30 Agustus 2012

Saat Gigi Mbak Alma Patah

Liburannya sih asyik bisa kemana-mana tetapi jelang akhir masa liburan mbak Alma mengalami kecelakaan kecil yang cukup membuat dirinya drop. Sakit iya tetapi rasa malu lebih besar sehingga dia sesenggukan setelah kejadian. Papa yang saat itu tertidur kaget dengar tangisan mbak Alma. Apalagi suara mama yang cukup keras bernada menyesalkan kejadian itu.

Mbak Alma nangis sesenggukan, mbak Salsa dan mbak Angel terdiam sementara mas Afin saking tidak teganya mengatup kedua tangan dimulutnya. Itu juga yang membuat papa jadi lebih was-was. Ternyata mbak Alma jatuh saat hendak berpijak pada kursi. Kursi bergeser dan terjerembab ke lantai sehingga menyebabkan gigi depannya patah.


Walaupun tidak patah 100 persen tentu membuat rasa gusinya makin sakit. Untuk mengunyah juga tidak nyaman. Begitu sampai Solo, hal itu dikonsultasikan ke dokter gigi di RSO. Masih bisa diganti dengan gigi baru tetapi harus 4 kali perawatan. Sayangnya ada tumbuh daging dari gusi sehingga harus dipotong. Dari hasil rontgen diperoleh data bahwa daging itu ada sarafnya maka diperlukan kehati-hatian.

Otomatis karena sudah masuk sekolah, beberapa kali mbak Alma harus masuk siang setelah periksa ke rumah sakit. Di sekolah dia masih menutup mulutnya. Alya, teman akrabnya penasaran kenapa Alma tidak mau membuka mulut bahkan dia berani memberi uang Rp 500 untuk melihat. Tetapi hal itu tidak diijinkan.

Yah inilah salah satu kejadian yang membuat kami berduka. Semoga kami dapat mengambil hikmah dari kejadian itu. Kedepan kami semua perlu hati-hati. Papa mengingatkan bahwa kadang bila bercanda memang harus hati-hati. Sebab kecelakaan bisa saja terjadi walaupun anak-anak tidak bermaksud berbahaya. Biasa, namanya anak-anak kadang tidak tahu atau tidak sadar batasan bahaya sejauh apa.

27 Agustus 2012

Rayakan Idul Fitri 1433 H

Tradisi lebaran sering dinantikan anak-anak sebab merupakan kebiasaan yang lebih banyak menyenangkan dibanding tidak enaknya. Yah kalau mereka cemberut itu dikarenakan perjalanan jauh dengan mobil. Entah dari Solo ke Pekalongan atau dari Pekalongan ke Solo. Biasanya kalo dari Pekalongan ke Solo tidak begitu soalnya ada dik Yoga sehingga agak terlupa.

Saat Halal Bi Halal Di Rumah Mbah Sri

Lebaran ini 1433 H, dimulai beberapa hari jelang lebaran kami sudah meluncur ke Pekalongan. Dijemput mbah memakai mobil Om Febi dan bulek Ucik, inginnya berangkat malam hari. Namun karena Jum'at tanggal 17 pagi mas Afin harus upacara tentunya kami berangkat setelah mas Afin pulang.

Beruntung selama di perjalanan tidak cukup banyak macet sehingga kondisi mas Afin dan mbak Alma baik-baik saja. Setelah alas roban, rehat untuk Sholat Dhuhur dan istirahat pak Carik, perjalanan dilanjut lagi. Rupanya karena berhenti itulah, mbak Alma jadi mulai merasa tak nyaman. Jelang masuk Kabupaten Batang, mulailah acara mutah itu.

Agenda rutin saat lebaran di Pekalongan diisi dengan Halal Bi Halal keluarga besar HM Sahir ditempat mbah Sri Kurnia dan berkeliling tempat kakak adik mbah Hirum pada Selasa pagi (21/8). Siangnya baru ketemu keluarga bulek Ucik sebab mereka mudik ke Brebes. Tadinya mau berangkat sore hari ke Solo sebab Rabu (22/8) ada Halal Bi Halal keluarga besar mbah Saodah.
Makan malam di Weleri saat akan balik ke Solo

Ternyata om harus pijat dulu, maklum kecapekan dari Brebes jalanan macet. Sekitar bakda Maghrib perjalanan ke Solo dimulai. Alhamdulillah hanya beberapa kali tersendat dan sampai Solo sekitar jam 01.00 dini hari. Jam 09.30 kami meluncur ke rumah mbah Wahyu untuk Halal Bi Halal disiang harinya. Jam 16.00 dik Yoga pulang dan kami istirahat dirumah.

Kamis pagi (23/8) kami berlima melanjutkan perjalanan ke Cawas Klaten untuk berlebaran ditempat mbah. Mudik dengan kendaraan roda dua memang lebih cepat dan tidak membuat mas dan mbak mutah. Hanya yang kebagian memegangi dik Adhan lumayan sulit. Biasa, ditengah perjalanan dik Adhan kan tertidur jadi harus dijagain.

Kamis siang, kita semua menuju Semin Gunung Kidul untuk bersilatturahim ke rumah pakde Bambang. Mbak Angel ikut serta membonceng mbah kakung. Tambah ramailah rumah pakde. Disana kami bermain sepeda dihalaman yang luas. Meski siang hari tetapi tidak terasa terik sebab banyak pepohonan disekitar rumah.

Sorenya kami kembali ke rumah mbah dan mbak Salsa ikut kami. Ramai dirumah mbah, teman bermain bertambah. Tidak hanya menyalakan mercon, kembang api namun kami juga main petak umpet maupun Sholat berjamaah bersama. Malam hari mas Afin dan dik Adhan diajak bersilaturrahmi ke rumah Bude Pur, kakak mama yang tertua.
Foto bersama di depan rumah pakde Bambang

Hari Jum'at kami tak kemana-mana dan seharian bermain ke rumah. Bersama mbak Salsa dan mbak Angel kami pergi ke makam melihat tempat dimakamkannya kakak mbak Angel dan adiknya dik Adhan. Sabtu pagi, papa dan mas Afin kembali duluan ke Solo soalnya mau segera Futsal. Sementara mama, mbak Alma dan dik Adhan sekitar jam 10.00.

Oh ya lupa, saat di Pekalongan sempat juga kami beramai-ramai menengok anaknya mbak Ida yang lahir seminggu sebelum lebaran. Lucu anaknya dan rasa kangen ketemu mbak Ida terobati. Perjalanan lebaran yang melelahkan tapi cukup berkesan.

09 Agustus 2012

Rute Harian Kita

Sebulan ini ada pergantian rute yang awalnya hanya Purbayan - Jongke ya maklum mas Afin sudah berpindah tempat menuntut ilmu. Jalur mama sudah Purbayan - Joho - Sambeng - Jongke - Purbayan. Sedangkan papa kadang sesuai kebutuhan. Kadang kala Purbayan - Jongke - Jegon - Sambeng - Purbayan atau Purbayan - Jongke - Sumber - Sambeng - Purbayan dan beberapa hari terakhir Purbayan - Jongke - Sambeng - Banyuanyar - Sambeng - Jongke - Purbayan.

Ini semua dilakukan demi melapangkan jalan berliku mas Afin dan mbak Alma merengkuh cita-cita. Kadang harus difikir secara jeli agar mas dan mbak bisa dijemput tepat waktu. Tidak hanya itu namun juga menyesuaikan dengan agenda papa mama. Pilihan tempat belajar itu menurut papa mama memang yang terbaik.

Yang menyediakan jalan lurus pada menggapai cita-cita, lebih tepat, lebih pas dan tentu sesuai kondisi. Meski sekarang untuk ke Sambeng agak jauh tapi tak apa. Pasti banyak pembelajaran yang akan dipetik. Dulu kala papa mama bersekolah di SD dengan jalan kaki bukan diantar. Yah memang jaman sudah berubah apalagi tinggal dipinggiran kota.

Saat SMP papa mama naik sepeda namun tidak begitu dengan mas dan mbak. Biarlah karena ini memang jalan yang dilewati dan ditempuh. Bila dianggap merepotkan tentu akan memberatkan. Lebih jauh, melintasi beberapa perempatan hingga persimpangan kereta. Agak was-was melepas mereka dengan sepedanya apalagi pulang sekolah ditengah terik matahari.

Pengen rasanya melihat mereka bersepeda sekalian melatih otot dan cadangan energinya. Tapi lalu lalang kendaraan sekarang membuat miris, was-was dan pikiran yang tak kunjung usai. Apalagi mas Afin dilarang membawa alat komunikasi. Pernah sekali mas harus naik angkutan umum dari sambeng. Sebelum menjalani, papa menunjukkan rute yang harus dilewati dan sukses.

Setidaknya ini menjadi bekal bila memang ada sesuatu hal yang tidak bisa dilakukan. Juga membuat dia faham bahwa tidak selalu fasilitas itu tersedia. Bertemu, bersandingan dan bersama para penjual makanan, buruh, pegawai atau pengamen di bus antar kota. Nikmatilah perjalanan hidup kalian dan ambillah sisi positif itu yang kelak akan bermakna.

05 Agustus 2012

Shock Jelang Ultah Mas Afin Ke 12

Jelang usia ke 12 mas Afin, kami menerima kabar mengejutkan,

Papa mama berangkat menjemput mbak Alma dengan dik Adhan dan tinggallah bude dirumah sendirian. Kepergian kami tentu juga sekalian mencari kado ultah mas Afin. Begitu sampai rumah, bude tergopoh-gopoh bilang bahwa tadi ada telpon dari sekolah bahwa Afin kecelakaan, jatuh dari tangga. Kami diminta segera kerumah sakit.

Tanpa pikir panjang mbak Alma dan dik Adhan kami turunkan sembari berpesan pada mbak Alma untuk mencari telpon sekolah mas. "Tolong di sms-in ke mama yah mbak" pesan mama. Lajulah motor papa mama menuju ke sekolah. Belum semenit ada telpon masuk, tentu kami pikir dari sekolah ternyata dari mbah. Karena dijalan dan sedang kalut, kami bilang bahwa nanti akan ditelp.

Pikiran papa dan mama bergejolak masing-masing. Beberapa hal yang sama dipikirkan adalah memori kecelakaan mas Afin saat di TK A yang menyebabkan lengan mas patah. Saat ini bulan puasa dan menjelang lebaran tentu biaya yang akan dikeluarkan akan lebih besar lagi. Belum beberapa perabot rumah yang sudah dipesan belum terbayar.

Mama juga sempat komplain kenapa papa memakai celana sobek, tentu tidak enak ke sekolah dengan celana seperti itu. Yang jelas tidak banyak diperbincangkan dijalan. Begitu sampai disekolah papa langsung membuka hp sementara mama masuk ke sekolahan. Ternyata ada sms dari pak Ari dan panggilan darinya. Ada salah satu guru menuju teras sekolah dan bilang "ga ada yang jatuh tapi koq ada yang bilang jatuh ya" kata guru itu pada yang lain.

Alhamdulillah, itu kata pertama yang terucap. Yang jelas papa langsung telpon ke rumah meminta bicara dengan bude memastikan apakah si penelpon menyebut nama sekolah mas Afin. Bude memastikan iya. Lantas apa hubungannya dengan pak Ari? Ternyata setelah menerima telpon, ditengah kebingungannya bude datang ke pak Ari menceritakan telpon tersebut.

Karuan pak Ari kaget dan berusaha menghubungi papa. Karena hp ada di tas ya tidak diangkat. Di Sekolah mama tidak mendapat kabar ada anak jatuh dari tangga. Mama meminta ijin memastikan kondisi mas Afin di kelas. Mas pun keluar dengan tatapan kaget.

"ada apa mah" tanyanya.
"Kamu tidak ada apa-apa kan? nggak jatuh" tanya mama penasaran
"nggak. eh koq mama tahu aku jatuh? tapi ga papa koq wong tadi lari-lari sama temen"jawabnya dengan tatapan tetap tak mengerti.
"Oh ya sudah" kata mama dan kemudian keluar ke sekolah.

Mama memastikan bahwa mas Afin tidak kenapa-kenapa. Namun pihak sekolah bilang kemaren juga ada kejadian seperti itu. Papa menjawab sms pak Ari bahwa tidak terjadi apa-apa. Pak Ari menelpon dan menjelaskan kejadian bude mendatanginya.

"Lha nelpon pak Iral ga diangkat ya aku langsung ke DJI eh dijawab tidak ada anak jatuh. Aku sadar bahwa Afin sudah lulus. terus aku ke Jongke, disana juga dipastikan tidak ada anak jatuh. Aku lupa bahwa Afin tidak sekolah disitu" cerita pak Ari.

Selang beberapa saat, mas Afin pun keluar karena bel sekolah berbunyi. Diluar dia masih menanyakan sebenarnya ada apa. Mama ceritakan soal telpon yang diterima bude. Dikelas, mas Afin juga sempat ditanya temannya apakah dia jatuh. Hal itu menambah rasa penasarannya. Kamipun kemudian pulang sembari menganalisa apa yang terjadi.

Dirumah, mbak Alma menambahi ceritanya dari penuturan bude. "Katanya mas jatuh dari tangga dan dibawa ke rumah sakit oleh bu Mul. Terus yang nelpon bilang disuruh mencatat no telpon rumah sakit. Tapi bude bilang dia tidak bisa nulis" disinilah papap mama tertawa. Rupanya cerita penipuan inipun terjadi pada kami. Untungnya bude ga bisa menulis sehingga pesan untuk mencatat no telp tak bisa dilakukannya.

Dari banyak cerita yang sudah kami dengar, biasanya pihak yang ditelpon akan menelpon no yang ditinggalkan. Kemudian si penerima telpon yang mengaku rumah sakit akan bilang si anak akan dioperasi serta meminta DP biaya operasi sebab bila tidak akan berbahaya bagi jiwa anak.

Entah dari mana si penipu mendapat nama dan no telpon rumah. Yang penting semuanya sehat dan kami tak tertipu. Semoga kejadian ini memberi pembelajaran bagi kita semua untuk tidak gegabah menghubungi pihak-pihak yang mengaku sedang menangani kerabat kita yang celaka. Sebaiknya kita cek bagaimana kondisi mereka. Benar-benar menguras emosi jelang ultah mas Afin ke 12.

Mari Berhitung Dik Adhan

Anugrah Ramadhan Aira, nama yang kami sematkan padanya benar-benar luar biasa. Pertumbuhan dirinya begitu pesat begitu menginjak usia 2 tahun. Tingkat ingatan atas apa yang diajarkan atau tak sengaja didengarkan cepat benar ditangkap dan ditirukannya. Tak heran apapun yang ditularkan secara cepat dimengerti dan ditirunya.

Akhir-akhir ini bundanya mengajari bahasa inggris untuk angka dan hewan. Eh mampu ditirukannya dengan cermat. Meski konsonan tak sama persis namun kami faham maksud dari ucapannya. Geli juga mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari mulut mungilnya. Menerjemahkan nama-nama hewan dalam bahasa Inggris juga pas.


Sebut saja dok (anjing), dak (bebek), ket (kucing), piss (ikan) atau bie (beruang). Kami terus menerus memintanya mengulang dan terbahak-bahak mendengarnya. Adhan pun akan ikut terpingkal bila melihat lawan bicara juga terkekeh.

Papa paling suka meminta dik adhan berhitung satu sampai sepuluh sebab kata-kata yang keluar laksana air ditengah gurun tandus. Simak penuturannya, "atu, ua, tida, memma, mima, yuyu, juju, memma, mimma, uyu" yang dilanjut dengan heyy... sembari bertepuk tangan. Tiap hari itu saja yang diulang Adhan dan papa selalu memintanya.

Dia juga sering mengajak bermain papa, mama, mas Afin atau mbak Alma. Tahu apa yang diucapkannya? "adik aem papa" atau "adik aem mama" dan itu yang mengajarkan mbak Alma. Nak tumbuhlah jadi diri sendiri, bermanfaatlah bagi orang lain, agama dan bangsa. Hancurkan kesombongan dunia dan pedulilah pada sesama.

Template by:

Free Blog Templates