21 Juni 2012

Mas Afin, Kami Bangga Padamu

Akhirnya usai sudah pencarian ilmu di sekolah dasar bagi mas Afin. Enam tahun yang tidak singkat dan penuh liku akan perjuangan mendapat prestasi. Meski belum mencapai prestasi puncak namun apa yang didapatkan selama 6 tahun sungguh membanggakan keluarga. Setidaknya dibidang agama maupun pelajaran eksak mampu melebihi apa yang pernah dicapai papa mama.

Dengan metode belajar ala dirinya sendiri yang simple, singkat dan melatih mengerjakan soal, dapat membantu menjaga nilai-nilai pelajarannya dari ketertinggalan. Apa yang didapatkan tiap semester rutin diatas rata-rata kelas. Tak lebih dari 5 kali diantara 12 semester terpaksa harus remedial dan kembali ke tampilan sesungguhnya.

Mama papa membiarkan metode belajarnya yang diliputi latihan terus menerus. Yang jelas bidang agama dan matematika menjadi tumpuan kelihaiannya mensiasati masalah yang dihadapi. Salah satu kejadian yang membuat kami senang, penjelasan via sms terhadap soal matematika mampu difahami. Les dari sekolah dapat diikuti walau penuh tantangan.

Mas Afin tak bisa secara terus menerus menerima pelajaran hingga sore hari. Bila dipaksakan akan ada perubahan sikap yang cukup signifikan. Maka dari itu, tak bisa membiarkannya menerima pelajaran full day. Segala ilmu yang disampaikan guru-gurunya ditangkap dengan baik dan menjadi senjata menghadapi ujian akhir nasional.

Di level tertinggi ini, terbukti bahwa matematika mencapai kulminasi kemampuan dirinya. Keluarlah nilai 26,15 yang didapat dari Bahasa Indonesia dengan nilai 8,40, IPA dengan nilai 8,50 dan matematika yang mencapai 9,25. Apapun, ini baru tahap awal dari dunia yang bakal diarunginya. Seiring dengan itu, Juz 30 mampu dihapalkan dan tuntas.

Harusnya mas Afin bisa wisuda plus-plus sebab ditambah ayat lain namun karena tak ada anak laki-laki yang wisuda plus, dia urungkan niat menuntaskannya. Ya sudahlah, kami bersyukur karena mas Afin mampu menunjukkan kapasitas keilmuannya. Semoga hal ini menjadi modal besar bagi kehidupannya kelak. Kejujuran juga masih ada dalam dirinya. Nak, Kami bangga padamu!

08 Juni 2012

Dik Adhan Berdendang

Akhir-akhir ini dik Adhan suka sekali berdendang. Maklum saja sudah banyak lagu dihapalkannya. Dia belajar banyak dari mas Afin dan mbak Alma. Meski kosa kata banyak yang belum jelas namun tingkat ingatan akan bait lagu sungguh luar biasa. Usianya baru akan 3 tahun September kelak dan sekarang perkembangan otaknya pesat sekali.

Bila bermain kejar-kejaran dengan kakak-kakaknya sudah disertai tawa riang, larian atau teriakan yang meriuhkan. Rumah kecil itu jadi seperti pasar, ramai dengan canda tawa kalian. Dik Adhan belajar menyanyi sejak usia 2 tahun. Biasanya belajar menyanyi saat mandi, jalan-jalan atau ketika bermain bersama. Ada juga belajar dari VCD yang rutin dia liat.

Tadi pagi ketika berjalan-jalan dengan papa, tiba-tiba dia berkata "nya.. nya...nya....  nya  u..   nya.. nya... nya....  nya  u...  nya... nya... nya... u". Awalnya bingung betul memahami lagu yang dinyanyikannya. Setelah dipikir-pikir, atau mungkin ini lagu Cherrybell? papa ambil hp mbak Alma dan memutar sebuah lagu. Ternyata benar lagu itu yang dinyanyikannya.

Syair aslinya "never never want you really really love you dst". Jadi lagu berjudul dilema itu yang dijadikan single lagu sebuah kendaraan dan kerap tayang membuat dik Adhan menjadi hapal. Begitu tahu lagu yang dimaksud, papa jadi tertawa. Anak-anak begitu mudah menangkap lagu dan agar pengaruhnya tak besar perlu diimbangi lagu anak-anak yang lain.

Beberapa lagu anak-anak yang dihapal oleh dik Adhan berjudul satu-satu, dua mata saya, cicak di dinding, balonku ada lima, naik kereta api, bangun tidur, nina bobok dan ada lainnya. Untuk lagu nina bobok, kalimat penutup yang diucapkannya sungguh lucu "di didi aem" padahal yang dimaksud digigit nyamuk. Dia bergembira jika yang mendengarkan tertawa terbahak-bahak.

07 Juni 2012

Menjemput Mas dan Mbak

Beruntung papa mama bekerja dengan waktu yang tidak cukup terikat serta tak jauh-jauh amat. Sehingga saat kalian pulang sekolah bisa dijemput tepat pada waktunya. Tak perlu menunggu cukup lama atau sendirian di depan sekolah. Kegiatan dirumah juga bisa berlama-lama karena tak habis waktu hanya nungguin jemputan atau perjalanan yang jauh.

Ini perlu kalian syukuri sebab banyak teman mas Afin dan Mbak Alma pulang lebih telat. Bahkan bila bell pulang sekolah jam 11 saat test, ada yang jam 12.30 masih nunggu didepan pagar. Sendirian dan menghabiskan waktu dengan duduk-duduk saja. Iya kalau ada uang saku bisa jajan kalau tidak akan lebih susah lagi. Musim kemarau menambah perasaan menunggu lebih menjengkelkan.

Meski begitu, kadang jam sekolah antara mas Afin dan mbak Alma berbeda. Dengan letak sekolah yang berbeda, tentu menjemput mbak Alma akan lebih diprioritaskan. Dulu saat mas Afin di sekolah utara ya mas Afin dijemput lebih dulu. Di sekolah selatan lebih ramai, posisi menunggu lebih susah dan harus datang lebih dini agar mendapat posisi tidak dibadan jalan.

Belum lagi peneduh yang terbatas, membuat menunggu kelas usai di sekolah selatan lebih tak nyaman. Di musim hujan juga tak ada bedanya. Untungnya siang hari jarang hujan sehingga memudahkan menjemput. Kini kalian jelang purna sekolah dasar dan semoga ilmu yang dipelajari di sekolah akan terus bermanfaat hingga kalian dewasa nanti.

Ingatlah selalu guru-guru kalian yang banyak memberi jasa berupa ilmu. Sering-seringlah bertegur sapa dengan mereka yang membuka jendela pengetahuan kalian. Jaga silaturrahim itu sebagai wujud rasa terima kasih atas ilmu yang sudah diberikan. Jangan lupakan mereka, bila perlu ketika kalian sukses angkatlah derajat mereka sebagai wujud rasa terima kasih itu.

05 Juni 2012

Rumah Kami, Penentram Jiwa

Rumah kami memang sudah berusia cukup tua, apalagi kami tinggal diperumahan. Otomatis bangunan yang ada bukan berkualitas no 1. Meski begitu kami sangat bersyukur menikmati hidup kami yang dilimpahkan beragam kebahagiaan tak terkira. Memang kadang ada masalah tetapi alhamdulillah semua terselesaikan dengan baik.

Kami sempat membangun bagian belakang rumah secara penuh 2 lantai. Waktu itu tahun 2005 dan hanya menghabiskan anggaran Rp 30 juta saja. Padahal lahan itu seluas 4x7 m2 untuk 2 lantai. Saking si kontraktor kelewat menyanggupi, belum tuntas benar pekerjaan eh ditinggal pergi.

Ya sudah mau bagaimana lagi.

Kini 7 tahun berlalu dan kusen serta jendela sudah rontok dimakan rayap. Bahkan pintu kamarpun bercampur antara kayu dan semen. Papa menutup kayu-kayu yang keropos dengan olahan semen. itu yang paling mungkin dan bisa dilakukan.

Pekerjaan mengganti kusen serta tampak muka tidak semudah yang dibayangkan. Debu-debu otomatis memenuhi semua lantai rumah.

Makanya tiap sore setelah pak tukang pulang, kami semua berbenah, bersih-bersih. Alhamdulillah dik Adhan mau mengerti dengan kondisi ini. Kadang mas Afin atau mbak Alma yang menemani. Ya Allah, Berkahilah kami semua dalam kesehatan dan kehidupan agar rumah kami benar-benar menjadi rumah cinta.

Tidak hanya sedap dipandang mata namun nyaman dan betah untuk ditinggali. Kami semua sungguh merasa kerasan betul dirumah itu. Semoga kenyamanan itu kelak akan bertahan sampai kalian anak-anak papa mama menjadi pejabat atau sukses menjalani hidup.

Maknai kedamaian rumah sebagai wujud rumahku surgaku. Jangan lupakan dimana dulu kalian lahir, kalian dibesarkan, kalian belajar dan kemana kalian akan mengunjungi orang tua kalian. Insya Allah papa mamamu tetap akan disini hingga akhir hayat.

Template by:

Free Blog Templates