29 Maret 2017

Tlatar Boyolali Yang Biasa Saja

Sudah lama kami tidak bepergian bersama. Terakhir kami bepergian itu sewaktu ke Jogja menuju Prambanan dan Candi Boko. Belum ada setahun tetapi sepertinya lama sekali. Kalau sama mama, papa dan dik Adhan lebih sering. Terakhir ya ke Taman Pintar bulan lalu kalau tidak salah. Bepergian tidak sekedar refreshing bagi kami.

Bukan hanya melepas penat urusan tugas sekolah, pekerjaan harian rumah atau kesibukan mama papa dari kantor. Ya, kami butuh melepas elektron ketegangan yang bisa jadi selama ini ada. Akhirnya diputuskan meluncur ke Tlatar Boyolali. Semula niat kami ke Tasikmadu cuma mas dan mbak tidak mau ikut.

Perubahan rencana ini membuat mbak dan mas turut serta. Berkendara roda dua, kami melintasi sawah dan desa di Boyolali. Cuma papa salah ambil jalan, akibatnya terlalu jauh memutar hingga kabupaten Semarang. Di tempat tujuan, adik dan mas langsung turun cari ikan lebih dulu. Mama, mbak dan papa nunggu di tempat teduh. Ampun deh, dulu saat mas kecil ikan disitu banyak banget sampai bingung nangkepnya. Sekarang sulit sekali nangkep ikan dan ikannya kecil-kecil.

Papa coba bantu cari ditempat yang lain. Bukan hanya ikan tapi juga dapat udang. Cuma tidak besar dan tidak banyak. Tak terasa, hari beranjak siang dan kami menuju tempat untuk makan. Di kolam keceh itu, tempat makan sudah penuh. Kami bergeser ke tempat lain yang masih sepi.

Rupanya semua tempat penuh. Pun masuk tempat makan banyak yang terkoneksi dengan kolam renang. Masuknya saja bayar Rp 10.000 mau renang atau tidak ya bayar segitu. Wah, cukup mahal sebetulnya. Harusnya dipisahkan antara yang renang dengan yang hanya makan. Pemisahan juga bisa dengan pagar besi sehingga anak terkontrol dan mereka masih tetap bisa makan.

Kami berteduh dibawah rindangnya pohon sehingga tidak perlu bayar Rp 10.000/orang hanya untuk makan. Lagi-lagi kami harus sabar menunggu pesanan. Kira-kira 1 jam, pesanan baru diantarkan. Mas sempat jajan bakso ojek dan mbak beli bakso kuah.

Menu yang disediakan tergolong mahal. Ah mereka seperti seenaknya sendiri menentukan harga. Tempat ini tidak rekomended untuk dikunjungi lagi. Adik yang dari rumah berniat memancing juga tidak ada wahana yang tersedia. Ya mau gimana lagi. Habis makan kemudian kami langsung buruan pulang. Maklum, mendung makin bergelayut diatas dan perjalanan cukup jauh.

26 Maret 2017

Adhan dan Papa Ke Pekalongan

Aku tgl 14 maret 2017 ke pekalongan naik kereta. Berangkat pada pkl 05.15 dari stasiun Purwosari dan tiba jam 08.28 di stasiun poncol. 

Aku sama papa naik kereta dengan nomer 215 dan masuk stasiun poncol di jalur 1. Sebelah kanan ada kaligung dengan rangkaian kmp3 0 16 poncol.

Aku naik kaligung dengan tujuan pekalongan dan kereta itu berangkat pada pukul 08.54 dan berhenti di sta weleri dan tiba di sta tujuan kita kami turun dan kita naik ojek dari stasiun ke rumah simbah

20 Maret 2017

Dik Adhan Bahagia di Kereta Baru

Pada 14-16 Maret papa berkunjung ke rumah simbah bareng adik. Awalnya mau sendiri tapi berhubung adik sudah selesai mid, meski masuk ikutlah ke pekalongan. Apalagi sebelumnya sudah ada informasi KA Kaligung ganti baru. Jadi sekalian pengen nyoba. Awalnya papa ga mikir apa-apa soal seperti apa kereta baru itu.

Begitu kereta Kalijaga sampai di Poncol, di sisi kanan terlihat KA Kaligung baru. Bukan hanya bersih tampilannya tapi interior dalamnya cukup berkelas. Dik Adhan sudah tidak sabar ingin menaiki.

Diluar, kami sarapan dulu dan langsung cek in untuk naik kereta. Tak menyia-nyiakan kesempatan, papa merekam langkah-langkah kaki adik menaiki kereta. Begitu masuk ke dalam, wah design interiornya ciamik. Kayak kereta kelas eksekutif. Tempat duduknya dua dua dan bedanya dengan eksekutif tidak bisa diatur menghadap arah kereta. Jadi separo menghadap arah tujuan dan separo memunggungi arah sebaliknya.

Televisi terletak di tengah serta ada jeda antara kursi yang menghadap loko dan membelakangi logo. Termasuk pintu emergency juga terdapat disana. Di pintu ke arah bordes, ada running text panduan perjalanan seperti stasiun berikutnya apa, sampai di stasiun mana maupun pengumuman lainnya.

Kursi juga beda dengan kelas bisnis maupun ekonomi lama, hanya jarak terlalu sempit. Bagi keluarga kami mungkin tidak masalah jarak antar kursi. Tetapi mereka yang badan lebih besar akan kesulitan menempatkan badannya didalam.

Kami sempat cek toilet, berbeda dengan kereta sebelumnya. Layanan selama perjalanan seperti yang lain, memang sudah ada standartnya. Terima kasih PT KAI, anda melakukan perubahan mendasar dan melayani publik dengan baik. Semoga prestasi ini tetap dipertahankan sehingga anak-anak dapat menikmati layanan yang baik. Mereka juga belajar banyak hal dari layanan publik yang baik. Adhan selalu lihat nama stasiun, berangkat jam berapa, sampai jam berapa, duduk di gerbong mana dan kursi nomor berapa.

Jayalah terus PT KAI

Template by:

Free Blog Templates