27 November 2010

Ultahku ke 9

Ultahku yang ke 9 benar-benar menggembirakan. Banyak kiriman kado ataupun doa dari kakak, orang tua, saudara sampai kakek nenek. Betapa senangnya hatiku menyambut ulang tahun ke sembilan saat aku duduk kelas empat di esde Djama'atul Ichwan. Malam sebelum peringatan hari lahirku, mataku sulit terpejam soalnya berharap esok pagi banyak surprise yang aku terima. Benar saja, begitu terbangun aku mendapat ucapan ultah dari mama, adik dan kakakku. Aku terharu dan gembira menerima ucapan mereka.

Disekolah pun demikian, aku mendapat ucapan selamat ulang tahun dari teman-temanku. Sungguh sangat berkesan sekali. Aku berbahagia hari itu dan seharian terasa menyenangkan. Begitu pulang sekolah, ganti ayahku memeluk dan mengucapkan selamat ulang tahun. Sorenya, aku ditelp nenek, kakek dan mendapat sms dari tante yang tinggal di pekalongan. Ayah bundaku memberi kado celengan berbentuk kucing warna kuning beserta banyak snack yang tentu sangat ku suka. Aku berbagi snack dengan kakakku yang baik.

Oh ya, kakakku membelikan berbagai keperluan keseharianku misalnya kalung, jepit, kucir dan macam-macam. Ah kakakku memang baik dan peduli padaku. Aku menyayanginya seperti dia menyayangiku. Dari nenek aku mendapat selimut tapi masih ada di Pekalongan dan belum dikirim. Tak apalah, gumamku sembari memikir memang ga ada yang kirim ke Solo. Sedangkan kesan yang ada pada umur 8 tahun itu saat pergi ke Taman Balaikambang beserta kelas 3 maupun 5. Taman yang sangat indah dan sejuk, kondisi yang membuat aku dan teman-teman terasa betah bermain disana.

Oh ya, teman akrabku juga memberi kado atau hadiah yang sangat istimewa bagiku. Elisa memberiku blinder kecil dan pena. Anyq Mahiroh memberi senter ajaib. Kenapa ajaib? karena di senter itu melekat semacam alat tulis. Dan bila digoreskan tak ada garis yang terlihat, namun kalau diberi sinar dari senter itu, muncullah goresan kita. Kakak, bunda dan ayahku aja bilang bagus kadonya. Sedangkan tetanggaku, mbak Putri memberiku gantungan kunci berbentuk boneka.

Terima kasih teman, kakak, nenek dan kakek tentu tak lupa ayah bundaku. Kalian semua telah melengkapi kehidupanku semakin menyenangkan. Aku akan terus mengingat apa yang telah terjadi serta doakan aku bisa membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Aku akan terus rajin belajar supaya cita-citaku bisa tercapai, amiiin....

23 November 2010

Damaimu anakku

Siang tadi, bercak merah pada sebagian kepala serta diatas mulut mulai keliatan pada dik Adhan. Tapi dia tak begitu gelisah, masih seperti biasa. Hanya sesekali menggaruk saja. Namun makin sore reaksi pada bercak merah mulai agak sering. Mama pulang dari gunung kidul tepat maghrib sedangkan papa masih rapat dengan teman-temannya. Makin malam ternyata bertambah banyak. Bedak yang sempat papa belikan menurut mama hanya bedak biasa dan bukan untuk mengatasi gatal-gatal.

Maka dari itu harus cari bedak lain yang memang tepat sasaran dan bisa sembuh. Sepulang rapat, papa membelikan semacam minyak yang memang untuk mengatasi gatal bagi bayi.
Meski demikian, dik Adhan belum juga tenang atau setidaknya bercak merah itu menghilang dari tubuhnya.
Tidak hanya dilengan, kaki, punggung hingga kulit kepalanya sehingga kedua tangannya sibuk menjamah kesana kemari. Upaya membantu menggaruk yang dirasa gatal juga dilakukan papa mama diberbagai sudut tubuhnya. Tetap saja tak mereka dan warna kemerahan masih nampak pada kulit badannya.

Pukul 20.00 yang biasanya sudah membuat adik tertidur, tak juga membuat dia beristirahat. Padahal kelopak matanya terlihat berat betul untuk terjaga. Sorot matanya memperlihatkan kegelisahan yang amat sangat.
Papa mencari cara mengatasi gatal di media online. Hampir yang disarankan pencegahannya bukan pengobatan. Kalau toh pun ada pengobatan, diminta ke dokter. Hampir tak ada yang menyebutkan bila kejadiannya benar-benar emergency. Salah satu sumber yang dibaca menyarankan mengoleskan minyak zaitun. Saat selesai dibaca artikelnya, dik Adhan telah terlelap karena kelelahan menjaga mata dan tangan menggaruk bukan memang posisi tidur.

Diolesilah badan yang terlihat memerah karena gatal. Tak lama, mungkin 30menit, Adhan kembali terjaga dari tidurnya dan menggaruk-garuk.
Kali ini diiringi tangisan kecil. Papa mencoba menggendong tetapi adik ingin bersama mama. Yah bercak itu tak berkurang sedikitpun. Mama meminta papa mencarikan kelapa muda. Tanpa berpikir panjang, papa segera meluncur keluar mencarikannya. Pas sesampai dirumah dengan kelapa muda, adik kelelahan disebelah badan mama. Terlelap namun jelas, tak nyenyak. Kemerahan pada kulitnya masih saja tak berkurang. Sungguh menguras emosi papa mama yang mencoba menghadapinya dengan tenang. Mama terlihat sangat gelisah dan resah.

Gendongan papa yang biasanya cukup manjur untuk mbak Alma dan mas Afin saat kecil, tak mujarab.
Kali ini, meski terbangun untuk garuk-garuk dan tidur kembali tetap membuat papa mama gelisah. Kegelisahan masih terpancar. Ah..... tak pernah terlihat adik seperti malam ini. Mama memprediksi penyebab kemerahan pada kulit adik karena telur. 2 hari ini adhan mulai mengkonsumsi susu baru. Memang bisa ada 2 kemungkinan. Yang terpenting bagi papa mama, tidurlah dengan lelap dalam damaimu nak.... kami senantiasa selalu menjagamu kapanpun...

Main-main Jadi Serius


Masa kanak-kanak memang merupakan masa yang indah dan tak terlupakan. Memori atau ingatan atas kejadian menyenangkan maupun menyedihkan sangat kuat tertancap dalam ingatan mereka. Maka dari itu, sebagai orang tua, papa mama selalu ingin menciptakan hari-hari indah bagi anak-anak. Kenyataannya tidak selalu mudah. Ada hal-hal yang kemudian menjadi kenangan pahit yang kalian lewati. Atas kondisi itu, kami meminta maaf dan sebenarnya tidak ingin kalian melewatinya. Dorongan, dukungan dan doa atas masa depan kalian terus dipanjatkan agar segala harapan serta cita-cita dapat dicapai dengan total tanpa menyisakan kegetiran.

Tidak mudah melewati hari-hari menggapai cita-cita sebab harus didukung oleh upaya menciptakan kedekatan cita-cita dengan kemampuan yang dimiliki. Salah satunya adalah les bahasa inggris yang tidak begitu kalian sukai. Hal ini berdasarkan pengalaman mama dan papa yang memiliki kendala tersebut sehingga mempersiapkan secara matang masa depan kalian. Segala usaha dan upaya akan terus dilakukan untuk memperpendek jarak mewujudkan impian. Bermain dan fasilitas kami upayakan tersedia dengan maksu
d menambah kreatifitas bagi otak yang kalian miliki. Ada banyak hal yang terus menerus kami upayakan.

Permainan merupakan salah satu usaha yang disediakan agar segala impian yang masih ada dipikiran maupun dihati tertumpah, tercurah, tertuang dalam ruang publik dirumah. Pada awalnya papa mama bersepakat untuk tidak membelikan play station dengan alasan bahwa play station akan lebih banyak melenakan waktu bermain, bersosialisasi ataupun belajar. Tetapi saat Mas Afin dan mbak Alma berhasil menunjukkan prestasi gemilang, sulit rasanya tidak memenuhi keinginan kalian. Alhamdulillah, meski tak disimpan dalam tempat yang tak kalian ketahui, rupanya kalian tak secara diam-diam bermain diluar jadual yang telah disepakati.


Beberapa hal lain secara te
rus menerus kami amati untuk lebih pas mengarahkan kemana tepatnya hobi, kegemaran dengan cita-cita bisa diperpendek jaraknya. Rupanya hobi bermain bola bagi mas Afin menjalar hingga dalam berbagai macam bentuk. Selain menyukai main sepak bola dalam facebook, di playstation, mainan plastic juga tercermin dalam coretan-coretan dibuku. Membaca secara rutin berita bola juga dilakukan jelang tidur dengan membuka detiksport ataupun membuka halaman olahraga di solopos saat pagi dan diulangi ketika sampai dirumah.

Bermain bersama tetangga atau teman sekolah di sore hari dan hari libur sering mewarnai sore hari mas Afin. Papa kadang juga mengantar ke lapangan belakang perumahan agar Mas Afin bisa bermain bola dengan teman sebaya yang tak dikenalnya. Ditambah dengan ekstrakurikuler futsal di sekolah, lengkap sudah penyaluran hobi itu. Sebenarnya papa pernah akan menyekolahkan sepakbola dengan catatan mas Afin rajin bangun pagi dalam seminggu serta berolahraga sebelum berangkat sekolah. Namun Mas Afin tidak sanggup. Ya sudah apa yang ada saja dilakukan, bermain bola dengan orang-orangan plastic, kertas, di PS atau disegala wujud. Hingga liburan di Klaten, Pekalongan bahkan di Cilacap juga yang dilakukan ya bermain bola.

Coretan pemain bola, strategi penyusunan pemain sering dikerjakan memakan waktu hingga 1 jam bahkan. Tak ada yang salah dengan itu. Selain kegemaran mengutak-atik pemain bola, menyusun daftar pembalap hingga kecepatan pembalap motogp juga ditulis. Padahal esok harinya keluar juga di Koran. Kadang papa tersenyum sendiri bila ingat Mas Afin pertama kali memainkan game sepakbola di computer. Selalu kalah dan marah juga tak jarang menangis. Teman-teman papa yang datang diajaknya bermain, kalah dan menangis. Itu sekitar 3-4 tahun lalu waktu usia 6-7 tahun atau kelas 1-2. Itulah hari-hari mas Afin yang serasa indah dengan sepakbola. Saat menyusun materi pemain di kertas, mama mengungkapkan “wah mau jadi manajer tim sepakbola ya mas”, Mas Afin tersipu malu. Kami sebenarnya sama sekali tak berkeberatan dan mengamini supaya benar-benar terjadi.

Sedangkan Mbak Alma, seperti anak perempuan kebanyakan yang suka bermain rumah-rumahan ataupun masak-masakan. Kadang beraktifitas lain bersama tetangga atau sendiri saja. Maklum, ada tetangga yang usil dan menyuruh anaknya agar tak bermain bersama Mbak Alma. Itulah suasana kehidupan di lingkungan kami yang Alhamdulillah tidak membuat Mbak Alma bersedih. Corat coret cerpen juga dilakukan sudah 1-2 tahun ini meski masih banyak yang tak tuntas. Hobi membeli KKPP (kecil-kecil punya karya) cukup memotivasi dirinya membuat cerpen. Menurut kami, cerpen ataupun puisinya sudah layak untuk dipublikasikan hanya saja sering masih bergantung pada mood. Mbak Alma sering menyertakan puisinya ketika papa harus bekerja keluar kota. Nah, permainan masak-masakan kadang tidak hanya dengan mengeluarkan alat permainan tetapi juga menyusun daftar menu serta harga. Meski kadang diledek dengan harga yang tak klop, tetapi dia sering membuatnya. Tanpa design atas tampilan menu masakan dan harga, dicatatnya makanan yang diingat ataupun buat istilah sendiri. Bila teman-temannya datang, daftar menu dikeluarkan dan digunakan bersama untuk bermain. Dia juga rajin memberesi mainan tatkala selesai bermain atau waktu mandi memanggil. Fotografi juga digemarinya dengan menenteng kamera digital kami memfoto objek gerak atau diam. Biasanya untuk obyek diam, dia mengambil gambar diseputaran rumahnya. Sementara obyek bergerak, hewan jadi sasarannya. Namun setelah adiknya lahir, dek Adhan adalah sasaran bidikannya.

Menggambar dan mewarnai merupakan keasyikan lain yang juga dia kerjakan. Pekerjaan ketrampilan di sekolah banyak yang masih ada hingga sekarang disimpan atau ditempel dipintu kamarnya. Kami tentu membiarkan meski kesannya jadi banyak tertempel benda-benda diseputar rumah bahkan pintu kamarnya. Membungkus kado ultah kakaknya atau adiknya juga dilakukan. Hadiah dia beli sendiri disupermarket dekat rumah kami. Atau entah ide darimana, membikin celengan dari bekas bungkus shuttlecock dengan dilapisi kertas kado masih ada disudut kamarnya. Dalemnya ada uang dari hasil penyisihan uang jajan atau pemberian saudara. Kami sebagai orang tua berdoa, senantiasa diantara kegemaran kalian bermain, akan menjadikan profesi dengan professional. Dengan profesi itulah, kalian akan mendarmabaktikan kemampuan itu bagi kebaikan umat manusia, Amin….

Meluruskan Perdebatan

Setiap anak pasti memiliki hal yang paling disukai dalam kehidupannya. Demikian juga dengan Mas Afin dan Mbak Alma yang sehari-hari juga diisi tidak hanya belajar namun juga bermain serta berkreatifitas. Hingga usia 10 tahun (Mas Afin) dan 8 tahun (Mbak Alma) masih minim melakukan sesuatu untuk mengerjakan kebutuhannya sendiri. Kalau dik Adhan tentu belum banyak bisa diceritakan apa hobi dan kegiatan untuk mengisi hari-harinya. Kedua kakaknya saja melakukan apa yang dibutuhkan seringkali menggantungkan pada mama atau mbak ida. Menyiapkan makan pagi, minum yang dibawa sekolah/les, menaruh tas dan banyak hal lain setidaknya masih disuruh. Karena masih banyak diingetin, kesannya jadi diomelin terus. Papa mama sih tidak ingin seperti itu hanya saja bila dibiarkan tidak akan jalan. Makan siang sepulang sekolah saja masih disuruh-suruh.

Apabila bertepatan hari Se
nin dan Kamis, waktu les di Elti, ya hingga sekarang masih disuapin. Tas dan baju juga disodorin untuk segera dipakai. Setelah itu biasanya teriak-teriak minta papa segera mengantar dengan mempercepat laju motor. Kalau pas mama yang mengantarkan tentu tak bisa secepat bila diantar papa. Akibatnya gerundelan-gerundelan dari anak-anak keluar lagi. Apapun, sebagai orang tua ya harus dihadapi dengan sabar. Pagi tadi sebenarnya berangkat tidak terlalu siang, namun kejadian ini seringkali berulang. Bila berangkat pukul 06.40 WIB, kakak sering mengomel. Berdalih terlambat lah, malu lah, tidak cepat lah dan lain sebagainya. Padahal rutinitas pagi dilewati secara jelas dan semua penuh kesibukan masing-masing, terlebih sejak dek Adhan lahir. Otomatis kesibukan juga bertambah sementara harapan mama agar Mas dan Mbak belajar mandiri tak kunjung dilakukan.

Sudah sejak lama kema
ndirian itu terwujud dari mencuci sendiri bila mengompol. Awalnya tidak begitu namun saat dirasa mengompol jadi keseringan, ya terpaksa diminta mencuci sendiri agar ada rasa tidak seenaknya mengompol. Pasca dicuci sebenarnya masih dicuci kembali oleh mbak Ida. Setidaknya semua itu dilakukan supaya anak-anak papa mama tahu konsekuensinya. Aktivitas lain yang bisa dilakukan adalah menyiapkan baju sekolah untuk esok hari, sholat mengaji, dan sikat gigi. Sementara beberapa tugas lain seperti makan, menyapu, memberesi mainan masih sering untuk diingatkan. Sebenarnya bagi Mama dan Papa yang agak berat adalah pembelajaran untuk mandiri dan bertanggungjawab. Masa depan setiap orang merupakan hal yang pasti bakal dihadapi dan semuanya harus dipersiapkan secara matang.

Agar terbiasa menyiapkan sesuatu secara matang, maka anak-anak diajari melakukan aktivitas bagi dirinya oleh dirinya sendiri. Terutama yang sederhana dan dianggap bisa dilakukan. Papa mama menangkap, anak-anak belum memahami benar manfaat yang didapat bila melakukan aktivitas bagi diri mereka sendiri. Untuk soal belajar, memang anak-anak telah menunjukkan tanggung jawab sebagaimana mestinya sehingga tidak pernah ada perdebatan panjang soal itu. Hingga kini, masih terus dicari formula supaya perdebatan berulang mengenai tanggung jawab anak-anak tuntas dan difahami. Sepertinya dihari-hari mendatang akan dipenuhi perdebatan tersebut. Agak disayangkan bila Mas Afin sering melontarkan kata “mesti aku yang dimarahi”, “aku selalu disalahkan”, “dik alma koq ga pernah dimarahi” dan lain sebagainya.


Mas Afin masih belum banyak mengerti dan itu semua difahami benar oleh papa mama. Harus dijelaskan secara perlahan agar tak menimbulkan adu urat leher yang kadang berkepanjangan. Kakak sangat disayang mama dan papa. Maka dari itu sering dibilangi supaya tidak kelewatan melakukan tindakan yang dilarang oleh agama. Toh Mas Afin ingat, sempat akan kabur dari rumah dan itu pasti lebih banyak menyusahkan mama papa. Orang tua tak melarang anak-anaknya kritis dan memegang teguh pendirian, hanya saja penerapannya memang kadang tidak pada tempatnya. Papa mama selalu melihat pada soal apa mas Afin berargumentasi secara pasti. Kami bermaksud melatih kalian untuk teguh meyakini kebenaran secara konsisten dan tidak asal saja. Bila sesuatu diyakini benar, sesuai aturan agama, hokum ya pertahankanlah meski besar resikonya. Bila sesuatu itu salah meski hanya rugi sebutir permen, tetap anggaplah salah.

Kami tak akan pernah merasa lelah atau bahkan menyerah guna mendidik anak-anak. Meski tantangan, godaan dan hambatan semakin besar seiring pertambahan usia kalian. Papa mama tidak bermaksud membatasi, melarang atau membentengi keinginan kalian. Hanya ingin mendidik kalian untuk selalu memikirkan secara matang, memperhitungkan secara jeli atas rencana-rencana sehingga tindakan yang diambil tidak mengakibatkan kerugian lebih besar. Masa depan kalian masih panjang dan banyak hal yang harus dipelajari. Tanpa mengajarkan cara-cara menghadapi hambatan, penyelesaian masalah, mencari jalan keluar tentu jauh lebih rawan mengalami kegagalan. Yakinlah nak, kami selalu berbuat terbaik buat kalian, agar masa depan kalian jauh lebih cerah dan bahagia, semoga!

22 November 2010

Hamster Kami

Belum genap 24jam berlalu, sejak kelahiran anak-anak hamster milik Mas Afin dan Mbak Alma yang berjumlah 3 ekor sudah ada 1 yang mati. Kondisi itu membuat Mas Afin dan Mbak Alma kaget. Mereka langsung mengecek kandang dimana hamster tersebut tinggal. Setelah diamati 8 pasang mata (karena ketambahan mata mama dan papa) tak ditemukan dimana si anak mati. Kami kemudian memelototi setiap sudut kandang dan masih tak menemukannya. Sementara, kedua induk hamster terlihat gelisah. Kegelisahan itu tercermin dalam perilaku mereka yang berlari kesana kemari, naik turun tangga dan menggigiti seputaran kandang.

Lantas, terlihat si bapak hamster ternyata sambil mengulum sesuatu dimulutnya. Kedua tangan depannya terlihat menggenggam sesuatu. Benar tebakan kami semua bahwa yang dikulum adalah anaknya yang mati. Kadang si betina ikut berebut anak yang mati itu. Kami bersepakat memisahkan si jantan dari induk dan anak-anaknya. Nah tugas mas Afin menangkap dan memindahkan si jantan sedangkan papa mama berusaha menata kandang agar terpisah. G
agasan awalnya kandang disekat dengan menggunakan kawat berpola. Setelah terpotong seukuran kandang, proses memasukkan dan memasang kawat tidak semudah kelihatannya. Betina lebih beringas dengan campur tangan kami dalam kandang. Kemudian kami batalkan pemisahan model tersebut.

Alternatif kedua, menyekat dengan memakai besi dari kandang yang tidak terpakai. Meski agak susah namun akhirnya bisa terpasang dan si jantan terpisah dari kedua anak serta si betina. Tak lama, justru si betina mencari celah dan menggangsir pasir dibawah besi pemisah kandang… dan ups dia berhasil masuk ke ruang pejantan. “Wah ga mau dipisah tuh” seru papah melihat kejadian tersebut dan meledaklah tawa kami semua. Dengan kondisi tersebut, kami berempat kemudian melakukan tukar pikiran bagaimana caranya supaya kondisi itu tidak terjadi lagi. Sebab berdasarkan pengetahuan yang dibaca Mbak Alma, ada pejantan yang memang suka memakan anaknya.

Bila dipisahkan tersendiri, resikonya hamster bisa stress dan mati. Namun kalau dijadikan satu takut pejantan akan memakan anaknya kembali. Mama mengusulkan untuk tetap digabung dengan alasan, anaknya yang dimakan itu karena mati. “Ya kalau dimakan lagi, apa boleh buat daripada bapaknya yang stress” jelas mama. Akhirnya, kami bersepakat untuk dijadikan satu kembali dan penyekat kemudian diambil. Dik Adhan yang dari tadi ikut teriak-teriak karena kami semua terlibat dengan asyik ikut melihat mas Afin menangkap pejantan dan memasukkan ke kandang.

Mbak Alma memberi masukan sesuai informasi yang dibacanya, untuk sementara kandang tidak usah dibersihkan, butuh ruangan yang gelap dan makan minum yang harus terus tersedia. “Jangan lupa, tidak boleh ada yang megang hamster dulu. Karena kalau terpegang bisa mati atau nanti anaknya” kata mama mengingatkan. Mas Afin dan mbak Alma setuju saja. Setelah semua perangkat diberesi, mas Afin mengisi air minum dan makanan hamster. Mama mencari kain untuk menutupi kandang supaya terkesan gelap spt alam hidup hamster yang nota bene hidup dalam kondisi gelap. Tak lupa juga ditambahi dengan potongan-potongan kertas kecil sebagai penambah kehangatan anak-anak hamster. Setelah beberapa hari diamati rupanya betina masih banyak menyusui serta mendekap anaknya supaya hangat.

Setiap pagi, siang maupun sore dengan bergiliran Mas Afin dan mbak Alma melihat kondisi anak-anak hamster. Mereka berharap anak-anak hamster dapat tumbuh besar dengan sehat. Teman-teman Mas Afin dan Mbak Alma banyak juga diceritakan tentang beranak pinaknya hamster. Harapan bahwa hamster akan berkembang biak dengan baik dan cukup banyak akan menyenangkan. Hanya saja yang harus terus menerus diingatkan adalah membersihkan kandang secara rutin.

19 November 2010

Hamsternya Beranak

Jarum jam baru menunjukkan pukul 20.00 dan suasana rumah sudah agak sunyi. Mama tertidur disamping koran yang dibacanya. Dik Adhan sudah terlelap sejak dari pukul 18.30 setelah seharian tadi tidur pagi dan siang cuma sebentar. Mas Afin lagi asyik-asyiknya cek facebook dan baca berita olahraga dari detik.com. Sementara papa asyik dengan laptopnya. Mbak Alma yang belum juga beranjak dari lantai bawah setelah belajar dan berbenah menjelang tidurnya, tiba-tiba teriakannya mengagetkan kami semua. "eih... eih.... hamsternya punya anak. Eh ada 3 lho anaknya" seru mbak Alma dengan lantang. Papa dan mas Afin kemudian bergegas turun.

Saking kencengnya teriakan itu, dik Adhan yang tengah lelap pun terbangun. Hal itu membuat mama harus segera menghampirinya. Kami bertiga kaget dan bengong melihat anak-anak hamster yang berjumlah 3 serta ukurannya sangat kecil. Hanya seujung jari kelingking orang dewasa. Mas Afin t
erlihat mengamati secara serius pergerakan hamster ataupun induknya. Sedangkan mbak Alma langsung menyambar hp dan memberitahu kedua temannya. Yah, hewan peliharaan itu sebenarnya sudah diminta cukup lama oleh mas Afin dan mbak Alma. Mungkin ada 6 bulan yang lalu. Tapi papa mama agak ragu mengabulkan permintaan itu.

Berkali-kali saat permintaan itu muncul selalu dikaitkan dengan kesediaan mereka memelihara dan merawat binatang pengerat
tersebut. "Iyah nanti aku sama mas yang bersihin" jawab mbak Alma. Mereka berdua tertarik memelihara karena memang binatang itu lucu dan imut. Akhirnya mama berjanji akan membelikan hamster pasca ujian tengah semester. Hari yang ditunggupun tiba dan kami berempat menuju Manahan untuk mendapatkan sepasang hamster. Bukan di Carefour, tempat dimana kami sering melihat dan mengamati. Bukan apa-apa namun di Manahan harganya lebih murah termasuk kandang dan makanannya. Selisih semuanya bisa sampai 20-40ribu. Hari-hari pertama memang rajin memelihara tapi seperti anak-anak yang lain akhirnya ya harus terus diingatkan.

Seminggu sekali kandang dibersihkan dan mereka berdua membantu papa untuk memindahkan
sementara hamster ke kandang lainnya. Hanya sebulan sejak dirawat ternyata hamster itu sudah beranak 3 ekor. "Gimana bersihin kandangnya nanti pah?" tanya mas Afin. "mungkin sementara waktu ga dibersihkan dulu" jawab papa. Papa menyarankan mbak Alma dan mas Afin mencari informasi pemeliharaan anak hamster lewat internet. Beberapa hari kedepan sepertinya akan jadi hari yang cukup tegang dalam merawat anak-anak hamster. Teman-teman mas Afin dan mbak Alma akan berkunjung dan mereka akan bercerita tentang itu semua.

Semoga kalian tetap rajin merawat, memberi makan, memperhatikan kebersihannya serta tugas utama tak terbengkalai.

Cangkrangen

Dua minggu lalu Mas Afin kena cacar air atau bahasa jawanya cangkrangen. Hal itu membuatnya gelisah karena merasa tidak nyaman. Tidak hanya gatal tapi juga badan tidak nyaman, tidak boleh sekolah, keluar rumah, deket adik2nya. Yang disenanginya tentu tidak les Inggris atau bs maen PS diluar hari Sabtu Minggu. Untungnya, sakit itu menghampiri tatkala selesai ujian tengah semester sehingga tidak membuat kakak makin resah. Pada hari penerimaan hasil test, dia tak sabar menunggu hasilnya. Alhamdulillah, hasilnya tetap saja membanggakan. Usaha kerasnya tak sia-sia. Namun kembali pada soal sakitnya menimbulkan konsekuensi lain. Hal yang paling tidak disukainya adalah tidur dikamar bawah. Meski ada mbak Ida, tetap saja tidak disukai.

Setelah mandi, minta dibedakin dan diolesi salep agar tak menular kemana-mana. Syukurlah tak lebih dari 5 hari cacar air itu menyusut dan berangsur menghilang. Giliran kami, orang tua merasa was-was sebab ada 2 adiknya yang agak sulit tidak terkena imbasnya. Satu-dua hari aman saja dan kami merasa tak ada yang akan terjalar. Eh seminggu kemudian sungguh kaget tatkala mbak Alma merasa gatal dan ketika bajunya dibuka sudah mulai ada benih-benih cacar air. Akhirnya ya tak masuk sekolah beberapa hari. Sayangnya, Cacar Air mbak Alma lebih banyak dan lebih gatal. Ada dimana-mana sampai kulit kepala juga.

Karena mas Afin udah kena, jadi ya tidur berdua di kamar atas ga masalah. Kalau dipisah, lagi-lagi pasti mas Afin yang bakal uring-uringan. Imbas lain ya mbak Alma ga boleh deket apalagi megang dik Adhan. Ini yang bikin kami repot semua soalnya kalau diajak mb Alma, dik Adhan betah. Ga tahu kenapa kalau dekat sama mas Afin masih belum merasa nyaman. Tapi papa yakin kalau sudah gede pasti dekat semua karena mereka berdua sayang banget sama adiknya. Lama tak masuk sekolahpun membikin mbak Alma jadi bete. Maunya segera masuk namun dia faham, teman2nya bakal tertular. Demikian juga dengan tak bisa diajaknya dik Adhan. Cuma bisa diajak maen dengan tanpa menyentuh. Padahal dengan mbak Alma bisa 15-30 menit lho kalau maen jadi lumayan bisa membantu
.

Hari ini kondisi mbak Alma sudah makin baik. Beberapa cacar air sudah mengering meski beberapa diantaranya malah lecet. Beda dengan cacar airnya mas Afin yang lebih mudah kering. Mungkin karena pas mbak Alma kena, hawa begitu panas dan akan membuat badan gerah. Kalau gerah dan berkeringat pasti akan menimbulkan gatal. Bila malam hari akan lebih sering tergaruk terutama saat tidur. Semoga mbak Alma segera pulih dan kembali beraktifitas seperti biasa. Kami sudah merindukan mbak Alma untuk bisa menemani dik Adhan, bersekolah, bermain dengan temannya. Rencananya besok sudah kembali masuk sekolah. Ya Allah, semoga di sekolah ga nular ke teman-temannya dan dirumah ga nular ke dek Adhan juga tetangga. Kasian kalau sampai mereka mengalami, apalagi dik Adhan yang masih sangat kecil.

Template by:

Free Blog Templates