26 Februari 2012

Kumcer "Hadiah dari Papa" pun Terbit

Akhirnya hal yang ditunggu-tunggu oleh kami keluar juga, buku kumpulan cerpen "berjudul Hadiah dari Papa" karya mbak Alma terbit! Alhamdulillah, rasa syukur kami panjatkan atas kebahagiaan yang tak terkira ini. Buku ini merupakan karya pertama mbak Alma yang prosesnya cukup panjang dan mendebarkan. Mungkin setahun lamanya kami semua menunggu.

Buku ini ditulis mungkin sekitar setahun yang lalu saat mbak Alma kelas IV. Hampir tiap malam dia menulis karya selembar-demi selembar dan bukan karena target namun hobi. Sepertinya gagasan dalam otak mengalir begitu saja sehingga tulisan tak pernah putus. Habis satu cerita dilanjut cerita lainnya.



Papa mama berhasyrat bila kumcer ini tidak diminati penerbit, akan diterbitkan sendiri meski terbatas. Antisipasi ini diperlukan supaya apa yang sudah dilakukan mbak Alma tidak hanya menjadi tulisan yang berserak di hard disk namun bisa dinikmati banyak orang. Senang rasanya bila ada penerbit yang mau menerbitkannya.

Karya pertama berisi 5 cerita pendek yang sebagian besar memang kejadian nyata namun berhasil dituliskan secara teratur oleh mbak Alma. Beberapa tokoh juga ditulis nama aslinya seperti mas Afin, Bu Eka, Alya dan banyak lainnya.

Terbitnya buku ini direspon biasa saja oleh mbak Alma tidak sama seperti saat dinyatakan lolos sensor. Bahkan keesokan harinya dia sama sekali tak cerita ke teman-temannya tentang terbitnya buku itu. Dia takut dibilang sombong oleh teman satu kelasnya. Pihak sekolah sendiri sudah tahu bahwa mbak Alma akan menerbitkan buku kumcer dari mama dan papa.

Beberapa kali juga sudah disinggung oleh guru-gurunya dan itu membuat mbak Alma malu. Dia memang pendiam dan tidak suka mengumumkan sesuatu. Kami sekeluarga mengucapkan terima kasih pada penerbit, PT Tiga Serangkai, guru-guru di Djama'atul Ichwan dan semua pihak yang mensupport atas keluarnya buku ini.

Semoga ini bukan karya pertama sekaligus terakhir mbak Alma. Insya Allah masih akan ada karya-karya lain baik berupa novel, cerpen ataupun puisi yang akan keluar dan bermanfaat bagi anak-anak seusianya. Dan sekolahnya akan tetap lancar seperti biasanya.

20 Februari 2012

Ayo Tanggungjawab

Belajar apapun memang harus sejak kecil supaya terbiasa. Bagaimana melakukan sesuatu kalau tak pernah belajar? Belajar juga tak selalu tentang pelajaran. Bisa tentang permainan, bisa tentang menghargai, bisa tentang lingkungan dan beragam lainnya. Dulu saat mas Afin dan mbak Alma masih kecil, mama papa berusaha memberi pelajaran banyak hal agar mas dan mbak belajar atas hal itu.

Mengajarkannya pun perlu disertai dengan contoh-contoh tidak sebatas kata-kata. Memberesi mainan, menyingkirkan buku, melipat baju, meletakkan sesuatu pada tempatnya serta lainnya. Memberesi mainan merupakan hal yang paling sering dilakukan bahkan hampir tiap siang atau sore hari.

Maklum namanya juga anak-anak sehingga sebagian waktunya untuk bermain. Begitu juga dik Adhan yang sudah mulai dikenalkan dengan tanggungjawab sekarang ini. Memasuki usia 2 tahun ada banyak hal yang bisa diajarkan agar dia faham tentang apa yang dilakukannya. Dibandingkan mas dan mbak, memang terlihat dik Adhan yang agak malesan.

Patut disadari karena kami baru mengajarkan saat usia dik Adhan lebih dari 2 tahun. Tidak telat dan masih cukup banyak waktu supaya dik Adhan bisa belajar. Sugesti mas dan mbak lebih rajin karena mereka sebaya berdua. Otomatis semangat memberesi mainan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 2 kakaknya.

Disisi lain, bertambahnya usia mas dan mbak juga menambah tugas dan tanggungjawabnya. Sekarang tidak hanya menangani apa yang dikerjakan namun sekelilingnya. Artinya tidak boleh lagi melihat toples yang tergeletak dan dibiarkan saja. Sekarang mas dan mbak harus bertanggungjawab pada sekelilingnya.

Tidak mudah mengalihkan tanggungjawab dari pribadi menjadi tanggungjawab lingkungan tetapi harus dilakukan. Mama papa tidak hanya berdoa namun tak bosan mengingatkan pada mas dan mbak. Apalagi bila berkaitan dengan dik Adhan. Semoga mereka memahami bergeraknya tanggungjawab dari pribadi ke lingkungan

12 Februari 2012

Dik Adhan Menyusuri Mawar VI

Makin hari makin banyak hal yang dikuasai dik Adhan, Alhamdulillah. Sudah beberapa hari bila sore jalan-jalan di depan rumah sembari makan. Sudah kuat jalan hingga 10 meter sendiri meski jalan memang harus rata. Kalau ada polisi tidur memang perlu dijagain agar tidak roboh. Dirumah bawaannya juga tak mau dipegangi sehingga membuat seisi rumah melototi ada barang berserak tidak.

Selain sudah bisa gonta-ganti VCD, sekarang lagi gandrung-gandrungnya menyanyi. Lagu naik-naik ke puncak gunung, lagu satu-satu, lagu kereta api adalah beberapa lagu yang bisa diikuti dik adhan dengan baik. Otomatis ketertarikan melihat VCD film anak-anak seperti dora, upin ipin dan lainnya berganti.

Berhitungnya lumayan lancar meski yang diucapkan hanya kata dibelakang saja seperti "tu, ga, ga, pa dan ma" dilanjutkan dengan "heeeee....." (maksudnya hore) sembari tepuk tangan. Dia faham bila tuntas dengan runtut menyebut angka pasti mama, mas atau siapapun yang menyimaknya akan bertepuk tangan.

Memang berdirinya masih dibantu namun kini mulai belajar duduk sendiri. Bukan dengan menekuk kakinya tapi membanting pantatnya pada alas. Belum cukup lancar dan hal ini dilatihkan agar bila posisi mau jatuh dia bisa menghempaskan pantatnya bukan merobohkan badannya yang tentu berpotensi terluka.

Terapi yang dijalani yakni hydro terapy dan fisioterapy masih rutin dilakukan tiap Kamis maupun Senin. Memacu motivasi dik Adhan sangat jauh lebih penting daripada sekedar melatihnya. Sudah banyak perintah yang bisa difahami, dimengerti dan dilakukannya. Kami akan terus mendorongnya tanpa lelah.

07 Februari 2012

BAB Di Toilet Rumah Sakit Sebesar Rp 130.000

Sabtu pagi berjalan seperti biasanya. Mas Afin, mbak Alma dan dik Adhan beraktifitas dengan normal. Saat pulang sekolah mas Afin mengeluhkan perutnya yang sakit. Awalnya oleh mama diberi penghangat botol yang diisi air panas. Beberapa kali memang mas Afin suka kram perut terutama bila malam.

Terbangun tiba-tiba, menangis dan memegang perutnya yang sangat kencang. Bila begitu maka diberi balsem atau minyak angin. Selang beberapa waktu akan mengendur dan dilanjutkan tidur kembali. Rupanya siang itu meski sudah diberi balsem atau air hangat tetap saja sakit bahkan terus menangis.

Memegang perut dan merintih tak usai. Mama papa jadi khawatir yang kemudian diputuskan membawa mas ke rumah sakit. Saat ditanya apakah masih sanggup membonceng, mas mengiyakan. Dengan diantar papa, meluncurlah ke rumah sakit terdekat dan sudah familiar dengan kami.

Sembari menunggu antrian sesekali mas meringis menahan sakit. Papa tambah was-was takut terjadi sesuatu yang diinginkan. "Anak Anugrah" demikian perawat memanggil. Masuklah kami keruang rawat dan papa menjelaskan keluhan yang dialami. "Oh tidak pusing atau muntah ya pak" ucap dokter memastikan.

Menurut dokter itu, hasil diagnosa menyatakan belum BAB yang membuat rasa sakit diperut. Supaya cepat sembuh harus dirangsang BAB yakni dengan menyemprotkan cairan. "Sakit ga?" tanya mas sembari was-was. "Nggak koq, sebentar saja nanti akan merasa BAB" kata dokter yang masih muda.

Kami dirujuk untuk ke IGD guna penyemprotan cairan. Proses penyemprotan berjalan cepat dan tak sampai 5 menit mas sudah merasa ingin BAB. Di toilet, agak lama juga ya sekitar 6 menit. Mas Afin keluar dengan wajah lega. Kami bersyukur pasca keluar toilet rasa sakit perut sudah banyak berkurang.

Nah rupanya untuk BAB di rumah sakit itu biayanya sampai Rp 130 ribu. Untuk daftar Rp 20 ribu, cairan perangsang BAB Rp 40 ribu dan obat rawat jalan Rp 70 ribu. Tapi tak mengapa yang penting tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan sehingga mas harus rawat inap. Wajar saja mas merasakan hal itu karena dia rutin BAB tiap pagi.

06 Februari 2012

Tetap Berjuang Mbak Alma

Saat awal masuk semester genap ini mbak Alma bercerita bahwa akan ada tes internasional untuk memilih anak berprestasi yang akan diikutkan lomba. Tak jelas lomba apa dan kapan, hanya akan ikut lomba. Itu saja. Rupanya mbak Alma cukup tertarik dengan iming-iming ini sehingga dia berhasyat lolos. Sepertinya, lolosnya mas Afin untuk ikut cerdas cermat mewakili sekolah menarik minatnya.

Mama berpesan supaya rajin belajar dan berdoa bila ingin lolos. Selain itu, soal yang bakal diberikan tentu tak mudah. Menurut mama papa, secara harfiah tak ada peningkatan kuantitas belajar. Mama papa berusaha memaklumi dan hanya mendoakan semoga mampu menjadi terbaik di kelasnya.

Pasca tes, mbak Alma bertutur bahwa soal yang diberikan cukup sulit. Tidak hanya ada yang belum diajarkan namun ada yang difahami sulit. Karena berkeinginan lolos, semua dikerjakan. Hanya itu. Setelahnya tak ada kabar apapun tentang hasil test atau koreksi atas soal yang diberikan. Mbak Alma menunggu dengan was-was.

Hari berganti dan seperti lupa sehingga berjalan laksana hari lainnya hingga tiba-tiba waktu dijemput raut mukanya sumringah gembira. Papa kaget dan sebelum menanyakan, mbak Alma sudah berkata "Alhamdulillah aku masuk lima besar pah" seru mbak Alma sembari membenahi tempat duduk di jok motor.

Kegembiraan papa diikuti ucapan Alhamdulillah dan menanyakan beberapa temannya yang lolos. Rupanya ada 4 anak lainnya yang juga bakal ikut les tambahan. Bagi anak yang lolos diberikan les tambahan tiap senin dan pulang pukul 16.15. Tambahan yang lumayan lama sebab hari itu harusnya mereka pulang pukul 13.30.

Kini, sudah 2 kali mbak Alma menjalani tambahan pelajaran hari Senin. Memang melelahkan tidak hanya fisik namun juga psikis. Maka mama dan papa memberi wejangan atas tantangan itu dan menegaskan tetap dalam tim itu adalah pilihan. Setiap pilihan pasti ada resikonya, tidak hanya yang menjalani tapi berpengaruh pada semua anggota keluarga.

Semoga tambahan bekal itu menambah pengetahuannya sehingga dapat dimanfaatkan kelak. Mama papa tidak muluk-muluk harapannya, hanya berdoa mbak Alma bisa melakukan terbaik sesuai apa yang dikuasainya. Mas Afin bahkan jadi mentor matematika bagi mbak Alma serta kelucuan dik Adhan sebagai pelepas lelah. Berprestasilah nak....

05 Februari 2012

Dik Adhan Jadi Dik Anyah...

Rupanya perkembangan dik Adhan makin pesat dan tak terasa pertambahan usianya beriringan dengan pertambahan kecerdasannya. Sudah banyak kosa kata yang diucapkan sehingga kami semua berlomba mengajari banyak kata. Tidak lagi hanya huruf namun juga kata yang familier bagi kami penghuni rumah.

Tentu pengucapan "mama, papa" adalah paling mudah dan cepat ditangkap. Sekarang sudah mau bilang mas Afin dengan intonasi "pi pi" atau mbak alma dengan "ma.... ma...." yang berbeda dengan mama. Mengajari mbak atau mas bukan hal yang mudah. Wong menyebut pak de atau bude saja masih ditirukan "de". Kalau sebut namanya sendiri bila ditanya "ini dik A....." dia akan spontan menjawab "nyah" dan kamipun tertawa bersama.

Tak terasa pertumbuhannya begitu luar biasa dan papa mama sudah hampir lupa bagaimana dulu mas Afin dan dik Alma melalui hari-harinya dengan luar biasa. Kadang kaset tentang mas dan mbak saat kecil kami putar bersama. Secara fisik, wajah dik Adhan sangat mirip dengan mas Afin sehingga dik Adhan sering merasa sedang melihat dirinya.

Respon atas sekelilingnya juga lebih banyak tidak diduga. Tak heran bila mas atau mbak yang menemani sesekali bete. Imajinasi mainnya berulang kali muncul baik terencana maupun spontan. Inilah saat-saat emas mengisimu dengan tuangan emas adonan papa mama yang bisa saja disajikan oleh mas Afin dan mbak Alma.

Insya Allah kelak bila kau besar nanti kau akan tumbuh menjadi anak sholeh, anak yang peduli lingkungan, mengerti dan melaksanakan hak dan kewajiban agamamu serta memberi kontribusi pada bangsa. Emas itu mulai nampak berkilauan, amiiin...

Template by:

Free Blog Templates