26 Juni 2013

Perekam Handal

Anak-anak dibawah 5 tahun memang menjadi peniru ulung yang sangat jenius. Seringkali tanpa diajari berbagai polah mas Afin dan mbak Alma ditirunya. Mereka sering bermain bersama termasuk bertutur "nddaak" atau kini tren baru "jangian". Ah dari mana lagi iseng meniru yang dibuat-buat begitu. Tapi itulah si kecil Adhan yang kapasitas otaknya Subhanallah. Mengejutkan kami semua.

Perkembangan pola pikirnya jauh melampaui yang pernah dialami kakak-kakaknya. Bermain game online via internet, membuka mozilla, shut down laptop hampir semua bisa dilakukan sejak usia 3,5 tahun. Tanpa diajari dan hanya mengamati saja. Dari pembelajaran ini, mama papa ingatkan mas dan mbak untuk lebih berhati-hati berbicara.

Keasyikan menikmati es krim bertiga
Suatu saat dalam sessi bermain rumah-rumahan dengan mbak Alma, ada adegan ke belakang dan melakukan BAB sembari berkata "jo jot jo jot" diingatnya betul. Akibatnya bolak-balik kata itu diulang. Menghapusnya juga tak mudah. Kalau hanya dirumah tak masalah, lha kadang pas di supermarket berteriak begitu.

Satu hal lagi, bila jelang malam nginthil mama kemanapun mama beranjak. Rupanya saat sekolah benar-benar sudah tiba karena dia membutuhkan sosialisasi lebih banyak. Perlu ada pendidikan yang lebih fokus dan kami sudah mendaftarkan ke play group terdekat. Esok Juli dik Adhan akan segera memasuki jenjang awal pendidikan formal.

Semoga ruang kelas mampu menambah pengetahuan serta daya tangkapnya melengkapi apa yang sudah banyak dia pelajari dari semua hal dirumah. Sudah mulai banyak bertutur, bercerita, menirukan beberapa iklan yang disukainya.

Persami Kedua Mas Afin

Pada hari Sabtu - Senin/22 - 24 Juni mas Afin mengikuti kegiatan perkemahan Persami MTSN 1 Surakarta. Ini perkemahan kedua kalinya yang diikuti setelah pada saat SD sempat diikutinya. Kegiatan bersifat wajib sehingga setiap siswa harus mengikuti. Kebetulan kegiatan dilaksanakan di daerah pelosok di Kabupaten Boyolali tepatnya di desa Kenteng Ngemplak Boyolali. Pagi hari papa mengantarkan mas Afin ke lokasi yang cukup jauh.

Bagi mama papa, ini kesempatan mas Afin belajar pada lingkungan yang jauh dari kota. Meski diketahui bahwa tidak banyak pembelajaran secara mandiri yang selama ini dilakukan. Awalnya mas berpesan untuk tidak usah ditengok namun apa daya, rasa hati tak kuat sehingga pada Minggu malam mama dan papa menengok sembari membawa beberapa makanan kecil. Ditenda yang katanya diisi 14 anak, tentu terlihat sempit. Sisi positifnya, bila malam tiba kami tak merasa khawatir mas Afin kedinginan.

Dari cerita mas, ada 2 hal yang berkesan yakni uji nyali serta prosesi rencana pindah perkemahan. Saat Minggu malam semua siswa dikumpulkan di lapangan pukul 23.00. Ternyata mas Afin terpilih untuk mengikuti kegiatan uji nyali. Sempat masuk di 3 kuburan yang menjadi rute. Alhamdulillah meski ditakut-takuti berbagai bentuk makhluk halus mas Afin tenang saja. "Soalnya keliatan banget kalau barang itu jadi-jadian" cerita mas.

Pada makam yang bertama ditakut-takuti sejenis makhluk halus dan mas lolos. Kebetulan di makam kedua, ketahuan tak bawa kartu identitas sehingga diminta mencari nisan dengan nama serta "bin" siapanya. Meski ada cahaya rembulan cukup terang mas Afin kesulitan mencarinya. Sementara teman satunya sudah menemukan dan melanjutkan perjalanan. Pembina yang mengetahui mas kesulitan, meminta untuk melanjutkan perjalanan.

Di makam ketiga, mas diminta menanyakan nama 2 pembina di posko sebelumnya. Akhirnya mas Afin kembali lagi ke makam kedua. Ditengah jalan bertemu Fariz, temannya saat SD. Mereka berdua kemudian menuju ke posko sebelumnya. Setelah selesai tugas, mereka diminta duduk bersila dan mata ditutup dengan hasduk. Disitu dilakukan tausiah kakak pembina tentang pentingnya "mendengar" dan "patuh" pada orang tua.

Esoknya seluruh siswa diminta segera memberesi perkemahan dan pindah lokasi. Kelelahan yang mendera membuat mas terlambat beres-beres. Bersama salah satu temannya, mereka berjalan gontai menyusuri jalan dan bertemu salah satu guru. Saat itu belum jauh meninggalkan lapangan kenteng diberitahu bahwa ga jadi pindah lokasi. Bahagialah mas Afin sementara teman-teman lain bahkan ada yang sudah sampai lokasi baru. Pengalaman yang akan berkesan hingga besar nanti.

21 Juni 2013

Pendidikan Dasar Mbak Almapun Tuntas

Tuntas sudah pendidikan sekolah dasar yang ditempuh mbak Alma selama 6 tahun. Berbagai suka dan duka pernah dialaminya di sekolah yang ada di jalan Agus Salim Solo. Selama menempuh pendidikan, prestasinya memang belum pernah mencapai yang terbaik meski posisi sekelas lebih banyak 10 besar. Sedang teman-teman lainnya bergantian di posisi atas atau dibawah mbak Alma. Pada hasil akhir seperti Ujian Negara, mbak Alma mencapai hasil optimal terutama Matematika yakni mendapat nilai 100.

Pada acara akhirussanah 20 Juni 2013 yang diselenggarakan di Gedung Wayang Orang Sriwedari, mbak Alma mendapat kesempatan menerima 3 penghargaan dari sekolah. Penghargaan pertama yakni siswa yang hasil UN mencapai nilai 100. Ada 7 anak yang mendapatkannya dengan rincian 6 nilai sempurna untuk matematika dan sisanya nilai sempurna Bahasa Indonesia. Rekan sekelasnya pada kategori ini ada 3 orang sehingga cukup melegakan wali kelasnya.

Berfoto bersama pak Chomzy Wali Kelasnya
Kesempatan penghargaan kedua yakni sebagai siswa berprestasi yang meraih juara 2 lomba menulis Cerpen yang diadakan oleh Yayasan Al Firdaus dalam memperingati Milad ke 2 windu. Juara 2 ini makin mengukuhkan mbak Alma sebagai penulis yang produktif. Dalam 2 tahun terakhir yakni saat kelas V dan VI mampu menghasilkan 6 buah buku yang terdiri dari 2 Kumcer, 2 Novel dan 2 Kumcer bersama penulis lain. Termasuk didalamnya nominasi 20 Cerpen Favourite CV Indiva serta lomba menulis cerpen Yayasan Al Firdaus.

Penghargaan ketiga yakni sebagai siswa yang khatam khoso' yakni hafal juz 30 beserta surat atau hadits tertentu. Mbak Alma diwisuda bersama 8 siswa lain. Sebelum Akhirussanah, ada ujian didepan para wali siswa dan momentum ini sangat mengharukan. Apalagi saat mereka berdzikir bersama. Papa, pak Chomzy serta beberapa orang tua tak tahan meneteskan air mata haru dan bahagia melihat anak-anak usia 11 - 12 tahun yang mampu mencapai prestasi gemilang.

Kini, pasca tuntasnya pembelajaran di SD mama papa berharap mbak Alma terus dapat mengembangkan kapasitas diri baik secara keilmuan maupun sosial. Apalagi dalam hal kepekaan sosial masih perlu ditingkatkan. Apapun kepekaan sosial menjadi hal yang penting agar dalam menjalani hidup dimasa mendatang mampu melihat dan membaca lingkungan. Selamat dan tingkatkan diri ya mbak Alma.

10 Juni 2013

Hasil UN Mbak Alma Memuaskan

Setelah berharap-harap cemas, akhirnya nilai UN mbak Alma keluar. Hasilnya bagi kami sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Ada yang lebih dan kurang namun setidaknya itu sudah pas dengan usaha yang ditunjukkan oleh mbak Alma. Selama 4 kali uji coba, nilai yang didapatkan telah tergambar berkisar pada angka 24. "Kalau memang segitu ya tidak apa-apa tho pa" kata bundanya.

Bagi kami, sering menegaskan bahwa jauh lebih penting kejujuran mbak Alma meraih nilai tersebut bukan sekedar nilai berapa yang didapat. Pemahaman dari mengerjakan soal dan kejujuran menjadi hal yang berulang kali ditekankan bagi mbak Alma. Hal ini sebagai upaya mendidik sejak dini berperilaku "bersih" sebab ini yang akan menjadi bekalnya kelak.

Pada try out I, mbak Alma meraih nilai dengan jumlah 24,8 kemudian pada kali kedua meraih jumlah 24,96, di try out ketiga 24,85. Nilai ini kemudian melonjak drastis saat Ujian Sekolah yang mendapat 26,89 dengan rincian BI 8,86; Matematika 8,73; dan IPA memperoleh 9,30. Meski demikian, tidak mudah menjaga kondisi mbak Alma supaya tidak terganggu persiapannya saat UN.

Tanggal 8 Juni akhirnya diumumkan bahwa nilai mbak Alma telah keluar dengan jumlah 26,65 sebuah jumlah yang lumayan fantastis bagi kami. Hanya sayangnya nilai yang diperoleh tidak merata misalnya mendapat 7,25. Padahal BI bisa di angka 9,40 apalagi matematika mampu mendapat hasil sempurna 10.00. Tentu kabar yang luar biasa membahagiakan kami.

Apalagi dalam 1 sekolah peraih matematika 10.00 hanya 6 anak saja. Nilai ini tidak hanya mengejutkan bagi kami namun juga kakaknya yang jago matematika. Mas Afin turut mengucapkan selamat dan semoga tetap dipertahankan prestasinya. Selamat ya mbak, makin rajin belajar yah

S-A-R-A-H (Fiksi)

"Sarah..."panggilnya. "Kenapa, Zara?"tanyaku. "Tolong ambilkan cokelat itu,"pinta Zara, saudara kembarku. "Ya, tunggulah" aku berjalan pelan-pelan sambil meraba-raba. "Zara, dimana cokelatnya?"tanyaku sambil terus meraba. "Di meja pojok. Hati-hati ya Sarah,"

aku hanya mengiyakan sambil berjalan ke pojok, lalu kembali kuraba permukaan meja. "Dekat tangan kanan Sarah,"beritahu Zara tiba-tiba. Aku meraba sekitar tangan kananku dengan tangan kiri. Tiba-tiba, aku menyentuh sebuah benda. Segera kuambil, kemudian kubawa ke tempat Zara.

"Ini, Za."kataku sambil memberikan benda yang kuambil tadi. "Makasih, ya Sarah. Sejak aku kecelakaan, kamulah penolongku yang terbaik."kata Zara lembut. "Ya. Aku harap, aku bisa menjadi pengganti kedua kaki Zara yang sudah diamputasi."sahutku sambil duduk. "Kau bahkan lebih baik dari itu,"puji Zara. "Eh, lihat. Itu Mia,"katanya sambil melakukan sesuatu dengan tangannya. Kurasa ia menunjuk arah pintu. Mungkin disana berdiri Mia, adik kami yang... 

"Mia, sini"panggil Zara. Aku menyipitkan mataku. Aku tidak buta total, lho. Aku bisa melihat tapi sangat remang-remang, jadi tidak jelas. Seperti kau yang sedang melihat di pukul enam sore, tanpa cahaya satupun. Aku saat melihat keadaannya seperti itu, walau ada cahaya paling terang sekalipun.

Aku mendengar suara yang lewat di depanku. "Nah, Mia. Ayo duduk sini. Yuk main!"aku mendengar suara Zara yang riang. "Kita belajar berhitung, ya Mia... Ini berapa?"Aku melihat samar-samar, Zara mengacungkan telunjuknya ke Mia. Lalu kudengar Mia menghentakkan kakinya satu kali. "Pintar Mia!"puji Zara. Mia menjawab pertanyaan dengan gerakan tangan, atau hentakkan kaki. Tapi, yang mengerti semua itu hanya aku, Zara, Ibu, dan Nenek.

Hmm... biar kuceritakan dari awal.

Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak pertama tentu saja zara. walau dia kembaranku, tapi dia dianggap kakak karena lahir 5 menit sebelum aku. Aku dan Zara berumur sepuluh, sedang Mia berumur tiga tahun.

Aku sejak lahir buta total. Lalu, dengan sebuah mukjizat, aku kembali dapat melihat walau remang-remang sekali, seperti yang kuceritakan.

Zara anak normal tanpa cacat dari bayi. Tapi hanya bertahan sampai dia berumur 7 tahun. Kaki Zara tanpa sengaja terlindas truk saat ia terserempet truk. Kala itu ia berumur 7 tahun. Zara langsung dibawa ke rumah sakit (dibayari sopir truk yang bertanggung jawab atas roda truk yang melindas kaki Zara). Karena jaringannya sudah membusuk, kedua kaki Zara terpaksa diamputasi, tapi sampai lutut saja.

Sedang Mia, dia memang bisu sejak kecil. Mia di ajari nenek cara menjawab orang-orang yang menanyainya, dengan hentakan kaki misalnya. nenek pula yang merawatnya, di samping ibu. Sekarang, ibu kerja di Arab sebagai TKW. Makanya, nenek jadi 24 jam merawat dan mengasuh Mia. Sehingga Mia sangat sayang pada nenek.

Di rumah kecil ini, hanya ada aku, Zara, Mia dan nenek. ibu hanya pulang 3 bulan sekali. nenek membuat kue sebagai penghasilan sehari-hari. Sedang uang yang dikirim ibu di tabung sebagian, sebagian lagi untuk keperluan sehari-hari atau acara jika uang hasil penjualan nenek tidak mencukupi.

Jangan tanya aku tentang bapak. Aku tidak mau mengingatnya. Karena, menurutku dia jahat dan kejam. Ibu pernah bercerita, dulu sewaktu nikah sama bapak, ibu kaya karena bapak pintar dan sukses. Sebulan kemudian, ibu hamil aku dan Zara. Sesudah aku dan Zara lahir, bapak kaget dan marah. Marah karena cacat mataku. Bapak mengusir ibu. Ibu sudah memohon-mohon, tapi bapak orangnya keras kepala, dan tak berperasaan. Bapak tetap mengusir ibu. Ibu langsung pindah ke rumah nenek. Untunglah, nenek bersedia tinggal bersama ibu dan merawat kedua cucu kembarnya yang satunya cacat mata.

 Begitulah. Maka sejak itu, akupun dibesarkan di lingkungan desa nenek yang damai dan tenteram. Maka, aku dan Zara tumbuh dengan sehat tanpa racun (ceilah...).

Balik lagi...

"Hooaaaam..."aku menguap. "Za, aku ngantuk. Mau bobok dulu ya!"ijinku sambil berbaring di kasur yang sudah usang di dalam kamar. "Ya, Good Night, Sarah". Lalu aku tertidur dan melihat gerbang mimpi.

"Ha, kamu Sarah, kan?!"kata lelaki itu.

"I... iya. Bapak siapa, ya?"

"Aku Sutanto!"

Ha?? Sutanto kan nama Bapak. Jangan-jangan orang ini memang bapak!

"Ba... bapak... itu bapakku ya?"

"bocah polos! Aku memang bapakmu!"

Ba... bapak! Benarkah itu?

"Lalu... bapak kesini mau jemput Sarah?"

"kamu pikir apa?!"

"Pak... aku takut kalau digalaki seperti itu. Aku kan anaknya Bapak,"

"Tapi bukan berarti aku tidak bisa berbuat seperti itu!"

Galak banget, nih Bapak. Serem lagi.

"He, Jo! Cepat bawa bocah ini!"bapak berseru. Aku deg-degan. Tiba-tiba... "ARGGH...!"aku berusaha meronta dari sekapan seorang bapak-bapak. 

"Diam!"seru bapak beriringan dengan dorongan yang diarahkan ke aku. Aku jatuh ke sebuah kursi empuk. Aku rasa, ini kursi mobil. "Bapak kalau bawa aku pelan-pelan aja, dong!"aku protes. Terdengar pintu mobil dibanting. Lalu suara mesin menyusul.

 "Wah, kemana, nih? Bapak mau bawa aku jalanjalan ya?? Cihuuy... asyik dong!"aku berceloteh. Tidak ada yang menanggapi. Mungkin di jalan. Semuanya nggak minat bicara, ya?pikirku. Setelah itu aku diam sambil menikmati kursi mobil yang empuk. Tanpa sadar, aku tertidur.

"Hoaam..."aku bangun. Aku membuka mataku. Lalu kukerjap-kerjapkan. Aku tidak melihat satu cahaya pun. Aku berdiri, lalu berjalan sambil meraba-raba. "Bapak?"panggilku sambil trus meraba. Tak ada sahutan.

"Ibu?"

"Zara?"

"Mia?"

"Nenek?"

Tidak ada jawaban satupun. Tiba-tiba aku mendengar suara tawa menggelegar. Aku gemetar ketakutan.

"Kau sendiri di rumah ini, bocah kecil! Nanti, pukul dua belas, aku akan jemput kau, lalu akan kubawa ke Malaysia. Aku akan mengantarkanmu ke pembeli pertama yang berminat. Kau akan jadi budak disana!"seru suara itu sambil tertawa seram. Aku bergidik. Lalu aku mendengar suara langkah kaki menjauh, dan membanting pintu. Aku juga mendengar putaran anak kunci.

"anybody... help me please..."

 


07 Juni 2013

Kecerian Di Sudut Rumah

Tutur katanya makin berlimpah ruah memenuhi sudut ruang dirumah mungil bercat kuning. Kadang diselingi jeritan, tangis atau kekehannya yang menyegarkan. Tak lupa suara berlarian telapak kaki, dentuman bola menyentuh lantai atau tembok. Diselingi pula badan yang kurus namun cukup sehat sesekali menyelinap ke kamar, ke ruang makan atau sudut lainnya.

Tak jarang diikuti kakak perempuannya atau kakak lakinya membuntuti. Cerita tentang turtle, hening saat film upin ipin atau tatapan serius menyimak Thomas and His Friend. Imaginasinya terus menerus berkembang utamanya tema-tema kereta api. Entah apa yang ada dibenaknya yang jelas soal kereta api selalu saja menjadi perhatian utamanya.

Tahapan jalan, wajah, keriangannya banyak meniru mas Afin. Namun lesung pipit dan keasyikannya bercerita itu copian betul dari mbak Alma. Tiap hari tingkah laku dan tutur katanya menjadi sisi lain bagi kebahagiaan kami. Sudah banyak yang difahaminya sehingga banyak dialog antar kami dengan dirinya. 2 kalimat yang sering diucap yakni "Ndak mau" dan "Ndak tayu".

Bila papa mau berangkat selalu memberi pelukan hangat disertai "bae2 diatos ya" (baik-baik dikantor ya), mengambilkan kopi atau juga mengantar dan lambaian tangan hingga papa membelok diujung gang. Makan juga mulai rajin, banyak dan ngemil hampir tak pernah berhenti. Bila dibilangin juga menurut apalagi secara jujur kita sampaikan.

Tumbuhlah besar jadi pribadi yang menyenangkan bagi semua orang sayang. Kami banyak memberi cinta padamu. Belajarlah pada kehidupan secara seksama, jujurlah dalam tindakan dan perkataan. Yakinlah bahwa yang benar dan jujur akan selalu mendapat Ridha Illahi.

Template by:

Free Blog Templates