29 November 2011

(Tanpa Judul)

Gadis itu menutup bukunya. air matanya menetes. aku harus tegar!batinnya. sejenak dia bercermin di kaca. wajahku buruk, berbintik-bintik, dan hitam. seperti yang ada dibukuku,batin gadis cilik itu. dia mengambil tasnya. Lalu dia mengemasi barang-barangnya, kemudian dimasukkan ke tas itu. tas pemberian almarhum ayahnya, sudah usang dan sudah robek. walau ayah tirinya telah memberikan yang baru, dia tak mau memakainya.

"mumpung ibu ke pasar dan ayah kerja,"batinnya. kemudian ia memandang tas kecilnya yang usang dan banyak yang robek. Dia menambal bagian tasnya yang sudah robek dengan lakban. gadis itu menutup kepalanya dengan penutup kepala. "selamat tinggal ibu, ayah,"batin gadis itu sembil meletakkan sepucuk surat di meja belajar. setelah itu ia keluar rumahnya dan segera pergi.

di jalanan, orang-orang memandang jijik gadis itu. gadis itu tak peduli, ia terus berjalan, tanpa tujuan. dia terus berjalan sempai perbatasan desa satu dengan yang lainnya. gadis itu terus berjalan tanpa lelah.

satu jam berlalu, karna kelelahan, gadis itu beristirahat di tepi sungai yang biasa digunakan penduduk.

"siapa namamu?"tanya sebuah suara. gadis kecil itu kaget dan segera mendongak. didapati gadis sebaya dengannya yang berpakaian sederhana dan tak layak pakai. dia membawa gitar mini dan sebuah botol aqua bekas.
"Tiara,"jawab Tiara pelan. "perkenalkan, namaku Olfi. sepertinya kamu anak baru. dari desa sebelah, ya?"tanya Olfi. "dimana aku berada?"tanya Tiara setengah sadar. "Klaten. Kamu dari mana? kayaknya, Solo, ya?"tebak Olfi. Tiara mengangguk. "hm, kok kamu sampai ke sini, sih? yuk, ke rumahku!"ajak Olfi. Tiara hanya menurut saja.

dirumah Olfi, Tiara dan Olfi asyik bertukar cerita. tapi Tiara tak mengatakan kalau dia kabur dari rumah. dia hanya berkata bahwa ia sedang liburan dirumah pamannya yang bertempat tinggal di Klaten. Olfi, sih, setuju-setuju saja. dan ibunya menawarkan kalau Tiara, sahabat anaknya yang baru, tidur di rumah Olfi. betapa senangnya Tiara. nampaknya Tiara sudah mulai melupakan kedua orang tuanya yang cemas dirumah.

. . .

"aduh, Pak! Tiara mboten wonten!!"seru ibu panik ketika pulang dari pasar. "napa inggih? cobi tak goleke,"tawar ayah. "ten kamare Tiara mboten wonten, Bu?"tanya ayah. ibu mengangguk. "lho, padahal ing ngendi-ngendi ra enek! cobi ten kamare Tiara,"ayah segera ke kamar Tiara. ibu hanya mengikuti. "paling nggih dolan!"seru ayah ketika tak menemukan anak tirinya. "Pak! niki wonten surat!" seru ibu sambil menunjukkan sepucuk surat yang ditemukannya. "coba kak waca!"seru ayah sambil membaca surat itu. kita baca yuk,

dari Tiara,
Untuk Ayah Ibu.

Assalamu 'alaikum wr.wb
gimana kabarnya Yah, Bu?baik,kan??kerjanya tetap sukses,donggg!!ya nggak?!
oh, ya,jangan kuatir kalau cari Tiara.Tiara hilang dari rumah mungkin sekitar sebulan. habis itu Tiara pulang, kok!
maaf Tiara udah ngilang, habis Tiara pingin lihat dunia ini dan Tiara pingin dipeduliin.Eh,Tiara mungkin ngilangnya lama.dan mungkin Tiara nggak tau jalan pulangnya.Tiara akan berpetualang sendiri.
Kalau soal sekolah,Tiara memang nggak pantes.Muka Tiara hitam, bintik-bintik,dan apalah.
udah,ya, my ortu! sekian dulu suratku. oh,ya,Tiara denger ortu yg baik itu pingin mewujudkan keinginan anaknya.jadi,krn Tiara menganggap kalian baik,maka, keinginanku adalah:
diperhatiin, sama boleh main ke luar rumah pas sore hari.
udahan, ya!
Muaaaaaaaaachh!!!!

Terlihat mata ayah dan ibu berkaca-kaca. mereka menyesal akan perbuatan mereka selama ini.
setahun kemudian terdengar Tiara bermain bersama teman-temannya dengan ceria. Tiara telah ditemukan dan Tiara minta maaf pada ortunya.

. . . . . . . .

sekian dulu ceritaku, semoga ada hikmahnya!!!
(ceritanya nggak nyambung, ya?!?!)
MKS!

@AnRaw

28 November 2011

Sahabat


Kau menghibur,
membantu,
mengasihi,
dan kau memberi inspirasi.

Kau menghiburku saat aku bersedih,
Kau membantuku saat aku sedang kebingungan,
Kau mengasihiku seperti saudaramu sendiri.
Dan kau memberi inspirasi.
Kita tertawa bersama,
saat sedih maupun senang.
tak peduli kau salah.
Kita tertawa bersama,
walaupun sedang bermusuhan.
Dan kita tertawa bersama,
walau keadaan sakit.

Oh, sahabat...
hidupku sepi tamnpamu,
yang s'lalu mengisi hari-hariku dengan penuh kebahagiaan.
Akankah kita berpisah?
Dan akankah kita bertemu kembali?

25 November 2011

Makan ya Dik Adhan

Bener-bener mogok makan siang itu dik Adhan. Dicoba berbagai cara, dibujuk, dialihkan perhatiannya tetap saja. Bahkan diganti dengan makan roti tetap saja tidak mau. Apa mau dikata, hari itu terpaksa makan hanya 2 kali. Kalau sama sekali tidak makan siang itu ya tidak juga karena 4 suap sudah mau juga.

Siang tadi, demikian juga meski mama yang coba suapin... Hari kemarin yang mencoba menyuapin papa dan mbah ti. Gagal juga termasuk ketika ditinggal papa ke atas. Tahu dimarahi, dik adhan main sendiri kesana kemari. Mainan diambil papa semua juga tidak masalah. Bahkan saat ada mas Afin dan mbak Alma tetap saja tak mau maem.

Entah kenapa 2 hari ini tetap ga mau membuka mulut. Bila dipaksa, dikeluarkannya lagi makanan itu. Kemarin papa mencoba menyetel vcd, meninggalkan dik Adhan dibawah, tidak memberi mainan atau coba dibujukin mbah tetap saja. Karena papa harus rapat, ya papa berangkat. Saat dipantau tetap saja tidak mau kata mbah. Kalau ada tangan yang maju maka akan teriak.

Tadi juga begitu. Sudah beberapa suap masuk, akhirnya mogok juga. Awalnya makan sambil lihat kereta api. Terus mama ngajak turun ke bawah ngeliat vcd dan ajak mainan. Tidak mau juga. Karena sudah siang, mamapun berangkat. Papa mencoba kasih roti, sama saja. Ketika bermain dengan mas Afin dan mbak Alma disuapin roti ya tidak mau.

Semoga besok-besok tidak begitu lagi ya dik Adhan. Makan tetap penting agar badan kita staminanya terjaga. Apalagi adik masih kecil dan asupan merupakan hal penting. Kami sudah mencoba memberi yang terbaik. Bukan target gemuk namun sehat. Kalau standar makan 3 kali, ya semestinya makan 3 kali.

Kami semua sayang dan menjadi khawatir bila dik Adhan tidak mau makan. Mas Afin dan mbak Alma sudah banyak bantu supaya adik bersedia menerima suapan itu. Ah semoga kesehatan tetap terjaga dalam badanmu. Kini kami berdoa, lain hari tidak terulang.

21 November 2011

Mas Afin On TATV

30 Oktober lalu mas Afin ikut tampil dalam lomba science di tv lokal dengan 14 temannya dari SD DJI. Mereka bertanding melawan 2 SD lainnya yang satu swasta dan yang satunya negeri. Persiapan oleh sekolah dilakukan setelah jam tambahan pelajaran selama 10 hari. Memang melelahkan sehingga sampai dirumah kelelahan.

Tak apa, sebagai ajang menempa diri dalam menyiapkan sesuatu. Banyak pembelajaran yang dia dapatkan selama menjalani persiapan itu. Alhamdulillah kesehatan dan kestabilan emosinya terjaga. Pelajaran harian juga masih bisa diterima dengan baik. Hal itu terlihat dari saat ditanya berapa nilai yang diperoleh selalu diatas 80.

Mengikuti lomba mewakili sekolah adalah pengalaman pertama sehingga terkesan agak nervous. Papa mama mendorong dia untuk jadi juru bicara namun pihak sekolah memutuskan temannya, Hasan yang jadi juru bicara. Tayangannya sendiri disiarkan pada tanggal 13 November dan kami menyaksikan bersama dirumah.

Pada sessi ketrampilan yaitu memukul bola pingpong, ada teman yang menerima dan harus masuk ke topi. Mas Afin maju karena Aldisa yang semestinya lebih terampil, tidak bersedia. Berpasangan dengan Hasan, hanya mampu memasukkan 19 bola saja. Lawannya lebih dari 28 bahkan ada yang sampai 32 bola.

Sessi cerdas cermat yang formatnya tidak tepat menurut papa mama (karena sistem rebutan dan multiple choice) menjadikan tim SD DJI keteter. Mereka ikut perintah pemandu memencet bel setelah pilihan dibacakan. Rupanya SD lain memencet bel lebih duluan. Otomatis kondisi ini menyebabkan DJI tidak mendapat hasil optimal.

Menurut mas Afin, pemandu bilang akan mendiskualifikasi peserta yang memencet bel sebelum soal selesai dibacakan. Faktanya ketika hal itu terjadi hanya dihukum pengurangan point 20. Padahal tiap soal mendapat 30 dan 40 point. Tentu sanksi ini tidak berdampak cukup besar. Disisi lain, bel sistemnya tidak paralel sehingga bisa saja 3 bel bunyi bersamaan.

Jika begitu, tergantung mata pemandu yang mana duluan yang dilihat ya dia yang menjawab. Pada tayangan jelas terlihat beberapa kali penunjukan si penjawab bukan pemencet bel pertama. Meski kecewa, papa mama menghibur mas Afin untuk tidak terlalu kecewa. Ini hanya lomba dan menguji keberanian mas Afin.

Pembelajaran yang luar biasa bagi perkembangan dirinya. Semoga mas bisa mengambil sisi positif dari lomba tersebut. Agar ke depan semakin banyak tindakan yang diambil berdasarkan pengalaman yang dilalui. Pembelajaran tidak harus dikelas, dirumah, lewat buku, televisi namun kejadian sehari-hari. Berkembanglah nak....

16 November 2011

Adhan, Maaf Bila Harus Begini

Hampir 3 minggu sudah dik Adhan bolak balik ke TPA Balita Harapan di Pajang. Dan ini merupakan pilihan sulit bagi kami semua namun tidak ada jalan keluar yang jauh lebih memadai. Pasti ada kelebihan dan kekurangan selama dan setelah dik Adhan menjalani itu semua. Beberapa perubahan sudah mulai dirasakan.

Kini, kalau nangis sering menjerit apalagi kalau dirumah ada papa saja atau mama saja. Meski mas Afin dan mbak Alma berusaha menghibur, tetap dicuekinnya. Jeritan is the best, begitu barangkali prinsip dik Adhan. Apa boleh buat, pekerjaan rumah ditinggalkan supaya dik Adhan tidak tambah kenceng jeritannya.


Di TPA itu dia bersama sekitar 20 anak dan ada yang lebih besar atau lebih kecil usianya. Wong yang digendong alias masih bayi juga ada. Kendala lain yang muncul yakni makan siang. Disana memang makan harus mandiri sebab tak mungkin nyuapin 20 anak dengan 2 orang. Sehingga yang sudah gede saja yang akan makan.

Maka dari itu, dik Adhan dijem
put pada kisaran pukul 12.30 sampai 13.40 an karena mengejar waktu makan. Jam tidur pagi mungkin sedikit bergeser serta kualitas tidurnya tidak seperti dirumah. Ini beberapa hal yang butuh penyesuaian tidak sebentar. Makanya sering abis Maghrib sudah mengantuk dan lekas terlelap.

Menitipkan dik Adhan tentu bukan jalan terbaik namun harapannya sebagai tindakan emergency. Belum lagi ditambah jadual mas Afin dan mbak Alma yang pulang jelang sore terutama hari Selasa-Kamis. Minum susu di TPA juga tak terjadi, mungkin karena dia tidak berminat. Suasana ramai dan hilir mudik teman-temannya mengganggu keasyikan mimik.

Ada satu hal yang dijadikan pembelajaran pada dik Adhan yakni berkumpul dengan anak lain tanpa Papa Mama. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya karena dari dulu selalu ditungguin. Awal ditinggal masih meronta tapi tadi sudah diam dari sebelumnya yang cuma terisak.

Papa Mama tak pernah merasa tega sebenarnya.
Semoga dik Adhan belajar banyak dengan adanya teman-teman. Mau berbagi, bermain bersama, belajar atau memperhatikan anak yang usianya lebih gede. Masa kecil yang kurang ideal namun memang harus ditempuh. Ada banyak anak lain yang mungkin nasibnya jauh lebih tidak beruntung. Mengertilah dik Adhan, kami sangat sayang dan sebenarnya tak ingin seperti ini.

08 November 2011

Dik Adhan Naik Kereta Api

Bus, Pesawat dan kereta api telah mencuri perhatiannya. Dirumah, dijalan, saat makan, saat pergi, mainan yang dimiliki dan kegiatan apapun bila menyangkut model transportasi itu akan menarik perhatiannya. Kalau lihat bus, akan ditunjuknya dan bilang "bih". Melongok pesawat yang melintasi awan rumahnya akan ditirukan dengan mekarnya telapak tangan sambil bergumam "ngeeeng....".

Sedangkan untuk kereta api selain berkata "pi" dan kalau pas melihatnya akan diayunkan tangan kanannya (da... da....) diselingi dengan menunjuk. Ah kami semua selalu bergembira melihat reaksi dik Adhan seperti itu. Tak pernah letih dan bosan mengajaknya sore berjalan-jalan ke tepian rel jalan makamhaji-gawok menunggu kereta lewat.

Pun saat mandi, kalau terdengar suara pesawat dan kereta api segala aktivitasnya berhenti dan menyimak suara itu. Jika kami diam saja, dia akan memberitahu suara yang didengarnya dengan sentuhan ke badan kami. Menyenangkan bermain bersama dik Adhan dengan hal-hal yang disenanginya.

Naik bus BST saat pulang dari terapi di YPAC beberapa kali dan wajah gembiranya merekah. Bahkan saat harus naik BST bersama mbah, papa yang mengantarkan ke halte purwosari diacuhkannya. Ketertarikan dik Adhan cukup besar pada transportasi-transportasi itu. Naik mobil aja suka.

Melihat pesawat dari jarak dekat juga kami lakukan dengan mendatangi Bandara Adisumarmo di Kartosuro. Matanya lekat tak beranjak waktu pesawat militer akan lepas landas atau pesawat komersial lain menjalani proses run down. Entah apa yang ada dipikirannya waktu itu, yang jelas raut gembiranya memancar.

Kalau kereta api awalnya hanya lihat di jalan saja, kebetulan kemaren 7 November mas, mbak dan mama libur. Maka kami merencanakan pergi ke Jogja jalan-jalan sekaligus memberi pengalaman dik Adhan naik kereta. Seperti yang diprediksikan, hatinya gembira sekali bisa naik kereta.

Bahkan sepanjang perjalanan dan selama di Jogja tidak rewel. Pulangnya, tidak ada 15 menit dari naik prameks langsung tidur pulas. Rupanya rasa lelah, kantuk dan gembira menyatu dalam badannya sehingga tak kuat jaga mata. Ga apa-apa sayang, tidurlah dengan nyenyak dan bangunlah mimpimu atas kereta api.

03 November 2011

Bangkit Mbak Alma!

Dengan raut muka kusut, mbak Alma membuka pintu rumah saat didrop mama. Tidak seperti biasanya langsung menyapa dik Adhan. Saat ditanya papa juga membisu seribu bahasa. "Ada apa mbak? dimarahi mama? kenapa? sakit?" tanya papa memberondong. Melepas sepatu dan tetap diam seribu kata.

Akhirnya mengaku juga bahwa hasil try out saat jeda semesteran membuat dirinya terlempar ke kelompok les B. Sejak kelas V ini, ada tambahan pelajaran hari Selasa - Kamis khusus untuk pelajaran IPA, Bahasa Indonesia dan Matematika. Dari 3 kelas, dipisahkan 4 kelompok tambahan pelajaran. Pemisahan itu tidak berdasar ranking seperti jaman mas Afin namun dari try out.

Memang tiap anak tidak bisa dituntut untuk sama. Dulu mas Afin awal tambahan pelajaran berada di posisi duapuluhan namun jelang kenaikan kelas bisa masuk 10 besar. Jadi pemeringkatan itu paralel untuk satu angkatan. Tentu tak mudah masuk 30 besar apalagi menjadi 10 besar. Anak-anak yang bisa konsisten saja yang bertahan.

Kalau tidak konsisten belajar bisa bolak-balik pindah ruang les. Bahkan untuk kelas D hanya melulu diisi latihan matematika penambahan, pengurangan, pengalian dan pembagian. Kembali ke cerita tadi, awalnya mbak Alma tidak akan cerita begitu tahu rata-ratanya tidak membanggakan bagi dirinya.

Namun rupanya hari itu mama menjemput dan masuk sekolah sehingga melihat pengumuman pembagian kelas. Mas Afin yang sedang persiapan lomba science juga membacanya. Mbak Alma memang down dengan hasil itu dan kami semua turut bersedih. Tapi mbak harus segera bangkit dan belajar yang rajin agar kembali ke kelas A. Buktinya saat UTS bisa 4 besar meski matematikanya ga karuan.

Begitu setelah diingatkan dan rajin belajar kembali, try out untuk matematika mendapat 80. Sayangnya untuk IPA dan Bahasa Indonesia kembali yang melorot. Try out sendiri diadakan mendadak sehingga memang membutuhkan kesiapan dan rutin atau tidaknya anak-anak belajar.

Kalau hanya sesekali pasti sulit menyesuaikan. Oleh karena itu papa mama kembali memberi semangat supaya mbak Alma mampu memperbaiki diri. Tidak hanya usaha namun doa juga mengiringi usaha. Semoga bulan depan (karena try out sebulan sekali) bisa kembali ke kelas A ya mbak. Yakin dan teruslah berusaha.....

Menuju TPA

Tahun ini rupanya menjadi titik kritis yang harus dihadapi bersama oleh anggota keluarga. Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan supaya semuanya tetap baik-baik saja terutama mengenai kesehatan. Pergantian cuaca menandai kondisi yang tak menentu antara panas, mendung atau tiba-tiba hujan. Disisi lain, kegiatan sekolah dan bekerja cukup menyita waktu kami berlima sehingga harus diatur supaya tidak terguncang.

Pertama, paska belum dapatnya pengganti mbak ida jelas menguras energi seluruh penghuni rumah. Pekerjaan mama juga masih padat bahkan pernah menginap diluar kota sekali. Mas Afin jelang Ujian Nasional harus mempersiapkan diri baik mental maupun penguasaan materi. Tambahan jam pelajaran menjadi tuntutan mas Afin agar tidak ketinggalan. Papa mama yang awalnya keberatan akhirnya menyetujui.

Papa perlu sesekali mengerjakan sesuatu yang diorder oleh om Pai, terutama 3 bulan ini sehingga butuh waktu tersendiri. Mbak Alma meski hasil test masih bagus, rupanya try out yang mendadak menjadikan hasilnya kurang bagus. Dia terlempar dari jajaran 30 besar di kelas V dan masuk kelas B untuk les. Hal ini membuat kekecewaan mendalam bagi kami semua namun mbak Alma harus bangkit.

Papa mama mendorong agar mbak Alma kembali belajar serius.
Beberapa kondisi itu mengakibatkan dik Adhan harus segera menyesuaikan. Sebelum ada pilihan ideal yaitu mendapatkan pengasuh baru, akhirnya dik Adhan dititipkan di penitipan anak. Kami semua tidak menghendaki namun keputusan ini harus diambil agar kondisi tetap terjaga dengan baik.

Sejak hari kemaren dik Adhan "bersekolah" di TPA Balita Harapan Pajang. Disana ada 15an anak mulai 8 bl hingga 3 atau 4 tahun.
Hari pertama, merupakan hari penyesuaian. Pertama ditinggal udah jelas menangis namun ketika dijenguk mama pukul 09.30 rupanya mau maen bersama teman-temannya sambil teriak. Siang pukul 13.00 papa sudah menjemputnya dan waktu itu dia sedang berdiri di samping tempat tidur sambil menangis.

Dilihat dari raut mukanya, dia menangis karena lelah.
Berdasar info pengasuh, rupanya waktu tidur bersama pukul 10.00 dik Adhan tidak bisa tidur pulas. Hanya liar lier dan mudah terbangun bila ada suara-suara. Maklumlah dirumah sepi jadi bisa lebih nyenyak. Makan juga masih sedikit meski akhirnya diimbangi sama roti. Kata para pengasuh, dia sudah mulai mau jalan sendiri antar tempat tidur.

Ah syukurlah dia mau bolak-balik sendiri.
Beberapa anak jam segitu sudah ada yang dimandikan namun dik Adhan belum dimandikan. Masih siang betul itu. Papa pun membawanya pulang ke rumah dan berniat menyuapi karena tadi makannya sedikit. Eh masih nangis saja sehingga digendongnya dik Adhan dan tak sampai 5 menit langsung pulas. Nampaknya lelah dan rasa kantuk menyerang hebat sehingga bangun pukul 13.15 saat mbak Alma dan mama sudah dirumah.

Kita semua tidak tega dik Adhan dititipkan namun belum ada solusi yang tepat mengatasi semua ini. Apalagi seminggu ini mas Afin hari Senin, Rabu dan Jum'at pulang hingga pukul 18.00. Papa harus bolak balik antar jemput mbak Alma dan mas Afin. Yang utama perlu dijaga papa mama yakni kondisi kesehatan anak-anak kemudian kondisi psikologis mereka supaya kesulitan ini tidak mengganggu perkembangan mereka kelak.


Maafkan papa mama bila belum menjadi orang tua yang super baik. Masih ada banyak kekurangan meski kami terus berusaha. Doa dan kemengertian kalian adalah hadiah bagi papa mama dan semangat dalam bekerja. Semoga kedepan kita semua dapat menghadapi dengan lebih baik.

01 November 2011

Keep Spirit Fighting Mas

Sepuluh hari terakhir ini merupakan periode yang cukup berat bagi hari-hari mas Afin. Pasca ujian tengah semester yang hasilnya lumayan (meski ada satu mata pelajaran yang harus dipelajari lebih dalam) rupanya ada tugas baru disekolah. Alhasil, jam belajarnya menjadi bertambah padat sampai jam 17.50. Apalagi untuk 3 hari terakhir tanggal 31 Oktober, 2 dan 4 November.

Tiga hari itu mas Afin melalui hari-hari belajarnya hingga 11 jam (meski ada jeda istirahat yang jika ditotal ada 2 jam lah seperti istirahat, sholat dan makan). Makanya papa mama lumayan memberi perhatian pada 3 hari tersebut agar kondisi mas Afin tidak drop.
Kenapa waktu belajarnya bertambah? Sekolah pulang jam 13.30 sesuai jadual resminya.

Karena sudah kelas VI dan a
kan menghadapi ujian nasional, sekolah menerapkan kebijakan pendalaman materi dari jam 13.30 sampai jam 14.30. Kebijakan ini kebetulan diberlakukan juga untuk kelas V untuk hari Selasa-Kamis sehingga mbak Alma juga pulangnya sama.

SD DJI kebetulan akan ikut lomba science sabtu mendatang di TATV (TV lokal di Solo) dan Alhamdulillah mas Afin dipilih menjadi bagian tim yang terdiri dari 15 anak. Anak-anak itu diminta mendalami materi lomba dari pukul 14.30 hingga pukul 16.00. Tiga cowok dari VI B adalah mas Afin, Hasan dan Aldisha.


Sesuai permintaan mas, sejak 3 minggu lalu dia juga ikut les diluar tiap hari Senin, Rabu dan Jum'at pukul 16.00 hingga pukul 17.50. Tak aneh bila 3 hari seminggu ini mas sampai rumah setelah adzan maghrib. Tadi sepulang sekolah, terlihat kelelahan meski masih semangat bercerita.

Untuk menjaga kebugaran terutama menghadapi lomba, mama mensupport dengan berbagai hal seperti penyediaan makan siang, tambahan uang jajan ataupun meminta mas langsung istirahat setelah jadual pelajaran buat esok pagi. Sebab bila masih harus belajar lagi, takut malah menjadi beban atau tidak peak saat lomba.

Melengkapi itu semua, doa menjadi hal yang tak boleh terlupa. Agar kondisi yang ketat tidak menjadikan mas sakit. Agar mas tetap bugar, ceria dan inget beberapa materi pendalaman. Percuma kan kalau sudah melakukan banyak hal, eh hari pertandingan malah drop. Semoga hasilnya nanti sesuai harapan ya mas.... Amin....

Template by:

Free Blog Templates