanya. Papa faham alasan ini karena mas pernah mengalami pesantren kilat di sekolah yang super ketat sehingga kesannya tidak ada waktu santai. Semua serba beribadah baik pagi, siang, sore, malam maupun dini hari.
Rencana melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dipikirkan mas Afin memang belum matang. Papa dan mama juga masih menimbang terutama pada faktor nilai dan kualitas sekolah bersangkutan. Berbagai sekolah yang dipertimbangkan misalnya MTS Negri, SMP 9, SMP 1, SMP Al Islam maupun SMPIT Nur Hidayah.
Berdasarkan perbincangan dengan mas Afin, dia memang masih belum memutuskan karena pertimbangan yang utama adalah teman-temannya di SD DJI terutama sahabat karibnya. Awalnya di SMP 9, kemudian berubah di SMP 1 dan terakhir ya mau bersekolah sambil menimba ilmu agama.
Papa kemudian menjelaskan bahwa pondok pesantren itu ada 2 model yakni Salafiyah (tradisional) dan modern. Biasanya untuk yang Salafiyah hanya menyediakan pelajaran agama saja sehingga sekolah SMP tentu di sekolah umum. Kalau di ponpes modern memang sudah termasuk didalamnya.
Atas penjelasan ini, mas Afin kembali bingung karena memang ada kelebihan dan kekurangan dari model pendidikan di ponpes tersebut. Yang jelas papa lebih mengedepankan kemandirian. Kesiapan mental jauh lebih penting dibandingkan dengan faktor lain. Sebut saja mencuci, makan, tidur sendiri, disiplin dan lain sebagainya.
Sebenarnya untuk urusan disiplin, papa sungguh percaya jika dididik demikian mas Afin bisa melewatinya. Cuma apakah kuat berjauhan dengan orang tua untuk setidaknya dalam kurun 1 minggu baru ketemu, itu yang masih menjadi pertanyaan besar. Apapun, yang perlu disiapkan ya ujian negara dulu. Belajar yang rajin agar hasil UN bisa optimal.
Dengan UN yang optimal maka mas Afin bisa menentukan akan melanjutkan kemana dengan mudah. Bila tidak ada persiapan tentu hasilnya bisa berkebalikan. Papa mama hanya bisa membantu dengan doa agar mas Afin terus bisa tekun belajar supaya hasil UN sesuai dengan harapan. Jangan patah arang nak, gapailah cita-citamu setinggi langit dan sukses ya sayang....
0 komentar:
Posting Komentar