24 Februari 2015

Dik Adhan Akhirnya Mendaftar Di SD DJI

Sewaktu mama nyoba kontak SD DJI, rupanya pendaftaran siswa baru Tahun Ajaran 2015/2016 sudah tutup dan dik Adhan belum mendaftar. Tapi masih ada sisa 15 kursi untuk gelombang kedua. Senin, 23 Februari diminta datang ke sekolah bila berniat mendaftar. Sebetulnya dalam diskusi dirumah ada beberapa pilihan sekolah.

Melihat kondisi dirumah, idealnya cari sekolah negeri yang tidak berbiaya bulanan. Dengan catatan pelajaran agama juga tetap bagus. Otomatis MI Negeri menjadi pilihan. 2 Bulan lalu mama papa mendapat info sekolah MI Negeri terdekat ada di Baki. Jaraknya tidak terlalu dekat, sekitar 5 km.

Nyoba kaos olahraga SD

Cuma bila ketiganya harus diantar tentu akan sangat merepotkan sebab mbak sama mas bisa jadi masih searah sedang adik berbeda. Nah kalau pas mama atau papa keluar kota tentu akan sulit. Pilihannya sekolah asal mas sama mbak hanya memang biayanya lumayan lah. Untuk SD Takmirul rupanya juga sudah tutup. Ya sudah, mendaftarlah adik disana. Persiapan kami lakukan bersama-sama. Mbak turut mengajari hitung-hitungan. Meski ada larangan calistung, SD swasta pasti masih menerapkannya.

Sehingga lebih baik kami persiapan saja dibanding kelabakan nantinya. Benar saja, test itu dilakukan pada dik Adhan. Tampak juga hadir anak baru yang ikut tes atau yang kemaren cuma menjadi cadangan. Dari grade nilai 200, adik mendapat 191 dan akhirnya diterima. Kurangnya di soal keberanian. Hal ini mengingatkan dulu ketika mas Afin mendaftar.

Beberapa guru tampak menyapa mama dan papa. Rupanya mereka masih ingat pada mas Afin dan mbak Alma yang meninggalkan kesan mendalam pada guru mereka. Mama dan papa bersyukur atas sikap anak-anak yang memang memiliki perilaku seperti yang diharapkan. Semoga 6 tahun di sekolah ini, dik Adhan bisa meniru kakaknya. Kalau bisa memiliki prestasi tingkat kota atau melahirkan karya buku seperti mbak Alma, Amiin.

11 Februari 2015

Cepat Kembali Ya Mama

Selama mama di Ambon, kami semua bahu membahu. Mas Afin dan mbak Alma benar-benar sudah mulai bisa diandalkan meskipun mereka baru SMP! Wah papa pikir bakal agak repot terutama tiap pagi mulai membangunkan mereka, grobyakan persiapan sekolah, makan dan lainnya. Tapi kekhawatiran itu sirna setelah menjalani beberapa hari.

Pagi, pukul 05.00 mbak mulai bangun mengambil sapu. Malam sebelumnya tentu sudah menanak nasi. Menyiapkan lauk makan pagi plus lauk yang dibawa ke sekolah disiapkan secara bergiliran antara mas dan mbak. Kadang papa mikir bangun jam 05.00 waktunya tidak cukup. Belum lagi kalo bertepatan dengan nyuci. Kalau setrika masih lumayan.

Jam 06.40 adik mulai dibangunkan dan persiapan berangkat sekolah. Banyak aktivitas yang disiapkan sebelum sekolah. Alhamdulillah jelang 06.30 biasanya mbak sudah berangkat dan mas siap budhal juga. Menjalani hari-hari ketika mama tidak rumah tidak nyaman. Mas misalnya bete karena makan siang tidak pernah pake sayur. Juga mereka harus handle banyak hal seperti nyuci piring, ndulang adik atau mandiin adik.

Pernah juga ngeloni atau badan yang kelelahan habis les di sekolah, tapi angkatin jemuran, nglempitin jemuran, segera mandi, beli lauk dan kegiatan lain. Pokoknya hari terasa cepat aja berlalu. Mama, tidak mudah bagi kami melewati ini semua.

Yang pasti sudah sejak dulu kami merasa dirimu memang luar biasa, Tanpamu selalu ada yang terasa kurang. Tidak ada yang selengkap ketika mama berada dirumah. Kabar yang kami terima, mama nun jauh disana bekerja jauh lebih keras dibanding kami berempat dirumah. Semoga senantiasa sehat disana ya mah dan segeralah pulang.

10 Februari 2015

Teman Mbak Alma Hampir Terkena Gendam

Pelaku kejahatan tersebar dimana-mana dan mereka sulit dikenali sebab penampilannya seperti orang kebanyakan. Modusnya pun beragam sehingga berpapasan, bersebelahan, beriringanpun tidak bisa kita identifikasi. Contohnya kemarin saat teman mbak Alma hampir kena gendam saat bersepeda beriringan dengan kami termasuk papa!

Lokasi percobaan gendam itu di jalan tembus Butulan yang melewati terowongan. Sebenarnya sejak dari Kleco papa selalu mengawasi semuanya. Berjalan dibelakang atau kalau tidak ya melalui spion. Mama memastikan semua aman terutama saat menyeberang. Hingga melewati terowongan jalan tembus semua masih bareng. Menjelang menyeberang papa didepan meastikan aman.

Salah satu dari mereka nyaris jadi korban


Betapa kagetnya ketika papa lihat di spion yang menyeberang cuma tiga. Akhirnya papa berhenti dan bertanya, tak ada yang tahu. Papa langsung putar dan mencarinya, tidak ada! Wah papa was-was. Mbak diminta telp, tidak diangkat. Lantas mereka dibawa kerumah dan mbak Alma diboncengkan untuk mencari temannya itu. Ketemu didekat penyeberangan jalur tembus tadi.

Saat dirumah ditanya, rupanya tadi ada pria naik motor matic sendiri bertanya ke arah sebuah daerah. Kebetulan memang teman mbak itu paling belakang bersepeda. Otomatis dihawab tidak tahu sebab dia bukan orang situ. Dia juga bilang mau kerumah temannya. Eh si pria itu malah nawarin kerumahnya saja, juga akan diajak pergi. Benar-benar edan itu pelaku.

Untung teman mbak Alma langsung saja terus mengayuh lagi setelah sempat berhenti. Tapi dia kehilangan jejak kami. Sempat masuk gang dan tanya orang dijawab tidak ada 3 perempuan tanggung berjilbab lewat situ. Dia balik lagi ke ujung jalan berusaha menghubungi mbak Alma namun akhirnya kami datang itu. Berarti harus benar-benar hati-hati.

09 Februari 2015

Tiga Teman Mbak Alma Berkunjung

Mbak Alma cukup lekat bersama teman-temannya, sama seperti kakaknya. Entah sudah berapa kali dia berkunjung ke rumah temannya yang ada di Boyolali dengan bersepeda. Untuk meringkas jalan, biasanya minta ditunjukin arah sama papa. Dulu ketika awal janjian, mereka ketemu di sekolah. Muternya jauh banget bisa 12 km selisihnya.

Kemarin mereka janjian di dekat kantor media lokal. Lantas berbarengan menuju ke rumah mbak. Papa tetap nunjukin jalan karena takut nyasar dan mbak sendiri tidak tahu meski dulu sering diajak ketempat mbah Nunung melewati jalan itu. Mereka teman sekelas dan main ke rumah untuk mengerjakan PR bersama. Paginya mbak menyiapkan hidangan dan minuman.

Masakan Jepang Itu

Kali ini kebetulan pas mama tidak dirumah jadi semua dilakukannya sendiri. Sampai rumah mereka langsung mengerjakan tugas. Seperti biasa, dik adhan bolak balik menyapa teman mbak. Kadang bahkan ganggu sehingga teriakan-teriakan mbak Alma sesekali terdengar. Beranjak lewat pukul 13.00 mereka pulang tetapi sebelumnya makan bersama.

Rupanya makan di rumah makan Jepang dengan menu yang gagal papa hapal (makanya ga ketulis disini kecuali Ramen, Mie untuk oleh-oleh mas Afin). Sempat salah jalan karena mereka keluar underpass ke arah barat hingga pabrik Tyfountex. Karena kebingungan, mereka pun berputar ketimur. Salah satu temannya yang sudah 2 kali kesana lupa jalan.

Akhirnya ketemu ditimur tugu lilin Pajang dan makan bersamalah mereka. Perginya jadi lama sebab nyasar dulu. Dan sampe rumah menjelang hujan deras turun.

07 Februari 2015

Kami Bakal Berat Tetapi Kami Tetap Berusaha Mama

Mama mendapat kontrak kerja jauh lumayan lama, 7 hari. Sepertinya ini pertama kali mama kerja jauh dan lama. Saat mendapat kabar itu kami kelimpungan sebab mama segalanya bagi kami semua. Kami menyandarkan banyak hal pada dia. Makanya kita semua kemudian berembug apa-apa saja yang harus dilakukan ketika mama kerja.

Yang utama bagi papa bukan soal tetek bengek nyiapin ini itu, bersihin anu kui, anter sana jemput sini atau hal lain. Melainkan kebutuhan jiwa mereka sebab jika merasa berbeda efeknya akan berat. Yang bisa dilihat ya marah, bertengkar, ngambek siapapun itu. Tidak hanya papa namun mas, mbak atau adik. Efek lain sakit walau semua sudah dijaga.


Namanya psikomatis yaitu sakit dikarenakan kondisi psikologis. Tidak mudah menutupi lobang yang selama ini diisi mama. Pasti tidak bisa dan cuma diusahakan oleh papa setengahnya terisi. Itu lumayan lah. Reaksinya bisa didapatkan dari rasa tanggung jawab pada tugas masing-masing, melakukannya dengan sadar, tidak banyak protes atau nuntut.

Apalagi dik Adhan yang masih imut, lucu dan menggemaskan. Sebelum berangkat dia sudah terlihat sedih. Jum;at akhirnya mama berangkat. Kebetulan nyegat bus ke Jogja jam 03.30 tidak ada yang mau brenti. Papa kemudian mengantarkan mama ke Jogja. Menembus gelap, dingin, dan lumayan melelahkan. Sampai rumah mas dan mbak menjalankan tugas sesuai kesepakatan.

Kini tinggal menjalani hari-hari yang pasti tidak mudah dan menyenangkan. Mama sendiri sih sudah terbiasa menangani anak-anak sendiri secara baik. Sungguh bagi kami rasanya berat namun tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mengusakan semuanya tetap baik-baik saja.

Kami merindukanmu mama....

04 Februari 2015

Papa Siaran Di Kompas TV

Hari Senin siang papa sih sudah ribut katanya mau siaran di Kompas TV. Anak-anak dipeseni ini itu, intinya jangan ribut. Sejak pukul 16.00 sudah mengatur tempat duduk dideket rak buku depan tv. Anak-anak diminta keatas dan tidak banyak berisik. Yang perlu berulang memberi pesan ya terutama dik Adhan, maklum namanya anak kecil.

Eh begitu baru satu sessi, sudah dipotong siarannya karena ada breaking news. Setelah itu tak tayang lagi sebab kata papa breaking news kepanjangan sehingga banyak waktu tersita. Kata papa ditukar besoknya, Selasa. Kali ini lebih nyantai bahkan mas Afin, mbak Alma dan dik Adhan bisa nyoba headset untuk dengerin persiapan distudio.

Begitu tayang, kami melihat di televisi. Senang rasanya papa muncul disana. Cuma agar berputar-putar pendapat papa di awal. Terbatasnya waktu serta banyaknya narasumber menjadikan tayangan di televisi cuma sebentar. Tiap narasumber Kompasiana TV paling lama 5 menit berbicara. Sisanya untuk iklan dan narasumber utama yang dihadirkan di studio.

Di sela-sela break iklan mas Afin dan mbak Alma nengok apa yang terjadi di studio. Nah karena dik Adhan siang tidak bobo, sama mama sudah dikeloni sejak habis maghrib sehingga suasana tenang di rumah lebih terjaga. Kata papa pesan dari Kompasiana TV macem-macem diantaranya kran air dimatikan, hp disilent, pintu ditutup, tidak makan dan minum dan lainnya.

Template by:

Free Blog Templates