30 Januari 2014

Afin, Alma dan Adhan Galakkan Bersepeda

Bersepeda itu banyak manfaatnya selain sekedar kegiatan refresing atau menyehatkan badan. Tidak mudah mendorong anak-anak jaman sekarang untuk hobi dan mau bersepeda. Padahal dengan makin majunya dunia, perkembangan otomotif serta beban lapisan ozon, kegiatan bersepeda itu seharusnya digalakkan. Sayangnya tidak banyak orang berpikir tentang hal ini.

Menyadarkan manusia untuk berpikir kedepan jelas bukan pekerjaan mudah. Mama papa mencoba merayu mas dan mbak dengan analogi sederhana saja. Kami, bukan orang dengan tubuh tinggi besar dan kata sebagian orang keturunannya pun terpengaruh. Maka harus ada usaha agar anak-anak tumbuh lebih besar dari orang tuanya.


Akhirnya mereka bersedia bersepeda secara rutin ke sekolah. Manfaat yang dipetik tidak hanya bagi mereka namun bagi orang lain maupun lingkungan. Tetangga lumayan banyak bertanya dan menyayangkan atas ketegaan kami. Namun kami jelaskan manfaat yang bakal mereka petik termasuk beretika dijalan. Bagaimana kita memahami atau beretika pada pengguna jalan lain bila kita tidak pernah bersepeda?

Ada kalanya kami bersepeda di Car Free Day hari minggu atau hari libur. Atau mas Afin dan mbak Alma berkeliling kampung tak lupa dik Adhan ingin mengikutinya. Pernah suatu ketika dik Adhan bilang "Ma, besok dik Adhan mau anter mbak Alma ke sekolah ya? Pake sepeda" seru si kecil. Mama menyahut sembari tersenyum "memang tahu sekolahnya mbak Alma?"

"Ya tahulah. Belok kanan belok kisi tyus lewat yil itu lho" ucapnya sok tahu. Kami semua yang mendengarkan tersenyum. Semoga kelak besar nanti kau ikuti bersepeda ke sekolah seperti kakakmu yah.

25 Januari 2014

Akurasi Tendangan Mas Afin dan Dik Adhan

Main bola merupakan hobi yang dilakukan kebanyakan anak laki-laki. Termasuk juga mas Afin dan dik Adhan. Setiap hari kakinya pasti buat menendang bola. Ya wajar saja lha bola dirumah banyak banget. Yang didalam rumah saja ada 4 namun yang berwarna orange kempes. Akhirnya sisa 3 yang sering dimainkan mas Afin dan dik Adhan.

Dalam rumah yang sempit otomatis banyak korban barang akibat mainan itu. Mama papa ya hanya bisa menasehati secara perlahan, meminta tidak menendang keras. Namanya juga hobi, pigura, jam dinding, gelas, tempat CD dan barang lain bisa terkena. Ya mau gimana lagi. Lantas masih ada 2 bola plastik disamping rumah dan 2 bola lapangan besar.


Suatu ketika papa memasangkan bola diatas mainan kambing lalu dik Adhan diminta menendang. Rupanya tendangannya bisa tepat. Bahkan dari 5 kali mencoba, 2 kali berhasil. Dengan usia 4 tahun lebih 3 bulan, akurasinya lumayan. Kegembiraan ini kemudian disambut mas Afin dengan mencobanya. Dia berhasil mengenai bola 8 kali dari 12 tendangan.

Wah rupanya cukup jago juga mereka mengincar benda yang dituju. Sayangnya disekitar perumahan tidak ada lapangan yang bisa untuk arena bermain bagi mas Afin maupun dik Adhan. Sesekali saat sabtu libur mas diajak Futsal juga agak malas-malasan. Padahal maksud papa agar ketrampilan main bolanya tumbuh. Dia suka bermain bola dengan teman-temannya.

22 Januari 2014

Membaca, Kebutuhan Mereka Bertiga

Dilema yang terus menerus menghantui antara membiarkan mereka membaca buku atau menghentikannya. Sementara larangan membaca buku di hari sekolah agak mengendur terutama bila mbak alma harus memunggungi mama dan kepalanya diperiksa. Kalau tak membaca mbak Alma tidak mau. Lama sekali tuh mama memeriksa rambut.

Penasaran adik juga sama meski minat membacanya belum kelihatan. Setidaknya bisa ditangkap dari ketika mainan sendiri, bercerita dengan mbak Alma, mendengarkan cerita, menyimak upin ipin atau diceritakan dari buku. Keasyikannya sudah muncul diusia yang keempat padahal dulu kedua kakaknya masih mainan saja, hampir belum mengenal buku.


Rasa bimbang itu ada, ditambah kadang mereka berdua yakni Mas Afin dan mbak Alma sudah mencuri-curi waktu membaca buku papa. Memang itu tentang buku sejarah seseorang dan mereka memiliki rasa penasaran tinggi. Kelabakan menjawab tentang sejarah karena faktanya papa lemah disitu. "Coba tanya mama saja" jawaban yang sering terlontar kalau ditanya mas Afin dan mbak Alma.

Ah mau bagaimana lagi dibandingkan menjawab salah, menunda jawaban takut lupa atau mereka akan berpikir ayahnya tidak banyak tahu. Lagian mereka bisa sesegera mungkin mendapat jawaban dari bundanya. Mereka begitu haus pengetahuan dimanapun, kapanpun, dalam kondisi apapun membaca sepertinya sebuah kebutuhan layaknya bernafas.

Mama papa harus membicarakan ulang bagaimana baiknya apakah akan diijinkan membaca dihari biasa dengan membatasi jam atau ketika tidak ada PR, membatasi membaca asal gantinya bermain dengan adik, membatasi membaca asal sudah sholat dan mandi atau? Entahlah, jawaban harus tepat supaya efek membaca berdampak positif.

20 Januari 2014

Berlibur Di OMAC Cokro Klaten

Pagi itu sebenarnya sempat cerah namun tak lama hingga mendung hadir dan sempat rintik-rintik hujan. Rencana ke OMAC otomatis dibatalkan apalagi papa punya jadual memperpanjang buku serta ke klithikan cari kabel jemuran. Begitu pukul 09.45, cuaca cerah dan mama mengajak tetap berangkat ke Klaten. Dik Adhan yang sudah mandi bahkan berpakaian pergi bolak-balik nanya "Ma, jadi pergi berenang?" tanyanya bolak balik.

Kami semua bersiap-siap dan meluncurlah ke Cokro. Sebetulnya papa tidak tahu persis tempatnya hanya tahu arah menuju kawasan pemancingan Janti. Akibatnya sempat kebingungan dan bertanya hingga 2 kali. Ditambah papan petunjuk tidak ada, otomatis pencarian kian sulit. Akhirnya lokasi ditemukan setelah menempuh kurang lebih 23 km.

Semua bermain air yang terasa betul kesegarannya. Dik Adhan ceria bukan main walau kadang ketakutan main perosotan. Papa yang agak males nyelup, diminta mama menemani dik Adhan bermain air. Takjub rasanya kami melihat jernihnya air disana walaupun di lokasi main air, agak jorok, kotor dan licin. Untuk tempat wisata sebenarnya murah tiket masuknya karena tak sampai Rp 10.000 perorang.

Dengan cuaca mendung, otomatis main-main air kami bisa puas. Setelah selesai kami mencari tempat pemancingan sekaligus makan siang. Ini masalahnya karena rumah makan itu layanannya buruk. Lokasi itu ada dipinggir jalan dan memudahkan kami mampir. Namun sejak pesan hingga makanan tersaji lebih dari 1 jam meski pengunjungnya sedikit dibanding luasan tempat makan.

Satu-satunya yang menjadi penghibur saat menunggu makan ya memancing. Apalagi sudah lama mas Afin dan mbak Alma tidak memancing. Ikan yang dipancing juga mudah menjadikan mereka makin antusias. Pas pulang, turun hujan dan agak lebat sehingga kami harus pelan-pelan. Sekitar pukul 15.00 kami sampai rumah dengan selamat.

16 Januari 2014

Akankah Pemalu Terus?

Anak-anak mama papa sangat ekspresif bila berada dirumah. Sayangnya bila diluar rumah sering tidak keluar sifat aslinya. Semuanya, Mas Afin, mbak Alma, dan dik Adhan pemalu tapi ga malu-maluin sih. Diluar itu tidak selalu di komunitas baru. Di komunitas yang relatif lama atau sering bertemu masih begitu. Biasanya hingga usia 6 sampai 8 tahun akan kelihatan diam. Nunggu beberapa saat baru mau keluar bicaranya.

Selain dirumah, ya dirumah mbah Klaten atau Pekalongan yang suaranya dapat didengar. Kalau di sekolah ditanyain gurunya ya begitu. Suaranya nyaris tidak terdengar. Apalagi pas PAUD, TK dan SD. Pun demikian sewaktu berkunjung kerumah saudaranya. Bila tak ada yang seusia, maka hanya ngendon saja di kursi atau ngelendot pada mama papa.

Jangankan bicara, mau ambil roti suguhan dan minum mereka sering nengok pada mama papa minta persetujuan. Cilakanya papa cukup keras mengajari sopan santun ini termasuk dirumah pakde atau om. Seringkali saudara seperti mbah atau pakde agak memaksa. Nanya juga harus terus-terusan soalnya njawab pertanyaan ya singkat.

Kalau dirumah wah lain lagi. Kadang disuruh diam atau anteng ya ga bisa. Ketiganya sama aja, kemriyek, ramai dan ketawa-ketawa. Tidak jarang ketika bercanda diminta papa pindah ke kamar, ke ruang tamu atau volume tv digedein sebab tak terdengar. Ah anak-anak yang manis dan luar biasa. Kelak kalian dewasa akan lebih riuh rendah suara menyambut kalian yang bermakna bagi masyarakat.


15 Januari 2014

Masih Belum Puas Liburan

Entah kenapa kali ini mas Afin dan mbak Alma belum puas menjalani liburan semesteran. Apa karena target ke Pendawa Water World tidak terlaksana atau memang belum puas beneran? Makanya ketika papa nawarin ke Tlatar atau Cokro Tulung langsung iya aja. Padahal maksud papa cuma mau cari ikan untuk ditaruh diselokan supaya ga ada jentik nyamuk.

Batalnya ke Pendawa berhubung tiket mahal serta agenda mama papa yang tidak klop. Mau ambil liburan koq tiket mahal. Pun rencana ke Sriwedari dibatalkan disebabkan wahana itu-itu saja, sudah pernah dan kurang menantang. Beberapa lokasi wisata terdekat yang memang belum pernah dijamah itu seperti Sangiran, Cokro, Prambanan, Waterland, Candi Sukuh serta lainnya.


Untuk Umbul Tlatar memang sudah pernah saat mas Afin maupun mbak Alma berada di Taman Kanak-Kanak. Tentu sudah lupa bagaimana rupa dan asyiknya. Hemmmhh hadangan lain ya musim hujan serta belum adanya keluwesan dompet, hi... hi... maaf ya nak. Ini bukan alasan yang dibuat-buat dan akan mama papa usahakan.

Maklum, berdasar pengalaman kecil mama papa memang minim berwisata. Lha waktu dulu emang jarang tempat wisata serta kemampuan mbah kalian yang terbatas. Beruntunglah kalian saat SD sudah sampai ke Ancol, naik pesawat dan menginap di hotel 2 hari. Membahagiakan kalian itu masuk rencana ketika mama papa menikah.

Yah apalagi kalian sudah menjadi anak-anak yang menyenangkan, membahagiakan dan mewarnai hari-hari mama papa begitu indahnya. Tugas dan kewajiban sudah ditunaikan sehingga giliran mama papa membahagiakan. Meski dekat, murah dan sederhana yang penting kalian bisa menikmati.

12 Januari 2014

Kerak Telor Pun Ada Di Sekaten

Entah tahun berapa terakhir kami berkunjung ke sekaten, waktu itu mas Afin dan mbak Alma masih kecil dan tidak banyak permainan yang disukai anak. Maklum kebanyakan permainan itu berjenis ketangkasan, agak berbau judi atau untuk remaja. Kalau untuk anak-anak ya semacam komedi putar. Pilihan lain ya pertunjukan dangdut.

Sungguh gelaran yang sentuhan budayanya cukup jauh dari maksud penyelenggaraan sebagai peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Tapi tak ada salahnya kami mencoba berkunjung kembali, siapa tahu ada perubahan. Apalagi dik Adhan sudah mulai besar. Siapa tahu ada permainan yang bisa dinikmati. Waktu kesana ternyata cukup banyak permainan baru.


Baik bagi balita maupun bagi anak-anak serta para remaja. Karuan saja dik Adhan langsung mau bermain memancing dan mandi bola. Dengan ditemani mbak Alma, dik Adhan cukup betah memancing apalagi mudah sekali mendapat ikan. Nah giliran mbak Alma pengen naik kapal ayun, mama papa tidak ada yang mau menemani. "serem" ujar papa.

Lain hari mas Afin ikut dan mengayun dalam kapal. Keduanya tak seperti penumpang lain yang lantang berteriak. Mas Afin senyum-senyum sedangkan mbak Alma kadang memejam mata dan tertunduk. "Hatiku ser-seran pah. Tapi lama kelamaan ya biasa" tutur mbak Alma setelah turun. Masih ada permainan lain namun mereka tidak tertarik seperti kereta kelinci, tong setan, kapal air dan lain sebagainya.

Jelang pulang mama membeli kerak telor yang harganya Rp 10.000 dengan menunggu agak lama. Maklum antri padahal ditempat lain sepi. Saat dirumah dikonsumsi sepertinya tidak ada yang cukup suka. Rasanya biasa saja.

Template by:

Free Blog Templates