pada suatu pagi yang cerah...
"hooaaam..."aku terbangun dari tidurku. panas, gumamku. aku melihat sekeliling. ada kakakku yang sedang menonton TV. kok aku diluar, ya? pikirku. oh, ya, semalam kan aku tidur di depan TV... aku menepuk keningku.
aku segera bangkit dari kasur lipat dan pergi ke kamar orangtuaku. pintunya terbuka. didalam hanya ada adikku yang sedang bermain sendirian di kasur. aku menemani adikku bermain.
tak lama, adikku menangis. Huh! aku bangkit dan menggendong adikku. aku turun ke lantai I. di bawah, adikku kutidurkan di kasur kecilnya. "nonton TV, ah..." aku mengambil remote TV dan menonton TV. aku melirik jam. masih pukul 07.17. nonton spongebob aja, ah... aku memencet angka 8. fiuuuh... untung aku nggak ketinggalan. Spongebob-nya baru dimulai. karna adikku tidak menyukai Spongebob, dia menangis lagi.
bosen, nangis teruus... nggak kedengeran, nih..., batinku kesal. aku cuek saja sama adikku. akibatnya adikku nangiiiiiiiiis terus. sebel! uh, kebelet! aku berlari menuju kamar mandi.
1 menit kemudiannn...
"fiuuuh, legaa..."gumamku sambil mematikan lampu kamar mandi. Setelah itu, aku menonton TV lagi. tiba-tiba, aku menyadari sesuatu. dik Adhan kemana, ya?, batinku. tiba-tiba, dari luar terdengar jeritan anak kecil. rupanya itu suara dik Adhan. ooo, ternyata dik Adhan sedang makan diluar (makan pagi sambil jalan-jalan naik sepeda). begitulah kebiasaan adikku. dirumah emang adikku itu susah makan, sihhh... kecuali kalau sambil lihat film Teletubbies, atau Upin & Ipin.
aku tidur-tiduran sambil menonton TV. sementara kakakku main sepak bola. jari-jari tanganku sibuk senam. Senamnya memencet-mencet/ mengganti chanel TV. habis, nggak ada yang seru, sih...
mungkin aku menonton TV kira-kira 1 jam, setelah itu aku mengucir rambutku. lalu aku pergi ke teras rumahku. disana ada adikku, papaku, dan mamaku. aku segera bergabung dengan mereka.
"euhh... mmm..."kata dik adhan tak jelas. dia menyebarkan batu krikil warna warni ke seluruh penjuru lantai. aku dan papa mengumpulkan batu-batu itu, lalu batu-batu itu di masukkan ke sebuah piring yang terbuat dari tanah liat. lalu piring itu diletakkan di meja teras.
"beli bunga yuk,"ajak Mama kepadaku. "dimana?"tanyaku. "itu, lho didekat rel,"sahut Papa. aku berpaling. "rel mana? Purwosari apa Gawok?"tanyaku. "Purwosari. yang MPR itu, lho..."jawab
Papa. aku terkikik. aneh-aneh aja... didekat rel memang ada tempat yang sepertinya bekas warung. disana tertulis, "MPR. " lalu bawahnya ada tulisan, "Mepet Pinggir Rel". yang memberitahu Kakakku.
"yuk Pa! adik sekalian diajak,"kata Mama. "ayo, sekalian beli karet pompa,"balas papa. Mama masuk ke rumah. aku mengikuti. aku mengambil jaket dan Mama mengambil dompet, sepatu, dan topi adikku. aku membantu membawakan sepatu adikku. kemudian, aku, papa, mama, dan adikku pergi ke toko bunga dan tanaman, setelah itu ke toko service sepeda untuk membeli karet pompa.
setelah sampai di rumah, aku membantu papaku memasang karet pompa. agak susah, sih, memang. Papa, kan, memang bukan tukang bengkel. jadi hampir satu jam lamanya untuk memasang karet pompa.
setelah itu, aku diajak papa berfoto-foto. aku dan papa jalan-jalan. kami keliling kabupaten Sukoharjo, lalu Boyolali. nggak nyangka bisa nyampe di Boyolali. aku tertidur ketika Papa mencari warung es teler. sebelumnya, Papa menjanjikanku es teler. aku udah teler, kok... nggak perlu ditambahin es teler, Pa... pikirku geli.
akhirnya, aku dan Papa sampai disebuah warung yang menyediakan es teler. warung itu bernama Tsunamie. karna tak ada es teler, aku memilih es campur. begitu gelas dihadapanku, aku langsung menyantap minuman itu. terlihat papa yang sedang merogoh kantong dan tas pinggangnya.
aku deg-degan. siapa tahu, Papa nggak bawa uang/dompet. ternyata benar! uh! papa akhirnya bilang pada penjualnya dan bertanya, dimana ATM terdekat. sebagai jaminan, aku ditinggal. aku sih biasa biasa aja.
setelah membayar, kami pulang. dirumah, aku ingin menceritakan pengalaman tadi kepada Mama. aku ingin tau, apa tanggapan mama mengenai hal itu. pengalaman ini tak akan terlupakan olehku!
0 komentar:
Posting Komentar