18 Juni 2011

Rahasia Secangkir Kopi panas

aku merasa heran karna Fira, adikku selalu pulang dengan membawa uang bekal yang masih utuh. padahal, jatah bekal yang diberi Mama selalu sama, masing-masing Rp.1500. Fira sendiri tidak pernah tidak jajan bila waktu istirahat. bahkan, sesekali kalau aku hanya jajan Rp. 1.000, Fira bisa lebih dari Rp.1.000, tapi anehnya, Fira selalu memiliki jatah uang untuk ditabung. benar-benar aneh.

"ah, jangan-jangan... Fira suka mengambil uang tanpa sepengetahuan Mama? ya, siapa tahu, misalnya saat Mama sedang memasak atau menyiram bunga ia akan bebas mengambil uang,"pikirku. untuk itu, pernah dalam seharian (bukan seharian penuh, lho!) aku memperhatikan Fira. Fira sendiri tidak menyadari hal itu.

akhirnya, hilanglah kecurigaanku karna selama-ku perhatikan, tidak ada tanda-tanda mencurigakan bahwa adikku melakukan hal buruk. bahkan aku merasa malu karna telah memata-matai adikku sendiri. tapi aneh... aneh sekali?! keesokan harinya, Fira masih membawa uang Rp.1500. padahal, aku tahu tadi Fira membeli nasi goreng di kantin. harganya, kan Rp.1000, dia juga membeli tahu, yang harganya Rp.1500. harusnya sakunya habis semua, kan?coba hitung pake tangan kalian sendiri dech, atow pake kalkulator? mesin hitung?.

karna aku sudah tidak tahan dengan rasa penasaranku, akupun memaksakan diri untuk bertanya pada Fira. "Fira, tadi kan kamu menghabiskan semua uang bekal, tetapi kenapa kamu pulang dengan uang saku yang masih utuh?"begitu tanyaku seusai makan sore. "oh, itu sich namanya rahasia, Kak!"katanya. "rahasia apanya?"desakku. "ya... ngng... rahasia Fira, Kak! kan katanya kak Alma, kalau punya rahasia jangan dikasih tau siapa-siapa? Fira juga dong! emang Kak Alma aja, yang nyimpen rahasia? semua makhluk hidup juga, tuh, Kak! pokoknya Kak Alma enggak... ngngng... enggak boleh tempe!"tukas Fira cepat. ouw... dia kayaknya lupa! dikiranya makhluk hidup cuma manusia?

"jangan-jangan, kamu suka mengambil uang tanpa sepengetahuan Mama?!"tuduhku. "enggak! enggak, Kak! jangan gitu dulu dong! Fira, kan... hiks... eng... enggak pernah ngambil uang orang! Demi Allah, Kak! hiks... Fira, kan udah berani bilang Demi Allah! berarti Fira jujur!"kata Fira sambil mengelap air matanya. yeee, Fira, kan baru kelas dua, maklumlah, kalau sedikit-dikit nangis. "lalu... lalu kenapa Fira masih punya uang saku yang 'sempurna'?"tanyaku berusaha melembutkan nada suara. "Kak! kalau mau tahu... hiks... rahasianya ada di 'secangkir kopi'!"seru Fira.

"secangkir kopi?"ulangku. "apa maksudnya, Fir?"tanyaku bingung. "itu... itu kan ra-rahasia Fira! hikshiks..."Fira langsung pergi. "hmm... kopi... secangkir kopi..."di kamar, pikiranku diliputi rasa penasaran akan rahasia secangkir kopi itu. begitu juga malamnya, mataku sulit terpejam karna masih penasaran akan rahasia secangkir kopi itu. Keningku berkerut. Mataku menyipit. Otakku berputar, Seperti sedang menghadapi UASBN Matematika.

tiba-tiba, aku terenyak."aku tahu! aku sudah tahu!"seruku setengah mengantuk. sekarang aku tahu rahasia secangkir kopi itu. kuraih jam bekerku. Esoknya, jam bekerku berbunyi. tepat pukul setengah lima. aku bangun setengah jam lebih awal dari biasanya. Lalu, dengan cepat aku beranjak dari kasurku yang empuk. rasa kantukku kubuang jauh-jauh. Sesaat kemudian, aku bergegas pergi menuju dapur.

dugaanku tadi malam tepat sekali. Sama sekali tak melenceng. kulihat Fira di dapur, sedang membuat kopi panas. sedetik pun aku tidak melepaskan perhatianku. Kuperhatikan terus Fira, apalagi saat Fira menuju beranda dan menyerahkan kopi itu pada Papa. Dan dengan jelas aku melihat Papa memberi Fira selembar dan sekeping uang pada Fira.

"terbongkar sudah rahasia secangkir kopi,"batinku penuh kemenangan. "Pa, kok Papa pilih kasih? setiap hari Fira menerima uang saku sekolah dua kali lipat dariku. Ya! dari Mama dan Papa!"kataku sambil manyun, lalu menghampiri Papa dan Fira. Fira berjongkok dan memeluk kakinya. Mukanya yang periang sekarang berubah menjadi memelas, seperti akan menangis.

Papa memandang Fira. Lalu memandangku penuh perhatian. "ahh... siapa yang pilih kasih?"katanya kemudian. "coba pikirkan! pernahkah kamu seperti Fira? bangun pagi-pagi, salat Shubuh berjamaah, dan membuatkan kopi untuk Papa. Jadi, Papa pikir Fira pantas mendapatkan imbalan karna Fira bangun pagi-pagi dan membuatkan kopi Papa. lagian, kopinya muantaabb kok. Enggak kalah sama Mamang-mamang penjual kopi di warung itu. Lagian, harga kopi sana Rp.2.000, kok..."lanjut Papa sambil meneguk kopi panasnya.

muka Fira memerah. dan dia langsung pergi. Aku termenung. Aku merasa malu dengan ucapan Papa barusan. terutama pada Fira. Karna malah bukan kakak yang memberi contoh. malah sebaliknya. Rahasia secangkir kopi panas dari Fira telah membuatku lebih sadar. Sadar kalau ke depan nanti aku harus berbuat lebih baik daripada Fira.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates