23 Oktober 2013

HP Dan Smartphone Membeli Sendiri

Nampaknya hasil menulis yang dilakukan mbak Alma bisa dimanfaatkan sejak dari sekarang. Oleh mama hasil dari menulis, menang kejuaraan atau narasumber disimpan di rekening. Meskipun begitu kadang memang mbak Alma bila ingin sesuatu sepanjang masih bisa ditolerir akan dituruti. Itupun dengan berbagai pertimbangan.

Pertama kali dia menginginkan memiliki hp dan saat itu mas Afin memang sudah punya HP memakai yang tak terpakai. Tujuannya agar memudahkan komunikasi mas dengan temannya atau saat mama papa keluar kota bisa langsung kontak. Nah mbak Alma ingin punya sendiri, minta diantar ke Singosaren mencari HP yang menurut dia enak. Akhirnya dipilihlah HP biasa yang penting bisa untuk komunikasi.

Sedangkan nomor yang dipakai mas Afin maupun mbak Alma memang dicarikan yang agak mudah diingat. Setelah beberapa saat booming tablet, ipad dan sejenisnya. Mbak Alma menginginkan dengan membeli memakai tabungannya. Ditemani papa akhirnya didapatkan tablet layar 10 inc agar tidak kekecilan dan bisa untuk menulis cerita.

Saking seringnya dipakai apalagi untuk game, baterai sering drop dan harus selalu di charge ketika digunakan. Komunikasi memakai tablet rupanya tidak cukup nyaman. Akhirnya mbak Alma disarankan memakai HP miliknya sendiri. Namun dia menolak karena tidak asyik dan mau membeli HP yang lebih menyenangkan. Wah pasti sasarannya smartphone yang lumayan mahal. Mbak Alma berkehendak membeli dengan memakai uangnya sendiri. Berdasar pertimbangan mama, disarankan bukan membeli namun ikut program hadiah dari sebuah bank.

Jadi uang milik mbak Alma akan ditabungkan dengan nominal tertentu dan jangka waktu tertentu tanpa bisa diambil. Kemudian kami akan menerima barang tersebut. Kemarin hadiah itu datang dan mbak Alma senang sekali menggunakannya. Saat di cek di internet, harga HP tersebut wow paling tinggi diantara HP kami yang ada dirumah.

Papa dan mas Afin memakai HP merk china, mama memakai merk china dan satu merk terkenal sedangkan mbak memakai brand besar. Selamat dan semoga bisa dijaga dengan baik. HP itu atas usahanya sendiri jadi silahkan dinikmati. Mama Papa hanya bisa bersyukur mbak Alma sejak SD bisa menikmati fasilitas dari usahanya sendiri.

21 Oktober 2013

Mbak Alma Terpeleset

Senin pagi seperti biasanya mbak Alma bangun agak siang yaitu pukul 04.30. Sebab biasanya dirinya bangun sendiri pukul 04.00 diteruskan dengan belajar setelah sholat subuh. Habis belajar kemudian menyapu, mandi dan bersiap berangkat. Meski kondisi masih pagi, kadang suka berlarian didalam rumah.

Mama sudah memperingatkan untuk bertindak biasa saja. Rupanya karena terbiasa berlarian, tak sengaja kemudian mbak Alma terpeleset dan jatuh didepan kamar mandi. Untungnya tak cukup parah dan kepalanya tidak membentur apapun. Pukul 06.20 beriringan dengan Mas Afin, mereka mengayuh sepeda berangkat sekolah.

Sewaktu papa pulang kerja yang membukakan pintu gerbang mbak Alma dengan jalan pincang. Papa kaget dan menanyakan kenapa kakinya. Rupanya bengkak cukup besar dan kemerahan. Rasanya pasti sakit sekali. Mbak Alma menjelaskan tidak terasa saat mengayuh atau mengangkat sepeda melewati rel cuma bila tali sepatu agak kencang ya cukup sakit.

Dipakai untuk sholat terutama duduk maka rasa sakit lebih terasa. Mama menawarkan supaya esok hari diantar kesekolah saja sampai kakinya sembuh. Selasa pagi, rupanya rasa sakit mereda dan memutuskan berangkat ke sekolah tetap memakai sepeda. Agak was-was juga mama papa melepas mbak Alma menggunakan sepeda, semoga tidak terjadi apa-apa.

Anak ini memiliki kepribadian yang cukup mandiri dan bertanggungjawab. Keinginan mencapai sesuatu sangat besar walaupun kadang rasa minder masih cukup menguasai dirinya. Meski menaiki sepeda bukan berarti kegiatan ekstra dikurangi, tetap saja mengikuti berbagai kegiatan ekstra kurikuler. Mama papa yakin segala kegiatan positifmu disekolah pasti akan bermanfaat bagi

18 Oktober 2013

Mas Afin Belajar Berkendara Motor

Suatu sore tiba-tiba mama bilang ke papa bahwa mas Afin berkeinginan belajar naik motor lagi karena teman-temannya sudah banyak yang bisa. Papa menangkap keinginan itu diutarakan dengan maksud yang baik. Hal itu direspon papa dengan mengajarinya sore keesokannya. Beberapa waktu lalu mas Afin memang sudah pernah diajari.

Dulu pernah naik motor pada jelang buka puasa makan soto didaerah stasiun Gawok. Atau malam hari di rumah mbah. Berdasarkan evaluasi papa saat itu, mas Afin belum siap. Terbukti dengan langsung berusaha melajukan kendaraan. Atas tindakan tersebut, papa menghentikan belajarnya sebab secara mental menandakan mas Afin belum siap.

Bagi papa, mengendarai kendaraan itu bukan berkaitan dengan usia atau tinggi badan melainkan kesiapan mental mengendalikan diri saat berkendara. Papa tidak ingin anak-anak berkendara apapun dapat membahayakan dirinya atau orang lain. Biasanya papa melihat dari cara memegang gas motor yang langsung laju atau perlahan.

Kemudian ketika berjalan, papa akan memegang lengan mas Afin terasa kaku dan kencang atau tidak. Hal itu menandakan secara mental nervous atau tidak. Sewaktu sudah tidak tegang maka papa membiarkan mas Afin mengendarai sendiri. Papa menyiapkan batu bata zig zag dan mas diminta melewati secara perlahan dan tidak boleh menyenggol bata.

Sesekali papa cek leher berkeringat tidak, serta jantung berdegup kencang atau biasa. Hal ini menandakan kesiapan mental mas Afin dalam berkendara. Masih ada tahapan yang perlu diuji dalam berkendara misalnya melewati garis jalan yang kecil, melewati 2 batu kecil atau melintasi papan. Ini penting sebagai kesiapan keseimbangan yang dimiliki mas Afin. Bila semua ujicoba itu terlewatkan maka ijin mengendarai akan diberikan.

16 Oktober 2013

Sakit Ya Dik Adhan....

Mulutnya tetap ternganga, kadang rengekan manja juga masih keluar dari mulutnya. Sepertinya cukup kesakitan akibat jatuh dari sepeda saat main dengan kedua kakaknya. Papa menggendongnya dan mau. Ketika diminta untuk menutup mulut, dik Adhan menolak. Pun ketika bibir mencoba disentuh jemari papa juga ditolaknya.

 Disisi lain papa harus memastikan tidak ada apa-apa dengan gigi, gusi hingga dagunya. Tak kurang akal, papa ajak dik Adhan melihat kereta. Rengekan sudah berhenti dan papa mengeluarkan kendaraan. Cuma berdua, menuju palang kereta di persimpangan Mayong. Memang lokasi itu jadi lokasi favourite dik Adhan melihat kereta apalagi ditambah dengan palang kereta dan suara kedatangan kereta.

Sembari menunggu kereta, papa mencoba menanyakan bagaimana kejadian tadi. Siapa yang mengajak bercanda dan apakah masih merasa sakit. Sepertinya rasa trauma masih berkelebat di kepala dik Adhan sehingga dia tidak mau menjawabnya. Papa harus memancing dengan cara lain. Sayangnya kereta tak kunjung lewat juga, maklum kelewat larut (jelang pukul 18.00).

Lantas papa bertutur tentang kereta minyak yang sempat dilihat dik Adhan kemarin. Dengan antusias dik Adhan menyambung pembicaraan papa. Nah kemudian papa minta dia menunjukkan deretan gigi bawah dan atas dengan bergantian menggeser bibirnya menggunakan jari. Alhamdulillah tak terlihat luka atau darah disela-sela bibir itu.

Sampai jelang maghrib, kereta tak jua muncul. Akhirnya papa mengajak pulang sembari menyatakan besok bisa kesitu lagi melihat kereta. Ditengah jalan papa mengingatkan juga sewaktu melihat rombongan bebek makan dan mandi disungai. Rupanya dia cukup antusias menyambut cerita itu dan tak terasa kami sampai dirumah.

Dik Adhan Jatuh Dari Sepeda

Sore seperti biasa papa pulang kerja dengan terik matahari yang masih menyengat keras. Kebetulan masih musim kemarau sehingga panasnya begitu terasa ke pori-pori tubuh. Memasukkan kendaraan dan mengucap "Assalamu'alaikum" namun jawaban menyahut biasa. Tak ada mbak Alma, Mama atau suara dik Adhan. Papa pikir sedang pada diatas.

Ternyata di tangga rumah dik Adhan sedang dipangku mama dengan dagu di kompres. Rupanya habis terjatuh dari sepeda saat bermain bersama mbak dan mas. Sudah beberapa waktu pasca dibelikan sepeda, kadangkala sore mereka bertiga berboncengan. Sayangnya saat bersepeda mereka seringkali tidak cukup hati-hati.

Karuan papa marah dan mendatangi mas dan mbak yang duduk diruang tamu dengan tertunduk. Sembari menggendong dik Adhan, mas dan mbak kena semprot. Hukumannya jelas, selama 3 hari mereka harus cuci piring dan menyapu serta tak boleh menonton tv. Mama bertutur, darah keluar dari mulut dik Adhan dan tak tahu apanya yang berdarah.

Mulut dik Adhan pun tetap ternganga karena takut mengatup. Sepertinya terbentur dagunya dan membuat dirinya merasa sakit. Makan sore juga masih sedikit maka ditawari maem cococrunch meski masuk cuma sedikit.

Mbak Alma mbrebes mili sementara mas cuma tertunduk seperti biasanya. Papa menjelaskan bahwa mas dan mbak sudah besar namun seringkali tak hati-hati terutama ketika bercanda. Ini yang dikhawatirkan papa. Bersepedapun selalu harus diingatkan posisi kaki dik Adhan. Papa faham, itu karena mereka cukup dekat dan akrab sehingga kadang lalai.

Tetap boleh bercanda namun perhatikan mana bahaya dan mana tidak nak...

10 Oktober 2013

Pertanyaanmu Itu Lho Dik Adhan

Ada hal-hal menarik yang dilakukan dik Adhan menjelang umur 4 tahun dan sekarang saat 4 tahun bermain sambil belajar di Paud.

Kebiasaan bermain kereta api masih saja menjadi hobi nomer satu, apapun barang asal panjang , bisa diimajinasikan menjadi kereta api. Tak hanya mainan kereta api, tetapi barang-barang yang ada di rumah . Remote TV,  pengaris, disgrip, ganggang bekas sapu, pralon sisa, bekas cantelan korden, ikat pinggang mas dan mbak,  sampai rantai yang biasanya di pakai untuk mengamankan sepeda mbak Alma tak luput  jadi penganti kereta api. Kreatif sekali, apapun bisa disulap diubah berdasarkan  imajinasinya.

Kalimat-kalimat yang meluncur di bibirnya juga semakin banyak dan beraagam. Celotehnya lucu dan apa apa saja ditanyakan. Setiap terdengar kereta api lewat yang berjarak sekitar 2 km dari rumah, adik selalu tanya,”Ma, itu kereta apa?” kalau sudah di jawab nama kereta, dia tak akan puas dan bertanya lanjutannya, ”Kereta xxx dari mana?“, nanti tanya lagi,”Keretanya mau ke mana?“, terus tanya lagi, ”Mau ngantar siapa?”. Juga setiap ada benda yang dia tidak tahu pasti dia akan tanya sampai dia puas (padahal yang ditanya kadang tak tahu jawabannya).

Di kawasan Solo Baru
Misalnya ,”Ma, ini tangan beli di mana?” mama jawab,”Nggak beli sayang, tangan di kasih sama Alloh?” dia dengan lucu akan memandang mama sambil bertanya lagi, ”Alloh tuhanku ya?“. Mama jawab,”Iya”. Adik nggak akan puas dan akan terus bertanya lagi tentang kaki beli di mana? Rambut dan anggota tubuh lainnya ditanyakan sampai benda-benda misal piring, kulkas, dll. Keingintahuannya sangat besar, dan tak gampang puas meskipun sudah di jawab.

Bahkan beberapa hari ini sering bertanya, “Ma, semut makan apa?”, “Ma, kucing makan apa?”, “Ma, cicak makan apa” dan lainnya yang terkadang bikin geli seklaigus jengkel yg ditahan (karena selalu  ada pertanyaan, meskipun sudah dijawab). Rasanya tak pernah merasa puas dengan jawaban dari orang-orang di rumah.

Adik juga punya beberapa kalimat-kalimat yang bikin kami tertawa sekaligus menjadi pembicaraan umum kami karena kami jadi sering menirukan. Misalnya ALUNI (maksudnya Ngayeli/menjengkelkan) , MBAH DINO (maksudnya coboy junior), ANTIAN YUYU (maksudnya gantian dulu), EMH NENEN (maksudnya minta mainan payudara ibu sambil mimik susubotol), dll

Pokoknya semua serba mengejutkan, dan menakjubkan. Bahkan papanya terus mencandai mbak Alma kalau pas si kakak capek menjawab pertanyaan adiknya,” Mbak, besok dingatkan ke adik ya, kalau mama sudah tua dan suka tanya-tanya, harus dijawab semua seperti adik tanya ya,”...

Sungguh anak yang pintar, lucu, mengemaskan dan insya alloh sholeh, amin

07 Oktober 2013

Liburan Saat Tak Libur

Tanggal 6 kemarin kami semua berangkat ke Jogja menghadiri pernikahan saudara. Semua turut serta sebab ada mbah serta keluarga bulek. Bagi anak-anak, bertemu saudara mereka memang menyenangkan apalagi di janjiin buleknya akan bermain di kolam renang. Guna memudahkan kami berangkat menaiki Prameks pukul 13.00.

Tentu moment yang sangat spesial bagi dik Adhan. Selama perjalanan dik Adhan tak henti-hentinya berbincang dengan mbak Alma sembari melihat keluar jendela kereta. Kami turun di Stasiun Maguwo dan melanjutkan perjalanan dengan Trans Jogja karena bila dengan taksi ongkosnya bisa tarif bandara bukan argo.

Turun di halte Janti, kami melanjutkan perjalanan menggunakan taksi. Kebetulan sampai dirumah pakde Iwan, mbah dan bulek juga baru selesai acara resepsi sehingga bisa langsung ngobrol. Sore hari, bulek Ucik mengajak berenang di Kids Fun yang memang tak jauh. Disana anak-anak bermain air dengan puas. Apalagi dik Adhan juga belum sering ke kolam renang.

Segala permainan dicoba seperti prosotan, naik undakan, diguyur ember besar dan lainnya. Kadang malah tenggelam dan terminum air kolam. Sedang mas Afin, mbak Alma bermain bersama dik Yoga di prosotan yang tingginya kira-kira 5 meteran. Mereka bolak-balik naik turun prosotan.

Mama nunggui baju ganti sembari mengobrol dengan bulek sedangkan papa mengawasi dik Adhan juga mengambil gambar. Jelang maghrib kami kembali ke rumah mas Iwan. Esok paginya kami semua berangkat ke pengajian ngunduh mantu mbah Tri. Disana anak-anak juga bertemu keluarga Solo lainnya.

Template by:

Free Blog Templates