28 Desember 2010

Kalian Bisa!

Sekolah merupakan dasar yang cukup penting untuk bekal masa depan dan setiap manusia di Indonesia akan melewatinya. Mas Afin dan mbak Alma juga melewati masa-masa sekolah dengan cukup antusias. Mereka bergembira ketika masuk sekolah atau kadang ya males-malesan sehingga akhirnya mbolos. Prestasi di sekolah juga lumayan menurut kami, papa mamanya. Hanya saja memang masih angin-anginan yang kadang naik atau turun. Jika masih giat, mereka akan belajar tanpa disuruh-suruh bahkan mulai pulang sekolah hingga akan terlelap ditengah malam.

Atau malah sebaliknya, cuma bentar buka buku pelajaran, baca dan sudah. Entah masuk atau tidak tapi kami mempercayai kalian telah belajar. Metode untuk tidak banyak menghafal namun memahami soal, cukup dapat ditransfer dari kami untuk mas dan mbak. Karena menghafal meski juga penting namun sering tidak berhasil untuk memahami esensi pelajaran. Kecuali untuk pelajaran sejarah. Mereka berdua sama-sama tertarik bila belajar tentang pemahaman. Kadang sampai papa mama susah menjawabnya.

Eksplorasi atas pengetahuan tidak dibatasi hanya pelajaran sekolah namun membaca kehidupan sehari-hari cukup penting. Kami memang memasukkan acara "tolong", "andai aku menjadi", "mrico" hingga "upin ipin" sebagai mata pelajaran sampingan. Kenapa? karena berbagai acara tersebut mampu menyampaikan pesan yang cukup jelas dan mudah ditangkap oleh otak, pikiran bahkan hati mereka. Memberi pelajaran jiwa bagi mas dan mbak alma juga tidak boleh dikesampingkan agar tak tumbuh jadi manusia egois.

Pelajaran sekolah sendiri pada masa sekarang tidak semudah saat kami kecil. Mengajari bahkan memahamkan makna atas berbagai pelajaran menjadi misi yang tetap harus disampaikan supaya esensi dari pengertian dan pengetahuan yang diterima tidak kosong. Meski awalnya cukup tertatih-tatih, alhamdulillah sekarang sudah mulai bisa menyesuaikan. Tolok ukur untuk penerimaan pelajaran ya dengan hasil tes. Alhamdulillah selama bersekolah hingga sekarang ini masih bisa mencapai standar.

Yang juga ikut didorong adalah bagaimana mempertahankannya. Tidak mudah disalip atau bahkan harus faham atas ilmu yang disampaikan oleh guru mereka. Selama ini rata-rata nilai semester bisa mencapai 80 keatas meski sesekali mas Afin menyentuh angka rata-rata 70. Artinya dia bisa menangkap pelajaran. Dia dihimpit oleh teman-temannya yang les pelajaran diluar maupun pada guru mereka. Tak jarang keluar kata-kata yang menjelaskan bahwa temannya banyak yang mendapat kunci jawaban dari sang guru.

Kami harus mensupportnya dengan tidak mencontek apalagi ikut mendapat kunci jawaban tersebut. Supaya mereka memiliki rasa percaya diri dan keyakinan bahwa pengetahuan mereka telah cukup untuk mengerjakan soal. Yang agak mengecewakan hasil test mata pelajaran matematika mas Afin untuk test semesteran I kelas lima. Nilai dibawah 50 telah memukul telak kami semua dan juga mas Afin. Setelah kami cek, memang ada beberapa soal yang harusnya benar namun disalahkan.

Beruntung ulangan harian maupun tengah semester I mampu mendongkrak nilai di raport. Ini harus dibenahi agar pada semester kedua hasilnya bisa lebih optimal. Mas Afin mendapat nilai total 1909 atau rata-rata 86,77 untuk raport kelas V semester I. Dengan nilai itu, mas Afin berada di posisi 11. Hasil matematikanya lumayan drop sehingga sulit mengatrol pelajaran lainnya. Sedangkan total nilai agama bila dibandingkan dengan teman yang lain berada di posisi kedua dan hanya terpaut satu point dengan temannya yang mendapat jumlah terbanyak pada mata pelajaran agama.

Rata-rata 86,77 lebih rendah dibandingkan hasil test tengah semester namun hampir sama dengan ujian semester II kelas IV. Dengan melihat posisi ranking 11, berarti teman-teman mas Afin mendapat nilai jauh lebih baik. Tapi tak apa, papa mama masih yakin kalau mas Afin akan memperbaiki itu semua pada semester kedua. Ini menjadi modal penting pada persiapan psikis mas Afin di tahun depan yakni kelas VI. Karena pada saat kelas VI, mas akan menempuh ujian nasional dengan standar nilai 60. Tidak mudah namun kami yakin mas Afin bisa melewatinya. Mas Afin harus tetap yakin.

Sementara itu, hasil semesteran mbak Alma untuk kelas IV semester I nilai totalnya mencapai 1680 point atau rata-rata nilainya 84 (terpaut 0,9 dari hasil semester II kelas III). Dengan jumlah segitu, mbak Alma menempati posisi ke 10 dikelasnya. Dibandingkan ujian tengah semester kemarin hasilnya lebih bagus 2 poin. Tetapi justru rankingnya lebih rendah. Ini juga menandakan bahwa teman-teman mbak alma belajar jauh lebih keras sehingga meski rata-ratanya hampir sama namun posisi peringkatnya turun dari posisi 7 ke posisi 10.

Maka dari itu semua anakku, belajarlah yang rajin agar kedepan hasilnya bisa lebih optimal dan sesuai kapasitas otakmu. Papa mama hanya bisa mendoakan agar kedepan nilai raport bagus serta perilaku kalian sama dengan nilai yang didapat. Tidak mudah namun dengan bekerja keras kalian akan mampu mewujudkannya. Wong mas dan mbak juga bisa membuktikan, dulu pernah meraih posisi ke 2. Bagi papa mama, landasan nilai bagus itu harus didapat dengan jujur dan tak boleh curang. Yakinlah nak, kalian bisa....

21 Desember 2010

Saat tak ada mama

Tanggal 13-17 lalu mama harus kerja keluar pulau dan tak tanggung-tanggung jauhnya. Kemana? ke Menado. Mas Afin dan mbak Alma protes karena mama akan pergi jauh untuk waktu yang cukup lama. Awalnya papa merasa yakin akan baik-baik saja mendampingi 3 anak dan seperti biasanya yang akan berjalan normal. Hanya memang soal dik Adhan yang membuat papa dan mama yang cukup ketar-ketir melewati hari-hari. Apalagi bila malam tiba. Selama ini tak pernah mama tak disampingnya ketika matahari terbenam. Namun karena tak kuasa menghindarinya ya apa boleh buat, harus dihadapi. Malam pertama sebenarnya cukup melegakan karena rewelnya si kecil mampu ditangani sm yg momong.

Mas Afin dan mbak Alma banyak membantu nungguin adek kalau papa atau mbak Ida lagi repot. Dua hari sebelumnya kebetulan dek Adhan memang sudah pilek dan pada saat mama tinggal melernya terus tak berhenti. Kasian juga sebenarnya. Apalagi kalau dimandikan, tanpa alasan yang jelas terus saja menangis sembari berteriak. Agak ga enak karena kalau kedengar tetangga bisa dipikir menyiksanya. Dihadapi saja daripada tidak mandi sama sekali. Saat selasa malam, saat pakde menginap ditempat kita, mbak Alma batuk-batuk tak berhenti. Papa kelabakan luar biasa. Meski sudah coba diatasi dg diberi minyak, balsem atau kunir tetep saja batuknya tak henti.

Sekitar jam 02.00 batuk mulai terhenti entah karena obat alaminya manjur atau kelelahan terjaga, papa tak tahu pasti. Papa juga terlelap diterjang rasa lelah yang luar biasa. Rabu pagi, papa kaget dengan kondisi mas Afin yang mencapai panas tinggi. Kata yang momong, jam 3 dini hari sudah BAB mencret. Ketika diperiksa pakai tangan, luar biasa panasnya. Belum lama berselang, dia muntah-muntah. Kepanikan papa semakin bertambah karena dua malam lalu tetangga kami bercerita memang sedang musim muntaber.

Papa cari jalan dengan browsing penanganan muntaber di internet. Solusi jitu pake oralit. Sayangnya sang kakak agak males2an minum oralit. Awalnya bahkan dimuntahkan lagi. Mas Afin terlihat lesu dan lemas serta tak bergairah. Agak was-was melihat kondisinya. Sempat terpikir untuk dibawa ke dokter. Anak2 juga dilarang bercerita pada mama kalau kakaknya muntaber. Bukan apa-apa. Dengan tempat yang sangat tak terjangkau untuk mama, papa khawatir justru menambah kegelisahan yang amat sangat.

Pasca diberi oralit, BAB sdh berkurang meski hitungannya masih sering. Nafsu makan juga drop sehingga papa memaksa makan 3-4 suap sesering mungkin. Sudah tak terhitung berapa kali BAB dicelana atau tembus ke kasurnya adik. Saat mas Afin mengalami muntaber, batuk mbak Alma sudah berkurang banyak. Demikian juga pileknya dik Adhan. Begitu kamis sore mas Afin masih saja mencret (meski tak muntah lagi) rasa bimbang membawanya ke dokter muncul. Apalagi papa masih direpotkan memberesi rumah. Membenahi tembok maupun mengecat rumah. Itu papa lakukan agar ketika mama pulang bisa melihat rumah agak beda. Maklum, tanggal 16 merupakan hari lahir mama, ga ada salahnya beri kejutan tho?

Dengan memikirkan kondisi mas Afin, akhirnya diperiksa ke dokter dibawah gerimis hujan. Masih saja lemes dan tak berdaya. Papa was-was kalo pas ditempat praktek mau BAB. bisa malu nanti kalo bocor BABnya. Papa bercerita gejala dan kondisi terakhirnya pada ibu dokter. Dokter menyatakan ususnya terluka. Setelah diberi obat mas Afin pulang. Nyampe rumah mas Afin disuruh maem dan minum obat. Malam berjalan dengan tenang dan anak-anak tidur pulas. Kakak masih sesekali ke kamar mandi namun sudah jauh berkurang. Jum'at pagi kondisinya membaik dan cairan yang keluar sudah mulai mengeras.

Benar-benar satu minggu yang menegangkan bagi kami berempat tanpa mama. Berat dan sedih ketika mama jauh. Dik Adhan sering terbangun kalau malam, minta digendong keluar. Mas Afin tidak bisa meminta dibikinin soto, mbak Alma tidak bisa bercerita yang lucu-lucu atau bersama mama njagain dik Adhan. Kami memang terbiasa bersama menjalani, melewati dan melalui hari-demi hari dengan indah. "Ya Allah, tetaplah akan seperti ini selamanya" pinta kami semua, Aminnn.....

14 Desember 2010

Merindukan Mama

mama..... cepaat pulang yach.....
aku dah kangen banget.... apalagi adik.... katanya, dik Adhan kemarin pas tidur bangun, terus…. Nyari Mama dan selalu mengatakan “ mama….mama…” aku sangat sedih mendengar tangisan adik seperti itu.

Sebenarnya sebelum Mama berangkat, aku menulis pesan untuk beliau…. setelah di Manado barulah Mama mengetahui, ia menelponku lewat HP Papa ternyata ia terharu karna membaca pesanku.

Aku sedih saat Mama pergi, saat di sekolah aku hanya diam, menyendiri….. untungnya tidak ada yang menanyaku. tapi di rumah aku lumayan ceria, kesedihanku berkurang sekarang, tapi…aku sedih lagi saat menerima hasil Test-ku… ternyata ada yang 70….. tapi, aku berusaha menghilangkan kesedihan ku dengan menyendiri…. tapi, aku tak bisa karna saat makan sendiri, papa menghampiriku, ia menenangkanku. tapi… akhirnya kesedihanku hilang juga…..
Mama…… aku akan selalu mendoakan engkau… biar siang ataupun malam, semoga kau baik-baik saja disana…. jangan lupa banyak makan…. maaf, karna aku t’lah membuatmu terharu jangan pernah lupakan kami… tapi, engkau juga jangan terlalu memikirkan kami….
Maaf, selama ini aku telah menyusahkan engkau… tapi kau sabar dan selalu menasihatku agar tak berbuat demikian, dan tanpa ada amarah…..

dengan berjuang tanpa kenal lelah, kau berhasil memenuhi kebutuhan kami…. sekarang,aku tahu bagaimana pengalaman menjadi seperti engkau…. aku tak akan bisa menjadi sepertimu dan aku tak akan melupakan engkau…. terima kasih wahai Ibuku yang baik……

Puisi untukmu….

~Mama~
Mama……….
Kau selalu setia….
Mengurusi kami…..
Engkau berjuang tanpa lelah, dan tanpa pamrih…..
Hanya untuk kami…..
Engkau rela mengorbankan apapun….
Dan itu pasti hanya untuk kami…..
Engkau t’lah mengajari kami berbagai hal yang belum kami pahami….
Dan akhirnya….kami t’lah menjadi pandai sekarang…..
Jika aku kesulitan membuat PR engkau mengajariku….sampai bisa
Jika aku belum mengerti…engkau menjelaskannya lagi, tanpa mengeluarkan amarah…
Jika aku menangis….pasti engkau datang….
Hanya untuk menghiburku…..

Bila Makanan sudah habis…
Engkau Rela tidak makan…
Yang hanya kau pentingkan adalah ‘kami sudah mendapatnya’…..
Maafkan saya…karna selama ini saya t’lah menyusahkan engkau…
Tapi engkau menasihatiku dengan lembut….
Sekali lagi maafkanlah aku…Mama
Tolong…maafkanlah….

Ciptaan dari:Anugrah Rawiyah Salma
:IV A. Sekolah Dasar DJAMA ATUL ‘ICHWAN,surakarta

Mama, Cepat Pulang Yah

Kemaren mama berangkat ke Menado untuk pekerjaannya selama beberapa hari. Kami semua merasa tak nyaman dengan kepergian mama tapi mau bagaimana lagi. Pagi, ketika mas Afin dan Mbak Alma pergi ke sekolah, pelukan hangat mereka berikan pada bunda tercinta. Beranjak pukul 07.30 giliran dik Adhan yang dipamiti dengan pelukan erat. Ah akhirnya tangisnya pecah karena masih mau dalam dekapan mama.

Waktu terus berjalan dan kondisi rumah tanpa mama benar-benar tak mudah. Apalagi rumah masih dibenahi kamar mandi dan penataan beberapa sudut ataupun eksterior rumah. Otomatis papa bolak balik membeli dan memasang sesuatu sehingga bisa lebih nyaman untuk ditinggali. Aktivitas yang kami jalani seiring dengan perjalanan mama nun jauh disana. Kala senja datang, saat itu pula kabar mama sampai tempat tujuan. Kami lega mendengar berita itu.

Berangkat malam, rupanya dik Adhan mulai merasa kangen pada mamanya. Tidak mudah membuat dirinya nyaman bersama mbak Ida atau kakak-kakaknya. Kalau toh pun mau hanya sebentar. Papa yang seharian kesana kemari dan melakukan pemberesan hasil kerjaan tukang sudah hampir habis tenaganya. Makan siang pun dikerjakan pada pukul 19.00. Mau gimana lagi, dengan tidak adanya mama memang semua repot.

Pada malam harinya, dik Adhan memang agak sedikit membuat kami semua kewalahan. Rasa kantuk yang menyerangnya tak membuat segera tertidur. Dia terus mencari mamanya. Untung itu tak berlangsung lama. Meski demikian, sesekali dirinya terbangun tengah malam mencari nenen ibunya seperti hari-hari biasa. Untung tidak begitu lama, Adhan nyenyak kembali. Giliran mas Afin yang biasanya semalam cuma bangun 1 kali, malam ini bisa sampai 3 kali.

Saking lelahnya papa, mas Afin yang manggil-manggilpun tak terdengar. Karena yang diharap tak kunjung datang, menangislah mas Afin. Mbak Alma rupanya terganggu dengan tangisan itu dan bilang akan mengantarkan kakaknya ke bawah (dimana papah tidur). Hingga pagi, mas Afin tidur disamping papa.

Pagipun tiba dan semua berbenah mempersiapkan hari dengan ceria. Tak disangka, mas Afin mengalami pusing dan badannya terasa panas. Dia meminta ijin untuk tak masuk sekolah. Alhamdulillah, siang ini badan mas Afin sudah lumayan tak panas lagi. Semoga kondisinya membaik sehingga hari-hari tanpa mama yang masih sampai Sabtu depan bisa dilewati dengan ceria. Mama, tak ada dirimu sungguh luar biasa beratnya.... kami tak biasa....

Pahlawan

Karya Mas Afin

Pahlawan, Kau pejuang bangsa
Kau berjuang tanpa jasa
Kau berjuang demi bangsa
Tanpa lelah, tanpa putus asa, tanpa pamrih

Aku sangat berterima kasih padamu
Tapi.... kadang aku berusaha...
Tapi ada perjuangan berat...
Kadang berat, kadang mudah
Apakah aku bisa....

Bisa menjadi pahlawan....
Untuk bangsa dan keluarga....
Tapi rasanya tidak mungkin bagiku...

07 Desember 2010

Dekapanmu dik Adhan


Bagi papa mama, bermain, bercanda dan menjalani hari-hari dengan kalian ketiga anak sungguh hal yang luar biasa. Tak ada kebahagiaan yang dapat menggantikan itu semua. Bahkan ketika papa di Kaltim dan mama kerja di Jogja tahun 2007, sungguh hari-hari yang menyiksa. Tanpa suara kalian, wajah, tawa, dan manja yang menguras pikiran dan hati. Maka itu, akhir tahun 2007 papa putuskan tak perpanjang kerjaan di Kaltim. Itu demi kalian semua, anak-anak papa. Tiap pulang kerja ingin rasanya melewati malam disisi kalian.

Kadang harapan itu tak sesuai kenyataan. Pun ketika dik Adhan baru lahir pada September 2009 yang kemudian di Oktober 2009 papa harus kerja di Jakarta. Tak ada pilihan, tawaran itu akhirnya papa terima. Benar saja, hari-hari papa terasa kering dan tidak mudah. Terus menerus terpikir dik Adhan. Raut wajah, suara hingga tangisan itu masih saja lekat dalam sanubari terdalam. Meski sebulan sekali pulang, tetap saja tak enak melewati waktu demi waktu yang papa rasa teramat lambat.

Saat mas Afin dan mbak Alma kecil, keduanya sangat dekat dengan papa. Bahkan bila tidur tak disamping papa, terasa lama mata kalian dapat terpejam. Kebiasaan mas Afin minta dikipasi dan punggung digaruk terus menerus dilakukan hingga mungkin usia 3 atau 4 tahun. Tak ada lelah kami melakukan itu semua dan imbalannya melihat betapa nyenyaknya tidurmu nak. Sungguh itu semua membuat rumah mungil ini terasa bagai surga. Cerah, ceria dan cemerlang diwarnai derai tawa tiap terbit matahari hingga malam mendekap bumi.

Mbak Alma yang berlesung pipit sering memprotes kalo kipas dipegangan tangan mama itu menyentuh wajahnya. Terbangun dan minta papa yang menggantikan mengipasinya. Dengan ibu jari atau telunjuk yang dioleskan keseluruh bibir, itu penanda nikmatnya jelang mata terpejam. Coba papa tahan tangannya namun pasti protes yang mengalir. Tak jarang mbak terlelap dengan jari tangan masih menempel pada bibir.

Sekarang, tidak dengan dik Adhan. Mama yang selalu dipanggilnya. Bahkan awal papa di Jakarta tak mau disentuh ketika papa pulang. Bila dipaksa, justru suara tangis akan keluar dan mencari mamanya. Bagi papa, itu tantangan meski disisi lain terasa mengusik ketenangan sebab papa ingin dik Adhan begitu dekat dan lekat. Mau gimana lagi, karena jarak memisahkan adik dengan papa. Tak pernah putus asa dengan semua itu, papa merayunya dengan naik motor. Itu berhasil hingga kalau papa datang atau mau pergi naik motor, dik Adhan minta bonus naik.

Tak apalah bila membuat hatimu senang. Papa selalu mau melakukannya soalnya bisa deket. Apalagi pasca Oktober 2010 papa kembali beraktivitas di Solo. 3 bulan setelah dirumah tetap saja tak membuat adik lengket. Meski demikian, papa terus menerus akan berusaha mendapatkan pelukan hangat itu. Mas Afin dan mbak Alma demikian juga berebut dekat dengan dirimu. Harapan besar bagi kami semua untuk terus bersama dan saling dekat. Tentu bagi mama ini semua karunia.

Diakui atau tidak, dik Adhan memang jauh lebih dekat secara fisik ke mama. salah satu alasannya hingga bulan ke 15 sejak lahir, ASI masih terus diminum meski terlihat rasa kenyang tak lagi bisa hadir dengan asupan itu. Alhamdulillah, semua sehat dan kehadiran dik Adhan membuat semua yang ada di rumah mungil ini bertambah saja. Kami berharap, kebahagiaan ini akan terus, terus dan terus saja hadir dan mengelilingi kehidupan kami. Anak-anakku, ingatlah bahwa ini semua kami lakukan karena cinta kami yang luar biasa. Waktu tak bisa memisahkan kasih sayang, cinta dan kehangatan yang pernah ada, sedang maupun akan hadir.

02 Desember 2010

Hamsternya udah gede

Tanpa terasa usia hamster kami sudah 13 hari sejak kelahiran mereka pada 19 November lalu. Kini mereka tumbuh bertambah besar dan lucu-lucu. Mata kecil mereka telah terbuka sejak kemaren dan gerakan yang dilakukannya lincah. Bahkan sudah mencoba mainan roda putar meski masih terlihat kesulitan naik maupun memutarnya. Kedua anak hamster itu masih menyusu pada induknya yang terkadang hingga sambil berlaripun mulut mereka masih nempel dibagian badan bawahnya.

Kami sering memandangi secara bersamaan. betapa lucunya anak-anak hamster yang mungil. Kadang kalau induknya berada diatas badan mereka, sungguh kasihan. Tapi bisa saja itu cara mereka menjalani hidup atau itu saatnya mereka bercandaan. Kebetulan warna bulunya mirip pada kedua induknya. Satu putih dan satu coklat namun dengan ciri khas garis tegas ditengah punggungnya.

Sebenarnya anak hamster itu ada 3 tetapi yang satu ternyata tidak terselamatkan. Seandainya masih hidup, bisa saja warna bulunya kombinasi dari kedua induknya. Sejak lahir, kandang itu tak bisa kami bersihkan soalnya banyak artikel yang menyarankan untuk tidak banyak disentuh tangan. Otomatis kami hanya memberi makan, mengecek minum atau mengamati apakah mereka masih didalam kandang atau sudah raib.

Belum ada pikiran apakah nanti akan kami belikan kandang baru untuk memisahkan kedua anaknya ketika telah mulai besar atau tetap saja. Hanya resikonya bila beranak lagi, bisa saja anak2 yang baru lahir dimakan oleh anak2 yang telah besar. Namun bila dibelikan kandang baru, otomatis membutuhkan tempat lagi. Yah, rumah kami hanya seukuran 70m2 yang mungil dan tak luas. Menambah sebuah barang menimbulkan konsekuensi.

Mungkin besok akan dibicarakan bersama agar ada jalan keluar terbaik. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dan tak boleh buru-buru. Menurut mama, kandang harus selalu dalam kondisi bersih karena pada dasarnya hamster itu dari jenis tikus dan mudah membawa virus. Bila kakak dan mbak tak rajin membersihkan, lebih baik dibebaskan saja hamster itu. Kasian kan kalau terus dikandang. Malah bisa tersiksi apalagi telat memberi makan. Pasca anak-anak hamster tumbuh besar, kedua induknya terlihat makan jauh lebih lahap.

Mama dan Dik Adhan Sakit Bareng

Beberapa hari ini dik Adhan terlihat sedang tak enak badan. Kemungkinan pengaruh cacar air yang mulai muncul dalam tubuhnya. Mama juga mendapat cacar air yang luar biasa banyak sehingga kesehatannya drop. Karena mama merupakan jantung utama keluarga kami, otomatis beberapa kegiatan keteter dan tak bisa terlaksana dengan baik. Tiga hari lalu, awal munculnya cacar air pada mama mengakibatkan rasa tak nyaman luar biasa. Habis periksa dari dokter di perumahan kami, semalaman mama tak tidur. Padahal dokternya bilang bakal didera rasa kantuk luar biasa. Mama tak bisa tidur, demikian pula dik Adhan.

Papa yang coba membantu menggendong ditolak mentah-mentah sehingga mama makin repot. Papa teler dan tertidur didepan tivi. Mama merasa gelisah dan hingga pagi tak juga ada rasa kantuk. Akibat tak tidurnya, badannya lemas dan merasa tak berdaya. Sayangnya dik Adhan hingga pagi itu tak juga mau diajak papa. Kerepotan menjadi bertambah apalagi kini tak hanya menangis namun dik Adhan menolaknya dengan menjejak tak karuan. "Tak seperti mas Afin dan Mbak Alma yang mau diajak papa" cerita papa pada mama. Pagi hari, mama minta diantar ke puskesmas untuk cek kesehatan.

Obatnya kemudian diganti oleh dokter dan disarankan untuk tak mengkonsumsi obat yang justru mengakibatkan kantuk. Kamis malam, hingga pukul 20.00 rasa kantuk tak kunjung muncul. Kegelisahan menjadi bertambah. Dik Adhan juga makin lengket tak mau lepas padahal tenaga yang dimiliki mama sudah banyak berkurang soalnya lebih dari 30 jam mata mama belum terpejam. Alhamdulillah jam 22.00, dik Adhan bisa terlelap dan demikian juga mama. Papa merasa bahagia melihat mama dan dik Adhan lelap berdua.

Sebenarnya mas Afin dan mbak Alma juga merasa sedih dengan sakitnya mama juga dik Adhan. Otomatis, tak ada pergi bersama atau anter serta jemput sekolah oleh mama. Dik Adhan juga menjerit-jerit kalau dipaksa untuk bermain bersama. Akhirnya mas Afin dan mbak Alma bermain bersama menghabiskan waktu. Kami semua berdoa untuk kesembuhan mama dan dik Adhan sehingga bisa menjalani hari-hari yang indah dengan penuh keceriaan. Tidak seperti sekarang, yang sungguh menyita pikiran. "Cepet sembuh ya mah dan dik Adhan" doa mas Afin, mbak Alma dan juga papa

Template by:

Free Blog Templates