Kejadian saat ujian tengah semester (UTS) kali ini sungguh aneh dan membuat papa mama sangat tidak mengerti. Terutama mata pelajaran matematika atau pelajaran yang membahagiakan bagi mas Afin atau biasa-biasa saja bagi mbak Alma. Membahagiakan karena memang enjoy dan menikmati kalau ada matematika bagi mas. Sedang mbak Alma, ya bisa mengerjakan meski ga cukup cepat mengerjakan.
Walau demikian, tahapan proses belajar matematika jarang mengulang lebih dari tiga kali saat dijelaskan. Sejak mulai mengenal berhitung, paling 2 kali mereka mengalami kendala saat dijelaskan waktu belajar. Pembagian porogapit misalnya. Butuh penjelasan pelan dan berulang. Sementara materi lainnya lancar-lancar saja.
Pun demikian dengan hariannya, jarang terkendala. Berdasarkan pantauan harian, mereka lancar saja mengerjakan. Bahkan saat kelas 2 hingga kelas 4, mas Afin keranjingan slalu minta tambahan soal tersendiri dari papa. Beberapa materi bahkan pernah dijadikan tebak-tebakan seperti soal perhitungan jarak, berat atau bahan lainnya.
Artinya tidak ada hal yang perlu ditakutkan. Hasil test baik UTS atau semester khusus pelajaran matematika selain UTS kelas III semester ganjil untuk mbak Alma nilainya diatas 75. Nilai 80 atau 90 juga sering pada ujian-ujian resmi. Di kelas V, masuk lesnya juga kelompok A yang pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA nya lumayan.
Sementara mas Afin, selain UTS semester ganjil kelas II semua nilainya berkisar 80 atau 90. Bahkan pada UTS semester gasal kelas IV mendapat nilai sempurna alias 100. Bukankah bisa disebut tak mengalami kesulitan? Faktanya tahun ini justru yang terjadi diluar dugaan. Mas Afin dan mbak Alma mengalami tragedi matematika secara bersamaan.
Padahal saat papa menurunkan mereka di depan sekolah saat UTS, selalu diingatkan untuk teliti dan di cek kembali sebelum dikumpulkan. Namun mau diapakan lagi kalau memang hasilnya tidak menembus angka 65. Dirumah, jelas mereka terdiam dan harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya.
Kalau semester depan targetnya tidak bisa mencapai angka 80, maka selama sampai hasil tes dibagikan tidak ada PS, buku cerita atau game internet. Tapi kalau menetapkan angka minimal 80 masih tersedia fasilitas tersebut. Keduanya tidak berani mematok target diatas 80, otomatis fasilitas permainan tidak boleh dipakai.
1 komentar:
ya itulah yang membuat pikiran agak stres . . . apalagi ini sudah UTS . . . anak-anak kok sudah diberi hukuman kayak gitu . . . sejujurnya itu tidak adil juga . . .
Posting Komentar