31 Juli 2012

Berani Itu Asyik

"Berani Itu Asyik" itu update status mbak Alma dipertengahan Juli 2012 ini. Awalnya papa ga keinget apa maksudnya. Berani apaan nih? jangan-jangan? papa khawatir keberanian yang dimaksud mbak alma di facebooknya berkaitan dengan hal negatif.

Papa mencoba mengingat-ingat apa yang kemarin-kemarin diceritakan mbak Alma. Ada 2 kejadian besar yang menurut papa menunjukkan mbak Alma sudah mulai berani. Pertama saat awal masuk kelas VI, dia tiba-tiba tunjuk jari dan mengemukakan pendapatnya.

Waktu itu pak Chomsi yang Wali Kelas sedang menawarkan siapa yang layak jadi ketua kelas. "Mbok sekali-sekali ketua kelasnya perempuan pak" usul mbak Alma setelah dipersilahkan pak Chomsi. Sebenarnya sudah direspon bagus dan ditawarkan ke anak-anak kelas VI A.

Eh malah yang mendukung tak sebanyak tawaran ketua kelas dari anak laki-laki. Akhirnya diadakan pungutan suara untuk menentukan apakah ketua kelas laki-laki atau perempuan. Kejadian kedua saat mbak Alma bertanya pada guru kelas.

Alhamdulillah, keberaniannya sudah mulai tumbuh. Semoga keberanian-keberanian lainnya akan mengikuti. Dimasa depan, kelak keberanian yang ada terus tumbuh dan berkembang. Belum lagi kemampuan membaca yang tinggi semoga berdampak pada tumbuhnya kerangka berpikir dan berbicaranya. Berbicaralah sayang, kamu akan berkembang.

23 Juli 2012

Sepi Ya Dek Adhan

Menjelang mas Afin dan mbak Alma liburan, mama berpesan pada papa supaya lekas pulang. Kasihan sama dik Adhan yang pasti kehilangan dua kakaknya. Suasana rumah jadi sepi dan takutnya malah suka rewel, soalnya selama ini dia sangat bergembira dengan kedua kakaknya itu. Dia sudah mulai faham berbagai permainan, nyayian atau main bola yang paling digemarinya.

Maka dari itu, begitu selesai anter mas dan istirahat sejenak papa pulang pukul 23.00. Kebetulan om Febi mau mengirim paket pukul itu sehingga papa sekalian pulang. Lagi ga beruntung, eh sampai Solo jam 09.00 pagi dan kebetulan dik Adhan berada di depan rumah. Selama 3 hari mas dan mbak tidak ada dirumah, dik Adhan banyak bermain dengan papa.

Papa sendiri mau berangkat ke kantor jadi agak males sebab merasa ga tega ninggalin dik Adhan sama bude. Apalagi cuma Jum'at dan Senin dik Adhan sama bude sehingga papa memustuskan untuk dirumah dan bermain dengan adik. Entah main petak umpet, sepakbola, bernyanyi atau yang lainnya. Yang jelas dipuasin benar bermain dengan dik Adhan.

Suatu ketika saat jelang sholat maghrib, dik adhan berujar yang maksudnya ingin iqamah. Papa mama kaget, emang bisa? dari nada yang ga jelas lafalnya kami faham bahwa dik Adhan benar-benar melafalkan iqamah secara benar. Alhamdulillah, ternyata selama ini prosesi sholat maghrib meski dia seperti bercanda tertanam betul dalam ingatannya. Saat mas Afin dan mbak Alma pulang, kami cerita apa yang sudah dikuasai dik Adhan itu.

Benar-benar pembelajar secara cepat. Semakin hari makin banyak yang dimengerti dan dikuasai meski secara jelas konsonannya belum bisa didengar. Apapun kami berbahagia atas keceriaannya yang tumbuh pesat. Cuma maaf ya sayang, papa mama tak bisa merekam perkembanganmu melalui video seperti saat mas Afin dan mbak Alma kecil. Semoga itu tak masalah.

18 Juli 2012

Wakil Ketua Kelas VIIA

Berorganisasi akan memberi pembelajaran atau pengalaman bagi tiap individu. Banyak hal yang bisa dipetik dari kumpul-kumpul bersama teman sebaya dalam sebuah institusi. Maka mama papa mendorong mas Afin dan mbak Alma merasakannya. Ada beragam pengalaman yang bisa dipetik dan dirasa apalagi mumpung masih kecil jadi bisa merasakannya sejak dini.

Belajar menghormati, belajar menghargai, meningkatkan kepercayaan diri, jujur, tegas, sopan dan beragam manfaat lain akan didapatkan dari mengelola sesuatau. Bila disaat SD terutama klas I-V mas Afin banyak belajar untuk disuruh ketua kelas atau berbagi tugas saat menyapu, kini giliran kelas VI memimpin kelas. Baru beberapa minggu terasa sudah betapa memimpin kelas tidak mudah. Perlu pemikiran bagaimana teman-teman menghormati dirinya.

Untung mas Afin pembelajar cukup baik. Saat kelas tak ada guru, biasanya kelas akan gaduh. Dia menyuruh teman-temannya diam sebab bila tidak akan mengganggu kelas lain. Biasa ada yang tak mendengarkannya, dicatatlah anak-anak yang tak menuruti kemudian dibilangkan guru. Atau dilain waktu saat berkemah, dia cek seluruh perlengkapan yang dibutuhkan, membagi siapa yang harus membawa, memutar jadwal jaga kemah dan lainnya.

Berdasarkan pengalaman itulah, mama papa mendorong di MTsN mas ambil bagian. Pasti bisa lebih seru dan bermanfaat bagi pendewasaannya. Tepat sehari setelah MOS, ada pemilihan pengurus kelas. Ibu Walikelas menunjuk 6 orang yang sepertinya berdasar urutan hasil UN. Kemudian tiap anak diklarifikasi apakah sudah pernah jadi ketua kelas. Untung saja kelas VI lalu mas Afin pernah merasakannya sehingga lolos verifikasi.

Entah karena apa yang jelas dalam pemungutan suara dia mendapat suara terbanyak kedua yakni 8 suara. Yahya mendapat suara terbanyak pertama dengan 9 suara. Itu saja mas Afin dan teman sebangkunya Raka tidak memilih mas Afin. Alasan mas dia ga yakin dapat suara banyak. Perolehan itulah yang menjadikannya menjadi Wakil Ketua Kelas. Selamat yah sayang, ini amanat yang harus kamu jaga. Teman-teman sekelas menaruh kepercayaan pada dirimu.

14 Juli 2012

Berlibur sering membuat kesan yang cukup mendalam. Tidak hanya momennya namun juga segala sesuatu yang berkaitan dengan hal tersebut. Liburan panjang ini, mas Afin dan mbak Alma sudah diminta mbah maupun bulek segera ke pekalongan. Cuma karena proses pendaftaran sekolah mas belum kelar agenda ke pekalongan tertunda.

Niat mbah untuk menjemput juga dicegah sama papah karena memang kami bersepakat tidak memberitahukan renovasi rumah. Selama proses jelang akhir studi, kebetulan mas Afin dan mbak Alma berhasil hafal juz 30 sehingga bulek berniat memberi hadiah pada mas dan mbak. Kami bersyukur atas keberhasilan mas dan mbak menjaga konsistensi dirinya sehingga meraih hasil yang sesuai dengan kemampuannya.

Jelang makan siang, numpang foto dulu
Saat liburan di Pekalongan, mereka diajak ke pemandian dan renang sepuasnya disana. Di rumah mbah juga disewakan becak mini. Banyak cerita mengalir termasuk kenekatan mas mengayuh becak dengan cepat dan hampir terguling. Mbah putri sampai teriak, dik Alma terjerembab dan sikunya terasa sakit, dik Yoga malah tertawa-tawa saja.

Rupanya hadiah yang dijanjikan bulek akhirnya diwujudkan dan berbentuk sepatu. Sebenarnya bulek ingin membelikan sepatu yang tidak formal tetapi mas dan mbak memilih warior yang bisa digunakan untuk bersekolah sekalian. Maklum sepatu mereka juga hampir 2 tahun belum ganti dan memang belum rusak. Rupanya pilihan mereka pada sepatu yang menurut bulek biasa saja.

Senin dini hari, mas dan mbak diantar pulang ke Solo. Rupanya hadiah juga belum berhenti, di Solo mereka mendapat kaos dari simbah. Alhamdulillah disyukuri ya mas dan mbak. Dik Adhan tak lupa dapat jatah kaos yang dipilihkan papa. Kaosnya keren dan papa sudah tak sabar ingin ambil foto dik Adhan memakai baju itu.

12 Juli 2012

Liburan, Bus dan Muntah

Meski cuma sebentar, namun liburan panjang kali ini tetap mengesankan. Kenapa sebentar? karena menunggu waktu Mas Afin agak longgar, maklumlah namanya lulus sekolah jadi harus cari sekolahan dulu. Ya tak apalah, lagian proses renovasi rumah harus dijaga bersama. Kasihan papa mama kalo harus beres-beres sendiri, nyiapin sendiri tiap pagi sama sore. Belum lagi ada dik Adhan.

Akhirnya hari yang dinanti tiba, mbak Alma dan mas Afin diantar papa naik bus ke Pekalongan. Sudah diantisipasi dengan minum Antimo cair buat anak, ternyata mbak Alma masih mabuk juga mungkin sampai 5 kali lebih. Plastik aja dikit lagi ludes. Sudah begitu, ban bus Sami Djaya Solo - Bandung bermasalah di seputar alas roban. Akibatnya harus berhenti 2 kali untuk benahi ban. Saat berangkat lagi itulah saat berat bagi mbak Alma.

Di tempat renang juga kelaparan
Berkali-kali nanya kapan sampai, koq lama, dimana ini dengan wajah sayu dan badan lunglai. Papa benernya ga tega tapi tidak mungkin turun ditengah jalankan? Untungnya mas Afin berhasil tidak mabuk. Beragam jajanan di tas hampir tidak disentuh mbak Alma terkecuali air putih. Otomatis papa dan mas Afin yang bolak-balik memakan snack. Jelang Kota pekalongan, mbak Alma minta tidak dijemput dengan mobil.

"Nggak mau, nanti aku muntah lagi. Kepalaku pusing, pokoknya jemput naik motor" pintanya. Ya sudah, papa telp mbah untuk jemput naik motor. Padahal siang itu bulek dan om ada di Pekalongan bawa mobil. Sampainya di Pekalongan, terlihat wajah kembali sumringah. Hawa dalam bus sudah lepas dan segera ingin sampai rumah.

Menuruti keinginan mbak Alma, papa langsung tancap gas meninggalkan mbah kakung dibelakang. Yang jelas kasian juga kalo mbak Alma kelaparan. Habis makan pagi sudah dikeluarkan dijalan dan tak ada lagi makanan masuk. Sampai di pekalongan juga jam 16.00, tentu rasanya seperti bulan puasa. Entah sampai kapan kalau naik mobil tidak muntah.

MTsN Jadi Sekolah Lanjutan Mas Afin

Banyak hal yang dipertimbangkan, mau masuk ke sekolah mana saat mas Afin selesai pengumuman UN nya. Sejak papa melakukan pendalaman atas beberapa sekolah menengah pertama, ada beberapa yang menarik untuk keberlanjutan sekolah. Namun sayangnya soal biaya yang sungguh tidak manusiawi. Tidak hanya biaya masuk namun juga SPP bulanan yang cukup besar. Bila diterima, uang gedung mencapai Rp 7,9 juta dan SPP bulanan Rp 500 ribu.

Meskipun mendapat makan siang, kelas AC, 3 guru tiap kelas, model moving class, 20 anak tiap kelas namun tetap menjadi pikiran. Sebab tahun depan mbak Alma juga akan masuk SMP. Pilihan kedua, mas Afin di pondok pesantren. Kualitas sekolah SMPnya memang tidak cukup mentereng tetapi papa tergiur model dwi bahasa dalam kesehariannya. Kelebihan lain jarak dekat, jum'at bisa pulang, bulanan Rp 400ribu komplit,

Yang jelas dari beberapa pilihan, dasarnya pendidikan agama yang didapatkan selama di SD DJI tidak hilang begitu saja. Pupuk yang sudah terserap tanaman ya harus tetap diberikan supaya tanaman tetap subur. Kalau harus ke sekolah negeri umum, papa mama takutnya akan banyak pembelajaran yang hilang. Apalagi mas afin benar-benar suka pelajaran agama. Banyak keunggulannya dibidang Al Quran, Bahasa Arab maupun hafalan. Sayangkan kalau dibuang percuma.

Setelah berembug dengan mas Afin, rupanya untuk melanjutkan ke pondok pesantren dia tidak mau dengan alasan terkekang. Pengalaman pesantren kilat di sekolah dulu dianggap itulah kejadian sebenarnya di pondok pesantren. Meski sudah dijelaskan dan bersama-sama menuju ponpes yang dituju, mas Afin tetap tidak mau. Akhirnya pilihan jatuh ke MTsN 1 yang memenuhi syarat atau kriteria sekolah lanjutan bagi mas Afin. Awalnya mama ragu, apakah pasca MTsN bisa lanjut ke SMA atau SMK?

Ya tentu bisa saja lha wong sebenarnya itu SMP juga cuma dikelola oleh Kemenag dan pelajaran agama tidak hanya agama Islam namun diurai secara spesifik. Kebetulan SMP Negeri yang terdekat dari rumah persaingan pendaftar luar kota cukup ketat. Dengan hasil UN 26,15 harusnya sudah bisa merasa aman untuk sekolah dimanapun, rupanya banyak juga yang meraih nilai sama. Bahkan di Jurnal hari terakhir nilai UN mas Afin tidak masuk di SMP 2, SMP 3 dan SMP 9.

Tidak apalah, yang penting kesempatan sekolah di MTsN harus dimanfaatkan sebaik-baiknya meraih prestasi. Berdasarkan ranking UN yang mendaftar, mas Afin berada di posisi 25 dari sekitar 300an pendaftar. Dan yang dinyatakan diterima 150 anak berdasarkan hasil UN dan test masuk, posisi mas Afin ada di peringkat 20. Prestasi ini setidaknya dipertahankan bahkan bila perlu ditingkatkan karena potensi yang dimiliki masih besar.

Template by:

Free Blog Templates