30 Desember 2013

Serial Tokoh Dunia, Menjadi Inspirasimu

Membaca merupakan kegemaran mas Afin dan mbak Alma sejak tahunan yang lalu. Keduanya memang keranjingan dengan yang namanya membaca. Hal lain yang juga digemari kalau mas Afin ya main game sedangkan mbak Alma utak-atik foto atau menulis. Tiap anak memiliki keunikan tersendiri atas dirinya. Mama papa hanya bisa mengarahkan saja.

Bagi kegiatan yang baik, bermanfaat apalagi berguna dimasa mendatang tentu akan didorong. Bila mbak Alma masih saja gemar membaca novel dengan kategori layaknya detektif atau menyeramkan, beda dengan mas Afin. Hal ini bisa dilihat dari buku-buku yang dipinjamnya dari perpustakaan Ganesha. Mas Afin sering meminjam serial tokoh dunia.

Buku-buku yang dibaca mas Afin

Rupanya dia gemar sekali mempelajari seluk beluk kehidupan para tokoh dunia. Entah itu ilmuwan, pemimpin negara, pejuang dan kategorisasi lainnya. Entah sudah berapa puluh buku yang dibacanya karena kebetulan buku yang disediakan Ganesha lumayan banyak. Saat pinjam, mereka juga masih ingat mana yang sudah dibaca dan mana yang belum.

Bagi mama papa, semoga dari kisah yang dibaca kelak dirimu bisa mengambil pembelajaran. Bahwa kadang menjadi tokoh itu perjuangannya tidak mudah. Banyak tantangan dan hambatan namun mereka tetap yakin bahwa yang diperjuangkan adalah hal benar. Semoga bisa membawa inspirasi bagi dirimu dalam mengarungi hidup dimasa mendatang.

Tidak ada yang mudah dalam hidup ini namun bukan berarti kita harus menyerah. Mendapatkan sesuatu itu harus dengan usaha. Jadi makin besar dirimu akan makin banyak yang dihadapi. Mama papa hanya bisa mendampingi agar tak salah arah. Semoga tercapai cita-citamu nak.

24 Desember 2013

Agenda Liburan Di Solo

Liburan kali ini pengennya bisa kemana-mana tetapi rupanya ada banyak agenda papa sehingga kali ini muter-muter dalam kota. Tidak banyak sih apalagi kepotong liburan di pekalongan sehingga hanya mengunjungi beberapa tempat untuk bersantai bersama. Yang mengasyikkan dan baru yaitu mengunjungi pameran ilusi di SCP.

Sayangnya beberapa venue tidak sesuai prediksi sehingga hasil ilusi yang bagus didapat di 2 tempat yakni berfoto seakan di atas jurang dan ilusi tampak besar serta kecil. Sebenarnya ada 1 obyek merambat dinding yang bagus hanya kaca yang terpasang bukan kaca beneran sehingga bayangannya goyang.

"Gedean siapa mas?" kata dik Adhan

Saat liburan inipun papa menerima 3 tamu yang pertama teman papa di Solo bertamu di pekalongan, teman papa di Samarinda berkunjung di Solo serta bude Rini mampir disela-sela liburan bareng mbak Anty. Agenda nonton film maupun mengajak dik Adhan berenang di Pendawa Water Park tidak terlaksana. Apalagi lagi musim hujan sehingga memprediksi waktu tidak mudah.

Meski demikian saat liburan di Pekalongan dik Adhan sudah bermain mandi bola yang kemudian diulangi di Solo. Oh satu lagi, kami menonton pertunjukan ikan lumba-lumba di Goro Assalam. Pengennya keluar kota seperti Jatim Park 2 hanya waktunya belum pas. Doakan saja ya anak-anak, semoga kita bisa berkunjung kesana.

20 Desember 2013

Liburan Pertama Dik Adhan Bersama Kedua Kakaknya

Kali ini menjadi tonggak pertama dik Adhan berlibur bersama kedua kakaknya. Mbah uti dan mbah Kung berpesan agar dik Adhan turut berlibur di Pekalongan dengan 2 kakaknya. Pasca dik Adhan sakit, mama papa melihat rasa yang dekat dengan mbahnya. Meski mama berat hati melepaskan, ini demi belajar kemandirian dik Adhan serta mengujicoba kedua kakaknya menemani adik.

Berangkat dari Solo malam hari cukup berat sebenarnya. Apalagi karena siang tidak tidur dan jalan macet akhirnya sebelum berangkat dik Adhan sudah tertidur. Mama agak khawatir dengan bagaimana tidur dik Adhan nantinya. Apalagi selama ini sering dikeloni mama meski sekali dua bersama papa. Tidak mudah meyakinkan mama bahwa ini saatnya.

Hari pertama, kedua dan seterusnya ternyata berjalan lancar. Kedua kakaknya sungguh sangat perhatian terhadap dik Adhan. Mbah menceritakan mengenai tanggungjawab baik menyuapi, membuatkan susu, memandikan dan lainnya dilakukan dengan penuh tanggungjawab. Mereka sudah berbagi siapa yang harus menangani.

Mama papa bangga pada Mas Afin dan mbak Alma yang sungguh-sungguh mampu bersama membimbing adiknya. Kalau ada yang tercecer itu biasa dan rupanya dik Adhan faham bahwa mama papanya tidak turut berlibur. Selama di Pekalongan tidak sekalipun merengek mencari mama papanya. Ini diluar prediksi yang Alhamdulillah sangat membanggakan. Terima kasih mas Afin dan mbak Alma.

17 Desember 2013

Raport Sekolah Memuaskan

Dengan rasa syukur amat sangat kali ini hasil raport memuaskan. Bagi mama papa sebenarnya hasil itu bukan ranking namun nilai yang didapat. Memang ada yang berpendapat bahwa akhlak memegang peranan penting namun setidaknya soal perilaku mas Afin dan mbak Alma sudah luar biasa.

Makanya saat penerimaan raport semester ganjil benar-benar diperhatikan. Mama papa berharap mata pelajaran utama tidak ada yang bernilai tujuh. Kenapa? karena kapasitas mereka memang mampu mendapatkan. Artinya target bukan sekedar dibebankan. Toh cara mereka belajar juga sebenarnya sungguh ringan.

Apalagi bila belajar lebih diperberat tentu hasilnya bisa lebih bagus. Alhamdulillah keduanya meraih rata-rata diatas 80 meski ranking diluar 5 besar. Mama papa menerapkan standar untuk jujur yang utama dan kedua mata pelajaran utama diatas tujuh. Sedangkan beberapa mata pelajaran yang lain seperti ketrampilan, bahasa Jawa maupun menggambar tidak ada bakat. Jadi ya asal tidak jeblok amat tidak apa-apa.

Saat menerima raport, mas Afin dan mbak Alma sudah berlibur di Pekalongan sehingga mama papa mengirimkan via email. Rupanya memang mereka penasaran dengan hasilnya. PS pun kemudian diijinkan dimainkan lagi di hari Sabtu Minggu untuk mas Afin setelah 1 semester ini disimpan akibat nilai matematika mas Afin dibawah standar.

Semoga ini menjadi pembelajaran di masa mendatang untuk mempertahankan prestasi. Tiap orang tua menerapkan standar yang berbeda dan mama papa tahu kapasitas kalian. Jaga terus hasil yang sudah diraih sehingga bisa menjadi modal dimasa yang akan datang.

06 Desember 2013

Proses Belajar Lebih Penting Dari Hasil Belajar

Mengaji setelah sholat berjamaah telah dibiasakan dalam rumah. Selain merupakan perintah agama, mengaji setelah sholat wajib tentu menambah pahala. Apalagi salah satu riwayat menuturkan bahwa rumah yang tidak pernah terdengar suara mengaji seperti kuburan. Hal ini terungkap dalam sebuah pengajian rutin dilingkungan rumah kami.

Alhamdulillah, ibadah itu telah rutin kami lakukan sejak anak-anak mulai tumbuh dan bersekolah. Dulu memang hanya mas Afin dan mbak Alma yang rutin mengaji. Tetapi sekarang semuanya termasuk dik Adhan. Mas Afin dan mbak Alma bahkan sudah khatam ketiga kalinya. Sebuah prestasi yang membanggakan bagi mama papa.


Tidak mudah menjaga rutinitas itu. Kini kebiasaan mengaji sudah ditiru si kecil, dik Adhan. Tidak ada yang menyuruh. Dia berinisiatif sendiri meniru kedua kakaknya. Lantas tiap selesai berdoa, papa mengajari mengaji menggunakan Iqra. Mungkin sudah sekitar enam bulan lalu mengaji dan kini menginjak Iqra jilid 2. Karena masih usia 4 tahun, prosesnya memang lebih lama.

Dik Adhan belum bisa membedakan huruf arab gandeng dengan tidak. Sehingga papa mengajarinya dengan membolak balik contoh huruf arab jika single (tidak digandeng). Otomatis prosesnya jauh lebih lama namun tidak masalah. Belajar itu jauh lebih penting proses dibandingkan dengan hasilnya. Mama papa bahagia melihat hasil belajar mengaji mas Afin dan mbak Alma.

Kini mereka telah fasih membaca Al Qur'an maupun bahasa Arab. Secara teknis, mas Afin jauh lebih cepat belajar dan menangkap pembelajaran. Bahkan untuk seluk beluk kosa kata bahasa Arab, mas Afin melebih semua yang dirumah. Makanya kalau menanyakan sesuatu, ya mas Afin harus tanya teman papa yang bisa sebab papa sendiri tak bisa menjawabnya.

03 Desember 2013

Sebelum Sholat Ya Wudlu

Mengajari beribadah salah satunya Sholat menjadi kebiasaan rutin dalam rumah kami. Bukan dengan tutur kata, duduk manis di kursi, khotbah atau ceramah. Melainkan dengan tindakan maupun perilaku. Ini semua dijalani sejak mas Afin kecil hingga sekarang. Caranya dengan beribadah berjamaah rutin setidaknya setiap maghrib.

Rutinitas itu dimulai dengan berwudlu, sholat jamaah, wirid kemudian ditutup dengan mengaji. Alhamdulillah kebiasaan kami mampu diikuti si kecil. Dulu memang mengambil wudlu dengan di wudlu kan oleh mama atau mas dan mbak. Tetapi sekarang dik Adhan sudah berniat melakukannya sendiri.


Biasanya didahului dengan buang air kecil. Karena takut basah, celana pendek dilepas dan lengan dilipat ke atas. Menggelikan sebenarnya melihat cara wudlu dik Adhan. Sebab posisi jongkoknya terlalu rendah bahkan beberapa kali mau kejlungub (terjerembab). Tata cara berwudlu yang dicontoh biasanya mas Afin yang rutin membasahi rambutnya.

Memang sih tak jarang kaos atau celana dalamnya basah. Itu sudah resiko dari belajar. Mama berkali-kali mengganti pakaiannya. Tata cara wudlu cukup runtut dimulai dengan berkumur (meski ga ada air masuk mulutnya tetap dikeluarkan). Telapak tangannya belum menutup untuk menampung air wudlu. Lalu membasuh muka, membasuh kedua tangan, membasahi rambut (sayangnya belum membasahi ubun-ubun), membasahi kedua telinga dan diakhiri membasahi kaki.

Paling tidak, dik Adhan telah memulainya dengan baik. Dia pembelajar yang luar biasa bagi kami. Hal ini sekaligus mengingatkan kami untuk hati-hati bertutur dan bertindak supaya hal-hal yang tidak sepantasnya tidak dikerjakan dik Adhan. Semoga kelak jadi anak Sholeh ya nak.

28 November 2013

12 Tahun Mbak Alma, Sungguh Menyenangkan

Sepertinya ini ulang tahun mbak Alma yang tidak biasa. Menginjak usia 12 tahun, tentu usia bertambah dan pemahaman atas berbagai hal juga bertambah. Kenapa tidak biasa? ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal itu. Diantaranya menjelang hari ultah di 27 November 2013, adik Adhan sakit dan sempat dirawat di RS Kasih Ibu. Tentu kami semua bersedih dan tidak tenang jelang ultah mbak.

Alhamdulillah, sore hari ditanggal itu dik Adhan sudah diperkenankan kembali kerumah. Hadiah ultah yang tentu berkesan. Siang harinya datang surat pemberitahuan dari DAR! Mizan bahwa royalti tahap berikutnya turun. Meski sudah lebih dari 1 tahun buku itu direlease, masih terima kiriman ratusan ribu, Alhamdulillah dan jumlah yang terjual mencapai 130 buku.


Hadiah berikutnya kehadiran mbah uti sama mbah kung dirumah. Awalnya diprediksi cuma mbah uti yang datang. Ternyata mbah kung turut serta jadi menambah ramai rumah. Meski kecil dan tak cukup luas, kenyamanan rumah dengan hadirnya mbah membuat suasana hangat.

Mama dan papa berharap dengan bertambahnya umur mbak Alma semoga senantiasa rajin ibadah, meningkat belajarnya, cerdas, banyak membantu orang tua, mengurangi bertengkar dan makin sayang dengan semua. Satu hal lagi, semangat menulisnya ditingkatkan. Pasca lulus kelas VI sepertinya dunia tulis menulis menjadi berkurang walaupun fasilitas dirumah sudah berusaha dipenuhi.

Interaksi mbak dengan semua masih tetap ditengah usianya yang beranjak remaja. Semoga ini semua bisa dijaga dan makin mendekatkan kita sebagai keluarga. Mari sama-sama saling menyayangi, mengasihi dan peduli dengan rumah. Semua menjadi tanggungjawab bersama.

26 November 2013

Kejang-Kejang, Dik Adhan Membuat Kami Khawatir

Pulang sekolah Senin (25/11) badan dik adhan panas tinggi. Mama khawatir kenapa-kenapa sebab terlihat lemas dan lunglai. Meski sempat makan namun kemudian muntah. Hingga sore panas juga tetap tinggi. Sebenarnya keinginan maem ada tapi begitu masuk mulut langsung muntah. Minum juga begitu meski sudah dituruti apa maunya.

Hingga habis maghrib entah sudah berapa kali tidur bangun dengan intensitas sering. Cukup was-was namun karena hari pertama mama papa tidak membawanya ke dokter. Seperti biasa malam papa keluar ke pos ronda. Begitu pulang, adih ternyata terjaga dan tidak mau ditinggal mama meski cuma edit karya mbak Alma untuk dikirim ke sekolah.

Saat mama sembari edit karya mbak Alma tiba-tiba dik Adhan kejang. Mata fokus satu titik dengan kondisi tidak sadar. Mama papa berusaha menyadarkan namun tetap saja bahkan saat dibawa papa ke ruang tamu, dik Adhan seperti menggigil. Mulutnya tak berkata apa-apa. Papa memeluk erat sambil mengajari istighfar dan terus digoncangkan. Malam itu diputuskan membawa dik Adhan ke rumah sakit.

Menjelang masuk mobil, dik Adhan sudah sadar. Pakde Wijono sempat membacakan doa dan mencium kening dik Adhan. Sesaat kemudian dik Adhan sadar namun kondisinya melemah. Secara cepat mama berganti pakaian, mas Afin dibangunkan dan papa meminta tetangga untuk diantarkan ke rumah sakit. Alhamdulillah ada tetangga yang punya mobil dan masih terjaga. Pakde Winarno dan pakde Wijono menemani kami ke Kasih Ibu, rumah sakit yang menurut mama papa cukup dipercaya menangani secara cepat.

Kami menuju ke IGD yang langsung di handle oleh dokter jaga. Dokter memutuskan dik Adhan menjalani rawat inap. Sebelum masuk ke kamar inap, suster mencoba memasang infus selalu gagal. Tangan kiri, tangan kanan, kaki kanan hingga akhirnya dirujuk ke kamar dulu karena takut anak jadi stres. Papa memprediksi tidak ada sesuatu yang gawat karena tangisan, teriakan dan berontakan dik Adhan cukup kuat.

Kemudian dik Adhan diminta masuk ruang steril bayi untuk coba dipasang infus kembali. Kali ini mama papa tak boleh menemani. Empat suster memasang infus. Air mata mama tak henti sembari melongok dari pintu melihat dik Adhan dipasang infus. Akhirnya dik Adhan diam dan sepertinya infus telah terpasang. Entah saking banyaknya suster atau karena sudah lemas apalagi sejak siang tak makan sama sekali.

Begitu sampai kamar setelah dipasang infus, tak berselang lama sudah langsung tertidur. Mama papa saling menguatkan dan sepertinya cukup trauma atas kejadian kejang-kejang dik Adhan tadi. Sebab selama ini belum pernah menghadapi walaupun anak-anak pernah panas tinggi. Semoga lekas sembuh dan kembali ke rumah.

21 November 2013

Terus Makin Tanggung Jawab Ya Nak

Tak terasa waktu cepat berlalu dan anak-anak tumbuh makin besar. Mama mendidik mas Afin dan mbak Alma secara penuh, tak pernah bosan dan selalu mengingatkan tentang kedisiplinan diri. Walaupun tidak mudah, mama tak pernah putus asa. "Kalau kalian mandiri, yang akan mendapatkan manfaat ya kalian sendiri bukan mama atau papa" tutur mama.

Meski sudah banyak yang diajarkan tetapi memang masih butuh waktu bagi mereka memahami benar bahwa disiplin itu baik. Tugas sehari-hari ya harus dikerjakan terutama yang ringan-ringan seperti menaruh baju ditempatnya, belajar, menjaga kebersihan, beribadah serta yang lainnya. Pendidikan seperti ini difahami mama papa sangat utama yang kelak membantu diri mereka sendiri.


Toh sekarang saja sudah mulai keliatan dampaknya. Dik Adhan sudah ikut-ikutan mengaji habis maghrib, dilanjutkan dengan belajar sebisanya. Atau memberesi mainan walaupun tetap dibantu. Nah Kamis kemarin mama berangkat kerja ke Jakarta. Seperti biasa, pagi mereka menggoreng sendiri untuk makan pagi serta bekal yang dibawa kesekolah. Malam sebelumnya semua cucian piring, gelas, sendok juga tersusun bersih diatas kompor pasca dicuci.

Mama papa bangga kalau kalian bisa membantu orang tua. Dirumah, semuanya adalah tanggungjawab bersama terutama menjaga kebersihan dan penataan berbagai barang. Sepertinya memang sepele soal meletakkan barang namun kadang kalau tidak dikembalikan rumah akan semrawut. Hal ini bisa memunculkan kesumpekan dan tidak nyaman.

11 November 2013

Gondongen Nempel Di Leher Dik Adhan

Entah kenapa tiba-tiba leher kanan dik Adhan membesar dan diiringi dengan badan yang agak hangat. Papa yang diceritakan mama, bersantai karena memprediksi bukan apa-apa. Rupanya ketika disuapin mengeluh sakit sehingga cuma makan roti di pagi hari. Agak siang diajak mama makan soto dan cukup lahap. Hari itu dik Adhan tidak masuk sekolah.

Siang sampai malam minat makannya ga begitu tinggi dan tiap ngunyah mesti bilang sakit. Ketika tidur lumayan agak panas suhu badannya. Papa yang biasa tidur malam sesekali cek suhu badan. Alhamdulillah meski anget namun tidurnya cukup pulas. Pagi hari kesesokannya kebetulan bertemu salah satu guru PAUD. Rupanya ada teman dik Adhan habis sakit gondongen. Diprediksi tertular dari temannya.

Kemudian dik Adhan dibawa ke puskesmas untuk diketahui sakit yang sebenarnya. Kami memang memeriksa sakit ke puskesmas jarang langsung ke dokter. Benar yang disampaikan dokter memang sakit gondhongen. Untungnya tidak ada pantangan makan kecuali terlalu panas atau dingin. Diminta menjauhkan peralatan makan dan mandi dengan yang lain. Termasuk tidak sekolah dulu.

Dik Adhan dibilangi mama untuk tidak minum es dulu termasuk es krim. Obat juga harus habis. Alhamdulillah nafsu makannya tetap bagus. Walau kadang mengeluh sakit, namun makan tetap lahap. Suatu sore tiba-tiba dik Adhan bicara sama mama :

"Ma, leherku sudah ga sakit" kata dik Adhan
"Oh ya" sahut mama dengan wajah berseri

"Ayo beli es krim yuk ma" ajak dia

Kami pun yang mendengar terkekeh. Rupanya dia faham bahwa sebelum sembuh tidak bakal dapat es krim. Saat itu sebenarnya belum sembuh total masih ada sedikit tonjolan di leher kanan. Ada-ada saja dik Adhan, seperti mas dan mbaknya yang cerdas.

03 November 2013

Berkendara Ke Cawas

Pasca berlatih berputar-putar baik menggunakan kendaraan shogun dan giliran dengan revo papa meminta mas Afin berkendara didepan dalam perjalanan ke rumah mbah Klaten. Awalnya mama berkeberatan karena jauhnya perjalanan serta lamanya waktu. Papa justru meyakinkan, ini saatnya mengajari berkendara jauh toh papa bersamanya.

Sementara dik Adhan dan mbak Alma membonceng mama supaya mama tenang. Sebenarnya papa ingin dik Adhan bersama papa agar mama tak repot. Di perjalanan, cara berkendaranya memang sudah tenang. Namun dititik-titik persimpangan atau tikungan kadang kurang hati-hati. Masih suka meremehkan, teledor dan salah perhitungan.

Sepanjang perjalanan ke rumah mbah, setidaknya ada 5 kali mas Afin melakukan kesalahan fatal. Pertama, ketika berbelok ke kanan dipertigaan tugu merah sebelum Baki. Mas menoleh ke kiri setelah separo kendaraan berada di seberang jalan. Ini membahayakan dan seharusnya menengok untuk memastikan tak ada kendaraan lain sebelum menyeberang.

Kedua, di dekat Soto langganan. Sebuah mobil yang akan menyeberang telah menyalakan sign dan sebagian moncong kendaraan telah muncul. Pikir papa, mas bakal mengerem berhenti eh malah terus. Untung dia bisa mengendalikan dengan berbelok ke belakang mobil. Ketiga sewaktu menikung di Karangdowo tak mengurangi laju sehingga pengereman menjadi percuma. Padahal waktu itu dari arah berlawanan ada bus juga.

Keempat, ditikungan tajam laju kendaraan tak dikurangi sehingga rawan masuk jalur berlawanan. Terakhir sewaktu mau menyeberan jalan di dekat rumah mbah tidak menghentikan kendaraan. Padahal posisi dari jalan gang mau menyeberang jalan besar. Inilah catatan-catatan papa yang akan terus diawasi dalam belajar berkendara mas Afin beberapa hari ke depan.

02 November 2013

Sengatan Lebah Di Lengan Dik Adhan

Sabtu (2/11) kami berlima berkunjung ke rumah mbah Klaten. Kedatangan kami menyambut pakde Joko yang mampir saat tugas di Jakarta dan esok Senin gantian ke Malang. Maklum, lama tak ketemu jadi kami semua berlima berkendara ke Mbulu. Lagian sudah lama pula mas Afin dan mbak Alma tak datang ke rumah mbah. Sebab pas mama papa pulang, mereka sudah jarang ikut.

Rutinnya kami bertemu meski sebentar dan seringnya mama cerita soal pakde Joko membuat anak-anak tak merasa asing. Malam harinya pakde Bambang sempat mampir sehingga rumah simbah bertambah ramai saja. Setelah makan malam dan bermain, kami berebahan di depan tivi. Kebetulan mbak Alma sedang memainkan hp barunya.

Dik Adhan kemudian turut mendekat namun mbak dan papa kurang memperhatikan. Tiba-tiba tangannya digerakkan dengan cepat mengusap lengan kirinya berkali-kali sembari bilang sakit. Yang papa pikir ada kejadian tak terduga dan bayangan papa langsung ingat masa kecil mas Afin saat tangannya patah. Segera papa gerakkan tangan adik namun tidak apa-apa dan hanya usapan cepat tangan kanannya.

Segera papa angkat bantal guling, nampak seekor hewan berputar cepat. Papa tak cukup yakin dan ketika disenggol langsung masuk ke bawah bantal. Dik Adhan kemudian menangis dan papa curiga itu lebah. Benar saja setelah diubek-ubek, lebah itu ketemu sudah lemas karena habis menggunakan entupnya.

Mama mencari minyak dan mengusapkan di lengan yang tampak merah. Wah kami semua agak khawatir takut esok harinya mriang. Sebab dulu saat papa kena lebah kecil di rumah mbah secara tak sengaja saja mriang. Alhamdulillah ternyata Minggu hingga malam sampai di rumah kembali, dik Adhan tetap sehat dan biasa saja.

23 Oktober 2013

HP Dan Smartphone Membeli Sendiri

Nampaknya hasil menulis yang dilakukan mbak Alma bisa dimanfaatkan sejak dari sekarang. Oleh mama hasil dari menulis, menang kejuaraan atau narasumber disimpan di rekening. Meskipun begitu kadang memang mbak Alma bila ingin sesuatu sepanjang masih bisa ditolerir akan dituruti. Itupun dengan berbagai pertimbangan.

Pertama kali dia menginginkan memiliki hp dan saat itu mas Afin memang sudah punya HP memakai yang tak terpakai. Tujuannya agar memudahkan komunikasi mas dengan temannya atau saat mama papa keluar kota bisa langsung kontak. Nah mbak Alma ingin punya sendiri, minta diantar ke Singosaren mencari HP yang menurut dia enak. Akhirnya dipilihlah HP biasa yang penting bisa untuk komunikasi.

Sedangkan nomor yang dipakai mas Afin maupun mbak Alma memang dicarikan yang agak mudah diingat. Setelah beberapa saat booming tablet, ipad dan sejenisnya. Mbak Alma menginginkan dengan membeli memakai tabungannya. Ditemani papa akhirnya didapatkan tablet layar 10 inc agar tidak kekecilan dan bisa untuk menulis cerita.

Saking seringnya dipakai apalagi untuk game, baterai sering drop dan harus selalu di charge ketika digunakan. Komunikasi memakai tablet rupanya tidak cukup nyaman. Akhirnya mbak Alma disarankan memakai HP miliknya sendiri. Namun dia menolak karena tidak asyik dan mau membeli HP yang lebih menyenangkan. Wah pasti sasarannya smartphone yang lumayan mahal. Mbak Alma berkehendak membeli dengan memakai uangnya sendiri. Berdasar pertimbangan mama, disarankan bukan membeli namun ikut program hadiah dari sebuah bank.

Jadi uang milik mbak Alma akan ditabungkan dengan nominal tertentu dan jangka waktu tertentu tanpa bisa diambil. Kemudian kami akan menerima barang tersebut. Kemarin hadiah itu datang dan mbak Alma senang sekali menggunakannya. Saat di cek di internet, harga HP tersebut wow paling tinggi diantara HP kami yang ada dirumah.

Papa dan mas Afin memakai HP merk china, mama memakai merk china dan satu merk terkenal sedangkan mbak memakai brand besar. Selamat dan semoga bisa dijaga dengan baik. HP itu atas usahanya sendiri jadi silahkan dinikmati. Mama Papa hanya bisa bersyukur mbak Alma sejak SD bisa menikmati fasilitas dari usahanya sendiri.

21 Oktober 2013

Mbak Alma Terpeleset

Senin pagi seperti biasanya mbak Alma bangun agak siang yaitu pukul 04.30. Sebab biasanya dirinya bangun sendiri pukul 04.00 diteruskan dengan belajar setelah sholat subuh. Habis belajar kemudian menyapu, mandi dan bersiap berangkat. Meski kondisi masih pagi, kadang suka berlarian didalam rumah.

Mama sudah memperingatkan untuk bertindak biasa saja. Rupanya karena terbiasa berlarian, tak sengaja kemudian mbak Alma terpeleset dan jatuh didepan kamar mandi. Untungnya tak cukup parah dan kepalanya tidak membentur apapun. Pukul 06.20 beriringan dengan Mas Afin, mereka mengayuh sepeda berangkat sekolah.

Sewaktu papa pulang kerja yang membukakan pintu gerbang mbak Alma dengan jalan pincang. Papa kaget dan menanyakan kenapa kakinya. Rupanya bengkak cukup besar dan kemerahan. Rasanya pasti sakit sekali. Mbak Alma menjelaskan tidak terasa saat mengayuh atau mengangkat sepeda melewati rel cuma bila tali sepatu agak kencang ya cukup sakit.

Dipakai untuk sholat terutama duduk maka rasa sakit lebih terasa. Mama menawarkan supaya esok hari diantar kesekolah saja sampai kakinya sembuh. Selasa pagi, rupanya rasa sakit mereda dan memutuskan berangkat ke sekolah tetap memakai sepeda. Agak was-was juga mama papa melepas mbak Alma menggunakan sepeda, semoga tidak terjadi apa-apa.

Anak ini memiliki kepribadian yang cukup mandiri dan bertanggungjawab. Keinginan mencapai sesuatu sangat besar walaupun kadang rasa minder masih cukup menguasai dirinya. Meski menaiki sepeda bukan berarti kegiatan ekstra dikurangi, tetap saja mengikuti berbagai kegiatan ekstra kurikuler. Mama papa yakin segala kegiatan positifmu disekolah pasti akan bermanfaat bagi

18 Oktober 2013

Mas Afin Belajar Berkendara Motor

Suatu sore tiba-tiba mama bilang ke papa bahwa mas Afin berkeinginan belajar naik motor lagi karena teman-temannya sudah banyak yang bisa. Papa menangkap keinginan itu diutarakan dengan maksud yang baik. Hal itu direspon papa dengan mengajarinya sore keesokannya. Beberapa waktu lalu mas Afin memang sudah pernah diajari.

Dulu pernah naik motor pada jelang buka puasa makan soto didaerah stasiun Gawok. Atau malam hari di rumah mbah. Berdasarkan evaluasi papa saat itu, mas Afin belum siap. Terbukti dengan langsung berusaha melajukan kendaraan. Atas tindakan tersebut, papa menghentikan belajarnya sebab secara mental menandakan mas Afin belum siap.

Bagi papa, mengendarai kendaraan itu bukan berkaitan dengan usia atau tinggi badan melainkan kesiapan mental mengendalikan diri saat berkendara. Papa tidak ingin anak-anak berkendara apapun dapat membahayakan dirinya atau orang lain. Biasanya papa melihat dari cara memegang gas motor yang langsung laju atau perlahan.

Kemudian ketika berjalan, papa akan memegang lengan mas Afin terasa kaku dan kencang atau tidak. Hal itu menandakan secara mental nervous atau tidak. Sewaktu sudah tidak tegang maka papa membiarkan mas Afin mengendarai sendiri. Papa menyiapkan batu bata zig zag dan mas diminta melewati secara perlahan dan tidak boleh menyenggol bata.

Sesekali papa cek leher berkeringat tidak, serta jantung berdegup kencang atau biasa. Hal ini menandakan kesiapan mental mas Afin dalam berkendara. Masih ada tahapan yang perlu diuji dalam berkendara misalnya melewati garis jalan yang kecil, melewati 2 batu kecil atau melintasi papan. Ini penting sebagai kesiapan keseimbangan yang dimiliki mas Afin. Bila semua ujicoba itu terlewatkan maka ijin mengendarai akan diberikan.

16 Oktober 2013

Sakit Ya Dik Adhan....

Mulutnya tetap ternganga, kadang rengekan manja juga masih keluar dari mulutnya. Sepertinya cukup kesakitan akibat jatuh dari sepeda saat main dengan kedua kakaknya. Papa menggendongnya dan mau. Ketika diminta untuk menutup mulut, dik Adhan menolak. Pun ketika bibir mencoba disentuh jemari papa juga ditolaknya.

 Disisi lain papa harus memastikan tidak ada apa-apa dengan gigi, gusi hingga dagunya. Tak kurang akal, papa ajak dik Adhan melihat kereta. Rengekan sudah berhenti dan papa mengeluarkan kendaraan. Cuma berdua, menuju palang kereta di persimpangan Mayong. Memang lokasi itu jadi lokasi favourite dik Adhan melihat kereta apalagi ditambah dengan palang kereta dan suara kedatangan kereta.

Sembari menunggu kereta, papa mencoba menanyakan bagaimana kejadian tadi. Siapa yang mengajak bercanda dan apakah masih merasa sakit. Sepertinya rasa trauma masih berkelebat di kepala dik Adhan sehingga dia tidak mau menjawabnya. Papa harus memancing dengan cara lain. Sayangnya kereta tak kunjung lewat juga, maklum kelewat larut (jelang pukul 18.00).

Lantas papa bertutur tentang kereta minyak yang sempat dilihat dik Adhan kemarin. Dengan antusias dik Adhan menyambung pembicaraan papa. Nah kemudian papa minta dia menunjukkan deretan gigi bawah dan atas dengan bergantian menggeser bibirnya menggunakan jari. Alhamdulillah tak terlihat luka atau darah disela-sela bibir itu.

Sampai jelang maghrib, kereta tak jua muncul. Akhirnya papa mengajak pulang sembari menyatakan besok bisa kesitu lagi melihat kereta. Ditengah jalan papa mengingatkan juga sewaktu melihat rombongan bebek makan dan mandi disungai. Rupanya dia cukup antusias menyambut cerita itu dan tak terasa kami sampai dirumah.

Dik Adhan Jatuh Dari Sepeda

Sore seperti biasa papa pulang kerja dengan terik matahari yang masih menyengat keras. Kebetulan masih musim kemarau sehingga panasnya begitu terasa ke pori-pori tubuh. Memasukkan kendaraan dan mengucap "Assalamu'alaikum" namun jawaban menyahut biasa. Tak ada mbak Alma, Mama atau suara dik Adhan. Papa pikir sedang pada diatas.

Ternyata di tangga rumah dik Adhan sedang dipangku mama dengan dagu di kompres. Rupanya habis terjatuh dari sepeda saat bermain bersama mbak dan mas. Sudah beberapa waktu pasca dibelikan sepeda, kadangkala sore mereka bertiga berboncengan. Sayangnya saat bersepeda mereka seringkali tidak cukup hati-hati.

Karuan papa marah dan mendatangi mas dan mbak yang duduk diruang tamu dengan tertunduk. Sembari menggendong dik Adhan, mas dan mbak kena semprot. Hukumannya jelas, selama 3 hari mereka harus cuci piring dan menyapu serta tak boleh menonton tv. Mama bertutur, darah keluar dari mulut dik Adhan dan tak tahu apanya yang berdarah.

Mulut dik Adhan pun tetap ternganga karena takut mengatup. Sepertinya terbentur dagunya dan membuat dirinya merasa sakit. Makan sore juga masih sedikit maka ditawari maem cococrunch meski masuk cuma sedikit.

Mbak Alma mbrebes mili sementara mas cuma tertunduk seperti biasanya. Papa menjelaskan bahwa mas dan mbak sudah besar namun seringkali tak hati-hati terutama ketika bercanda. Ini yang dikhawatirkan papa. Bersepedapun selalu harus diingatkan posisi kaki dik Adhan. Papa faham, itu karena mereka cukup dekat dan akrab sehingga kadang lalai.

Tetap boleh bercanda namun perhatikan mana bahaya dan mana tidak nak...

10 Oktober 2013

Pertanyaanmu Itu Lho Dik Adhan

Ada hal-hal menarik yang dilakukan dik Adhan menjelang umur 4 tahun dan sekarang saat 4 tahun bermain sambil belajar di Paud.

Kebiasaan bermain kereta api masih saja menjadi hobi nomer satu, apapun barang asal panjang , bisa diimajinasikan menjadi kereta api. Tak hanya mainan kereta api, tetapi barang-barang yang ada di rumah . Remote TV,  pengaris, disgrip, ganggang bekas sapu, pralon sisa, bekas cantelan korden, ikat pinggang mas dan mbak,  sampai rantai yang biasanya di pakai untuk mengamankan sepeda mbak Alma tak luput  jadi penganti kereta api. Kreatif sekali, apapun bisa disulap diubah berdasarkan  imajinasinya.

Kalimat-kalimat yang meluncur di bibirnya juga semakin banyak dan beraagam. Celotehnya lucu dan apa apa saja ditanyakan. Setiap terdengar kereta api lewat yang berjarak sekitar 2 km dari rumah, adik selalu tanya,”Ma, itu kereta apa?” kalau sudah di jawab nama kereta, dia tak akan puas dan bertanya lanjutannya, ”Kereta xxx dari mana?“, nanti tanya lagi,”Keretanya mau ke mana?“, terus tanya lagi, ”Mau ngantar siapa?”. Juga setiap ada benda yang dia tidak tahu pasti dia akan tanya sampai dia puas (padahal yang ditanya kadang tak tahu jawabannya).

Di kawasan Solo Baru
Misalnya ,”Ma, ini tangan beli di mana?” mama jawab,”Nggak beli sayang, tangan di kasih sama Alloh?” dia dengan lucu akan memandang mama sambil bertanya lagi, ”Alloh tuhanku ya?“. Mama jawab,”Iya”. Adik nggak akan puas dan akan terus bertanya lagi tentang kaki beli di mana? Rambut dan anggota tubuh lainnya ditanyakan sampai benda-benda misal piring, kulkas, dll. Keingintahuannya sangat besar, dan tak gampang puas meskipun sudah di jawab.

Bahkan beberapa hari ini sering bertanya, “Ma, semut makan apa?”, “Ma, kucing makan apa?”, “Ma, cicak makan apa” dan lainnya yang terkadang bikin geli seklaigus jengkel yg ditahan (karena selalu  ada pertanyaan, meskipun sudah dijawab). Rasanya tak pernah merasa puas dengan jawaban dari orang-orang di rumah.

Adik juga punya beberapa kalimat-kalimat yang bikin kami tertawa sekaligus menjadi pembicaraan umum kami karena kami jadi sering menirukan. Misalnya ALUNI (maksudnya Ngayeli/menjengkelkan) , MBAH DINO (maksudnya coboy junior), ANTIAN YUYU (maksudnya gantian dulu), EMH NENEN (maksudnya minta mainan payudara ibu sambil mimik susubotol), dll

Pokoknya semua serba mengejutkan, dan menakjubkan. Bahkan papanya terus mencandai mbak Alma kalau pas si kakak capek menjawab pertanyaan adiknya,” Mbak, besok dingatkan ke adik ya, kalau mama sudah tua dan suka tanya-tanya, harus dijawab semua seperti adik tanya ya,”...

Sungguh anak yang pintar, lucu, mengemaskan dan insya alloh sholeh, amin

07 Oktober 2013

Liburan Saat Tak Libur

Tanggal 6 kemarin kami semua berangkat ke Jogja menghadiri pernikahan saudara. Semua turut serta sebab ada mbah serta keluarga bulek. Bagi anak-anak, bertemu saudara mereka memang menyenangkan apalagi di janjiin buleknya akan bermain di kolam renang. Guna memudahkan kami berangkat menaiki Prameks pukul 13.00.

Tentu moment yang sangat spesial bagi dik Adhan. Selama perjalanan dik Adhan tak henti-hentinya berbincang dengan mbak Alma sembari melihat keluar jendela kereta. Kami turun di Stasiun Maguwo dan melanjutkan perjalanan dengan Trans Jogja karena bila dengan taksi ongkosnya bisa tarif bandara bukan argo.

Turun di halte Janti, kami melanjutkan perjalanan menggunakan taksi. Kebetulan sampai dirumah pakde Iwan, mbah dan bulek juga baru selesai acara resepsi sehingga bisa langsung ngobrol. Sore hari, bulek Ucik mengajak berenang di Kids Fun yang memang tak jauh. Disana anak-anak bermain air dengan puas. Apalagi dik Adhan juga belum sering ke kolam renang.

Segala permainan dicoba seperti prosotan, naik undakan, diguyur ember besar dan lainnya. Kadang malah tenggelam dan terminum air kolam. Sedang mas Afin, mbak Alma bermain bersama dik Yoga di prosotan yang tingginya kira-kira 5 meteran. Mereka bolak-balik naik turun prosotan.

Mama nunggui baju ganti sembari mengobrol dengan bulek sedangkan papa mengawasi dik Adhan juga mengambil gambar. Jelang maghrib kami kembali ke rumah mas Iwan. Esok paginya kami semua berangkat ke pengajian ngunduh mantu mbah Tri. Disana anak-anak juga bertemu keluarga Solo lainnya.

20 September 2013

Kami Menyayangi dan Mencintaimu Mama

Mama atau bunda bagi siapapun adalah orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Tak peduli itu cantik atau biasa, orang kaya atau miskin, hidup di kota atau didesa dan lainnya. Mama selalu ada untuk anak-anaknya dan memberikan yang terbaik. Beliau selalu berkorban walau kita sedang tak meminta apalagi kita memohonkan pengorbanannya.

Mama ku selalu bisa kutemui saat mataku terbuka dipagi hari dan jelang terlelap malam hari. Ada, hadir dan mendampingiku. Kami, anak-anaknya merasa sangat bersyukur memiliki beliau. Kasih sayangnya seakan-akan terus menerus mengalir dan tak pernah kering. Meski kami kadang membuatnya marah, permaafan itu pasti akan hadir.

Engkau menyediakan apa saja yang kami butuhkan mulai tempat tinggal, makan pagi, buku sekolah, uang jajan hingga pelukan hangat. Kalau ada dari anak-anaknya yang salah sudah pasti akan ditegur dan dinasehati. Entah apa kami bisa membalas semua kebaikan mama yang sungguh tak ada bandingannya dalam situasi apapun.

Dirimu juga tak pernah berdiam diri, selalu saja ada yang dikerjakan. Ketika mata kami terbuka dipagi hari, kutemukan beliau sedang menyapu, mencuci piring, menata barang atau menggoreng lauk sarapan kami. Pun menjelang terlelap mata kami, dirimu masih menemani dengan cinta dan kasih sayang. Tak jarang menemani belajar hingga larut.

Padahal mama juga bekerja bukan orang yang tinggal dirumah. Pulang kerja dengan peluh dan rasa lelah tak bisa membuatmu rehat barang sejenak. Jangankan hari biasa, bulan puasapun beliau selalu mengerjakan sesuatu tuk keluarganya.

Mama, ijinkan kami mengabdi dan membalas semua kebaikan mama.
Doakan kami menjadi orang-orang yang berbakti
Doakan kami menjadi lilin diantara gelapnya malam
Doakan kami kelak dapat membahagianmu

Saat Mas Afin dan Mbak Alma Bersepeda Ke Sekolah

Demi masa depan mereka, mama papa mendorong mas Afin dan mbak Alma sekolah menggunakan sepeda. Manfaatnya memang banyak tidak sekedar mandiri saja. Mulai minggu lalu mereka berangkat dengan naik sepeda sendiri-sendiri. Memang agak jauh sih, dihitung jarak melalui jalur normal mencapai 6 km dengan tingkat keramaian yang lumayan.

Setidaknya dititik underpass, tugu lilin, perempatan purwosari, bunderan manahan dan bangjo sambeng. Berhubung mereka naik sepeda, papa mencarikan jalan yang lebih singkat dan minim keramaian. Disarankan mereka melalui transito nembus ke belakang Solo Square dan menyeberan dekat pos polisi kerten. Dengan memanfaatkan lampu merah maka titik keramaian tinggal di bundaran manahan dan bangjo sambeng.

Jarakpun bisa terpangkas sekitar 1 km sehingga tersisa 5 km. Mama menyarankan naik sepeda untuk kesehatan, pertambahan tinggi badan, perkembangan tubuh, Bagi papa, yang juga penting mendidik mereka mengerti perilaku dijalanan yang kadang memang harus dipelajari dan dimengerti. Sebab budaya dijalan tanpa diterangkan akan membahayakan anak-anak.

Banyak kecelakaan yang terjadi karena budaya berlalu lintas yang tak baik. Papa lebih menekankan pada budaya menyalip yaitu dengan melihat kebelakang terlebih dahulu. Hal ini harus dibiasakan supaya ketika mereka besar akan terbiasa. Alhamdulillah mereka kemudian menjalani dengan baik bahkan papa pernah membuntuti dalam 2 kali pulang.

Yang penting tetap menjaga diri dalam perjalanan. Memang tidak mudah dan ini demi masa depan kalian. Pasti banyak pengalaman selama menempuh perjalanan pulang. Ada banyak catatan yang bakal terpatri dalam ingatan kalian dan kelak pasti bermanfaat.

17 September 2013

Tirulah Bundamu Nak

Nak, meski sampai sekarang mama papamu belum banyak memberi fasilitas tapi syukurilah apa yang sudah dimiliki. Nikmatilah apa yang ada di rumahmu dan suasananya karena banyak diantara tetangga dan teman kalian tidak menikmati hal itu. Jangan semua selalu dikaitkan dengan barang mahal atau fasilitas yang kadang tak mungkin berada dibangunan ini.

Sadarilah, kalian dilahirkan oleh bunda yang luar biasa. Bunda yang tidak hanya mampu memberi gizi terbaik, pendidikan terbaik namun juga luasan samudra kesabaran dan kasih sayang yang tak bakal kalian temui dimanapun. Jangan lihat fisik beliau namun lihatlah apa yang selalu dilakukannya tiap hari demi anak-anaknya. Sungguh, sulit membalas apa yang sudah dilakukannya selama ini. Pengorbanan fisik itu pasti namun hati beliau sungguh luar biasa.


Fahami bahwa kalian dilahirkan oleh bunda yang memiliki pribadi dan pemikiran yang luar biasa. Hingga 13 tahun kalian berada di keluarga, bukunya sudah terbit lebih dari 5. Dan itu tidak hanya dinikmati sendiri, selalu bersama-sama kita. Ingat saat kita menginap di Novotel Jogja?, di hotel jalan kaliurang? itu saat acara beliau dan kita disertakan agar merasakan betapa beliau selalu mengingat kita.

Tolong bila kalian besar, buatlah bunda kalian bangga, buatlah bunda kalian merasa lega bahwa pengorbanannya selama ini tidak pernah sia-sia. Bunda kalian tak pernah berharap imbal balik apapun selain kesuksesan kalian dalam menempuh hidup secara normal. Makanya penting bagi bunda pada anak-anak agar senantiasa jujur, smart dan rajin beribadah.

Berlakulah secara baik pada orang dan tempatkan diri apa adanya. Tidak usah sombong dan angkuh karena sesungguhnya kesombongan dan keangkuhan hanya milikNYA. Lihat, bundamu masuk daftar orang yang berhak menyeleksi anggota KPU Sukoharjo, itu salah satu catatan keberhasilannya yang lain. Bila orang lain respect pada bundamu, buatlah dunia respect padamu.

13 September 2013

Kejutan-Kejutan Amazing Dik Adhan

Sungguh kejutan demi kejutan kau sungguhkan dan membuat kami terus menerus terkejut bahagia. Apalagi setelah dirimu mulai memasuki sekolah. Berbeda dengan mas Afin dan mbak Alma yang ketika pulang sekolah dari PAUD bisa bercerita tentang apa yang dialami namun dik Adhan lebih sering diam dan jawab seadanya, "Main sama temen-temen". Itu saja.

Tetapi beranjak siang atau sore, tiba-tiba mendengdangkan sesuatu atau berkata yang kami semua tidak mengajarinya. Sungguh luar biasa. Misalnya tiba-tiba dia bilang "tepuk kereta api, tut tut tut.... ejes... ejes... jenggleng". Awalnya susunan katanya tak jelas dan mbak Alma menceritakan ke kami saat pulang kerja. Ah benar, itu jelas tepuk kereta api.

Lantas lain hari mendendangkan doa "Allahumma Sholli Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad..." dengan suara yang bisa kami tebak. Terakhir dik Adhan berujar gini "Bismillahirrahmaanirrahiim.... dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Arrahmaanirrahin... dengan menyebut..."  lho... lho... koq diulangi lagi?

Demikian pula melafalkan doa pulang, atau nyanyian yang sungguh-sungguh ingin kami mengerti namun gagal faham. Kami semua ingin mendampingi agar dik Adhan selalu hapal dan bisa mengikuti bermain di PAUD secara baik. Tekad, keberanian dan kemandiriannya lebih dibanding kedua kakaknya dan inilah yang perlu terus didukung. Terlihat encernya otak yang mampu merekam banyak hal.

Tidak sedikit teman-temannya diawal menangis dan membuat dik Adhan tidak nyaman. Dia terlihat gelisah, cemas dan was-was meski dia tidak menemukan apa yang membuat was-was. Maklum namanya anak kecil, lingkungannya pada menangis ya dia ikut khawatir. Semoga makin hari makin semangat dan bisa menangkap berbagai hal yang dicontohkan guru-gurunya di tempat bermain.

12 September 2013

Akses Telepon Rumah Terpaksa Dibatasi Untuk Dik Adhan

Ternyata becandaan adik soal telpon itu terkadang masuk ke jalur telkom beneran. Sebelumnya mama dan papa menduga telpon itu tak beneran. Kan memang adik mencet nomor asal pijit saja sehingga tidak masuk ke jaringan resmi. Sebelumnya bahkan memakai redial yang akan tersambung dengan nomor yang sebelumnya kami gunakan.

Cuma sudah disiasati dengan mengacak nomor atau memencet nomor telpon rumah sehingga tidak akan tersambung. Begitu tahu, dik Adhan mengganti teknik yaitu memencet 147 yang tersambung ke layanan flexi atau telkom speedy. Dia senang sekali karena dipikirnya mesin penjawab itu orang beneran yang sedang berbicara. Kadang dia asyik turut ngobrol seperti "mama ada?" atau "ini dik Adhan, ada mama sama mbak Alma" tuturnya dengan wajah sumringah.

Beberapa kali sih dia bilang "iya, telkom?" atau "papa dikantor" dan kata lain. Pagi tadi papa curiga sebab sepertinya ada dialog beneran saat adik mainan telepon. Dia cuma menjawab "iya" lantas papa mendekat dan meminta gagang telpon untuk didengarkan serta dipastikan apakah benar dik Adhan menelpon ke nomor tertentu.

"Adik, telponnya jangan untuk mainan ya" suara seorang perempuan di seberang, dan dik Adhan pun melompat-lompat dengan girang. Papa kemudian menutup telpon dan memandangi wajah mama. Mama tersenyum manis mendengar ucapan papa "beneran nelpon ma, ada yang bilang untuk tidak memainkan telp" tutur papa. "Adik, telponnya tidak untuk mainan yah" nasehat mama. Namun dik Adhan malah berujar "Adik telpon aja, telpon ke telkom" jawabnya.

Lantas papa mencari kunci telepon dan menguncinya. Kedua kunci dipisah, satu dilekatkan pada kunci pintu dan satunya di kunci lemari kaca depan kamar mandi. Rupanya dik Adhan memang sedang suka menelpon sehingga berusaha nelpon lagi namun tidak bisa. Dia bilang ke papa "pa, dik Adhan mau nelpon mas Afin sama mbak Alma" pintanya. Namun papa bilang, "Kan mas sama mbak masih sekolah jadi tidak bisa ditelpon. Nanti saja yah kalau sudah besar boleh nelpon" terang papa.

09 September 2013

Segeralah Pulang Ma

Mama berangkat lagi keluar kota, artinya mas Afin, mbak Alma dan dik Adhan harus bersama papa 3 hari 2 malam. Anak-anak sangat berat demikian pula mama dan papa. Tapi ya harus dijalani. Hari Minggu (8/9) kemaren hanya mas Afin dirumah. Semua mengantar mama ke bandara Adi Sutjipto Jogjakarta dengan naik Prameks. Sementara papa berkendara, maklum supaya pulang tidak naik bus.

Sesampai di bandara, waktu masih ada untuk berbincang. Kami bercengkerama menunggu jadual pemberangkatan. Dik adhan sempat mainan trolly sama mbak Alma serta menengok kereta pas lewat. Maklum bandara dekat dengan stasiun Maguwo, jadi lalu lalang kereta terlihat jelas. Begitu panggilan terdengar, mama pun berpamitan.

Dalam hati mbak Alma dan papa ada rasa yang hilang, dik Adhan terlihat biasa. Kamipun berkendara pulang dengan kecepatan lumayan. "Tadi sampai terasa bergetar le mas motornya tapi aku ga takut wong papa hati-hati" cerita mbak Alma pada mas Afin. Karena mama tidak dirumah, mbak Alma tidur sama dik Adhan dan papa.

Mereka tahu tugas masing-masing termasuk mencuci piring, menyiapkan makan pagi, menyapu dan lainnya. Ini bukan pertama kali kami jauhan sama mama. Untungnya bukan untuk waktu lama yang jelas ketika tidak ada mama terasa berat. Dik Adhan bolak-balik nanya mama, ngajakin papa jemput mama. Papa juga kadang kelelahan menemani mereka lepas maghrib sehingga tertidur walau sebentar.


21 Agustus 2013

Dua Bulan Ini Bakal Sering Ditinggal

Anak-anak mama papa yang baik, semoga kalian selalu sehat wal afiat dan berbahagia selalu. Mama papa ingin terus bersama dan melihat kalian tumbuh menjadi pribadi yang luar biasa menyenangkan. Alhamdulillah si sulung papa kini tak terasa sudah 13 tahun. Rasanya baru kemaren menggandengmu tiap pagi jalan-jalan eh kini sudah kelas VIII.

Anak cewek satu-satunya yang dulu sering bercanda mengucapkan “plek” bisanya “pet” tetap kau ingat hingga kini. Tak terasa sudah kelas VII dengan prestasi mentereng. Si bungsu yang begitu lahir langsung ditinggal kerja papa ke Jakarta, kini menjelang 4 tahun dengan beragam candaan mautnya.

Mama papa selalu ingin membahagiakan kalian seperti layaknya tiap orang tua. Tetapi pasti jalannya beragam. Kalian tentu masih ingat saat-saat papa kerja di kalimantan timur. Saat keberangkatan papa tentu saat-saat menyiksa. Tidak hanya bagi kalian, bagi mama apalagi papa.

Pun demikian sewaktu papa kerja di Jakarta, menunggu sebulan laksana puluhan tahun. Yah itulah kehidupan keluarga kita. Alhamdulillah kini mama papa sudah bekerja di Solo kembali sehingga membuat kita sering bersama. Mama kerja ke Jogja juga sesekali makanya tidak begitu terasa saat berpisah.

Hanya saja 2 bulan belakangan kalian akan sering ditinggal karena kesibukan mama kalian. Berbanggalah nak memiliki bunda seperti beliau. Jasanya luar biasa dan kini beliau dipercaya menyeleksi bakal calon penyelenggara pemilihan umum. Kebetulan rapatnya sering malam dan di Kota Sukoharjo.

15 Agustus 2013

Ramahlah Pada Tetangga

Dalam hidup bermasyarakat, bertetangga, bersosial utamanya dengan lingkungan sekitar kita harus memiliki sopan santun. Dulu saat mama papa kecil hal itu diajari benar dan kehidupan di kampung jelas berbeda jauh dengan sekarang di perumahan. Walaupun begitu mama papa menekankan betul pentingnya respect pada lingkungan.

Selain karena tradisi, ramah pada tetangga adalah salah satu sunah nabi yang diajarkan. Senyum sendiri mendapat porsi penting dalam hubungan dengan sesama manusia. Sayangnya perkembangan jaman sudah banyak menggerus itu semua.

Di Tiara Ardi Purbayan sudah hilang tradisi bermain sore hari, bermain minggu pagi atau malam minggu. Teman-teman mbak Alma apalagi mas Afin yang Cuma 1 di lingkungan rumah sudah jarang keluar. Sehingga bila bertemu seakan-akan malu, segan, canggung bahkan terasa aneh. Padahal banyak rekaman video mereka yang sangat akrab saat kecil.

Oleh karena itu butuh dorongan cukup kuat supaya mereka memahami pentingnya ramah dan sopan santun pada tetangga. Idealnya sih tidak hanya tersenyum bila berpapasan namun bertegur sapa dengan memanggil atau sekedar berbincang. Sayangnya mas Afin dan mbak Alma masuk kategori anak yang cukup pemalu.

Hingga sekarang mama papa sering mengingatkan dan mencontohkan beberapa kakak yang selingkungan dan cukup ramah. Pun ketika bermain ke rumah teman, bila pulang harus pamit dan bersalaman dengan orang tua teman tersebut. Masih butuh waktu supaya benar-benar dijalankan dan kami tak bosan mengingatkan itu.

12 Agustus 2013

Kelas VIII Hobinya Masih Nonton Spongebob

Mas Afin di usia ke 13nya menjalani berbagai hal. Rupanya mulai tumbuh menjadi lelaki yang ceria dan terlihat cukup faham atas berbagai hal. Hobinya tetap sepakbola dan mulai menggemari berbagai film barat yang ditayangkan lepas pukul 21.00. Tidurnya pun mulai larut dan mengerjakan tugas hingga adik-adiknya telah terlelap.

Cukup bertanggungjawab pada kondisi rumahnya apalagi bila malam. Kalau merasa mama papanya tiduran sering dia menutup dan mengunci pintu. Alasannya tentu takut pada ketiduran dan memang harusnya seperti itu. Pendidikan yang telah kami ajarkan mulai membuahkan hasil sesuai harapan kami.

Kadang di siang hari kalau hanya sendiri, bersama teman atau hanya dengan adiknya, pintu selalu ditutup dan dikunci. Meski bagi kami terasa janggal namun itulah bentuk tanggung jawab seorang sulung, anak pertama yang menjaga rumahnya.

Sudah kelas VIII dan tubuhnya sudah segede bunda tercintanya. Beberapa kesukannya saat kecil masih saja diteruskan hingga sekarang. Salah satunya menonton berbagai film kartun kegemarannya. Yang sudah ditinggalkan yakni melihat doraemon dan tak pernah tertarik dengan film kartun Sinchan.

Hanya hobi ini kadang membuat bersungut-sungut adiknya saat akan berangkat kesekolah. Waktu mandinya sering mepet dengan jam keberangkatan sekolah sebab pasca lihat siaran berita olahraga dilanjutkan dengan menonton film kartun Spongebob. Siang atau sore hari juga melihat atau Mr Bean.

Bunda sering menasehati untuk mengurangi menonton film-film itu sebab tak baik untuk dilihat. Banyak tindakan konyol yang sering diperlihatkan si patrick. Lebih baik melakukan hal lain yang bermandaat. Bagi papa, mungkin dia belum menemukan kegiatan pengganti saja sehingga masih butuh waktu untuk berubah hobinya.

Lebaran Dik Adhan Bareng Kakak Kakaknya

Dik Adhan seperti kedua kakaknya yang mudah bergaul dengan siapapun. Bedanya dia jauh lebih terbuka dengan orang lain. Apalagi bila ketemu saudaranya dirumah mbah dan akan turut membuntuti. Pun bila usianya tak jauh berbeda. Ketika di Pekalongan, bersua dengan dik Naya menjadi hal baru dan kemana-mana terus bersama.

Pun saat ada mbak Nafla, langsung saja lengket membuntuti kesana kemari. Bahkan hingga saat jelang sessi foto, dik Adhan dengan cueknya duduk disebelahnya. Demikian pula saat ke Klaten dan ketemu dengan mas Evan. Dik Adhan tertarik dan mengajak bermain dengan mas Evan. Mulai dari melihat burung dara mas Evan, keluar masuk rumah hingga saat mas Evan mau pulang mau ikut ke Cilacap.

Tak berapa lama giliran mas Akbar yang datang dirumah mbah Klaten. Keduanya bermain akrab kesana kemari yang kadang lumayan berbahaya. Karena dik Adhan masih terlalu kecil, papa mama meminta mas Afin memantau apa saja yang dilakukan mas Akbar sama dik Adhan. Maklum hobi mas Akbar itu menyalakan api, ke sumur atau ke tepi jalan.

Mereka kadang berlarian ditengah riuhnya persiapan halal bi halal keluarga. Apalagi suguhannya bakso sehingga butuh pantauan supaya ga nyampluk mangkok. Nah karena aktivitas mas Akbar yang tinggi kadang dik Adhan kehilangan jejak dan mencarinya. Apapun yang dilakukan kakaknya hampir selalu ditirunya.

Jadilah anak yang mudah bergaul dan berkawan akrab terutama pada hal-hal yang baik. Teruslah belajar pada sekelilingmu dan pergunakanlah hal-hal positif untuk mengembangkan diri. Semoga kelak engkau akan jadi pribadi yang menyenangkan bagi sekelilingmu.

06 Agustus 2013

Ultah Mas Afin Di Pekalongan

Bulan Ramadhan jelang lebaran ini mas Afin berulang tahun. Kebetulan saatnya berkunjung ke tempat mbah Pekalongan. Mama papa kebingungan bagaimana menyelenggarakan sesuatu untuk ultah sang kakak. Ya sudah nanti diucapin met ultah saja karena kami semua harus berangkat malam hari menuju Pekalongan. Setelah sholat Maghrib di masjid Kota Barat kamipun berbuka.

Rupanya tempat berbuka tak mudah ditemukan sebab ada yang menunya sudah ludes dan tempat penuh. Untung masih ada 1 tempat di Degan Ijo yang menampung kami sembari menunggu teman papa yang turut ke Pekalongan. Sampai dirumah mbah tengah malam dan ucapan met ultah mengalir ke mas Afin disertai peluk cium kami semua.

Nampaknya bulek Ucik sama mbah Uti esoknya mencarikan kue ulang tahun. Semua dipersiapkan setelah sholat Maghrib dan berbuka. Mengalirlah lagu selamat ulang tahun disertai penyalaan lilin bernomor 13 tanda usia mas Afin. Raut wajah gembira jelas tergambar di mimik mas dan pasca selesai lagu, ditiuplah lilin olehnya. Turut meniup ya dik Adhan sama dik Naya.

Kami semua kembali mengucap selamat ultah dan doa demi kebaikan mas Afin dimasa mendatang. Semoga kelak menjadi anak yang berbakti dan membanggakan orang tua. Raihlah cita-citamu serta bermanfaat bagi orang-orang disekelilingmu. Kami orang tuamu akan turut memfasilitasi agar kelak apa yang kamu impikan bisa tergapai.

Met ultah nak

05 Agustus 2013

Telepon, Mainan Baru Dik Adhan

Pertumbuhan kecerdasannya luar biasa disertai dengan bakat yang lumayan. Bunda selalu menyediakan konsumsi yang penuh gizi, kakaknya mengajarinya berbagai hal yang menyenangkan. Mengenal huruf, bernyanyi, bermain peran, membantu mama adalah aktivitas yang mengasyikkan bagi dik Adhan.

Meski kadang memang membuat repot kami semua namun selalu menyenangkan. Sekolah menjadi bagian dirinya yang cukup digemari. Bukan hanya sekolah resmi di PAUD Fatimah namun keseharian bersama mas Afin dan mbak Alma sudah laksana sekolah.

Bermain peran, rumah-rumahan, sekolah-sekolahan, bermain bola keseharian yang menyenangkan bagi dik Adhan. Ketika mbak Alma pulang, menghabiskan air minum mbak Alma menjadi kegiatan yang diincarnya.
Yah berbagai kesenangan ditiru dari kegiatan kami semua termasuk juga memegang hp. Konsekuensinya 2 hp mama jebol. Biasalah dipencet-pencet, untuk memotret bahkan kadang terjatuh. Dik Adhan yan g belum banyak tahu fungsi hp hanya meniru saja dan tak salah sih.

Saat ini hobi barunya ya mainan telepon rumah. Awalnya hanya memencet hand free sehingga suara telepon terdengar keluar. Dia biasanya tertawa ketika mas Afin mematikan mode hand free. Beralih ke redial sehingga telepon terakhir ke orang lain akan terulang. Kami pun sering buru-buru mematikan sebelum diangkat.

Begitu tahu fungsi tombol angka, kini dia sering menelpon dengan memencet angka. Kadang salah tapi tak jarang benar. Kamipun kembali mematikan telepon itu. Suatu ketika mama papa pulang kerja dik Adhan cerita telah menelpon tentu tak jelas tujuannya namun dia menuturkan hal yang luar biasa.

“Tadi dik Adhan nelpon mama pa. Hayo, siapa ini? Teyus dik Adhan bilang dik Adhan. Dik Adhan cari mama ada? Terima kasih” ungkapnya bercerita. Subhanallah, anak ini luar biasa di usia jelang 4 tahun tahu menelpon dan mencari mamanya.

Nak, lekaslah besar dan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan. Bahagiakanlah bunda, papa dan kakak-kakakmu serta orang sekelilingmu. Tuturkanlah kejujuran, kebenaran dan keIslaman yang sesungguhnya karena nilai-nilai itu kini hampir sirna.

27 Juli 2013

Sakit Panas, Dik Adhan Tetap Tenang Tak Rewel


Hari Kamis 25 Juli 2013 badan adik panas. Awalnya Rabu malam sudah terasa sumeng badannya. Mama berpikir adik hanya agak panas karena kelelahan bermain. Sehingga tidak begitu dipikirkan. Pagi-nya hari Jum'at, badan adik baru terasa benar-benar panas, bahkan sampai 38,5 derajat.  Dan tidak seperti biasanya, adik rewel.

Minta di temani mama terus, minta diemban (gendong), minta di pijiti. Biasanya kalau sakit nggak terlalu rewel, dan cenderung anteng untuk anak seusianya. Kali ini lain dari biasanya. Alhamdulillah meskipun rewel tetapi makan masih mau, meskipun tak selahap biasanya. Minum obat penurun panas juga mau meskipun awalnya nolak dengan bilang “nggak mau, nggak enak”.


Untung saja rewelnya hanya sampi siang hari. Setelah siang-malam adik sudah bermain biasa meskipun badan masih panas. Dan yang terpenting tidak rewel minta gendong dan bentar-bentar ngambek. Kamis  malam panas adik mencapai 39,5 derajat, membuat mama papa dan mas, mbak khawatir. Obat penurun panas diminumkan plus dikompres dahinya.

Berharap panas bisa segera turun. Mama papa tak kunjung berhenti berdo’a agar adik segera membaik. Melihat adik tidur gelisah dan sebentar-sebentar bangun mencari mama,  membuat trenyuh. Tidur yang tak nyenyak tidak akan mempercepat kesembuhan. Beberapa kali dibujuk untuk dipeluk papa tanpa baju agar panas badan berkurang dan berpindah ke papa, adik hanya mau sekali dan itupun sebentar.

Sama mas Afin dan mama juga hanya sebentar tak lebih dari 5 menit. Sepertinya nggak merasa nyaman dipeluk tanpa  baju. Tengah malam karena kelelahan, mama tertidur dan adik di gendong sama papa setelah mimik susu.. Jum’at pagi panas badan sudah turun menjadi 37,5. Mama dan papa membawa adik ke puskesmas untuk diperiksakan.

Alhamdulillah, menurut dokter  adik hanya flu biasa. Adik hanya diberikan vitamin saja tanpa obat lainnya, tetapi kalau masih panas dalam 2 hari diminta ke pukesmas lagi.  Alhamdulillah, sampai hari Minggu ini kondisi adik sudah biasa saja. Panas badan sudah normal, makan sudah biasa dan bermain seperti biasa .**

25 Juli 2013

Kacamata Mas Afin Hancur Berkeping

Kamis 24 Juli 2013 kemarin, tanpa segaja mas Afin sudah membuat mama jengkel. Saat di jalan depan Pom Bensin Purwosari saat hujan gerimis datang, kacamata mas Afin terjatuh dan pecah berkeping-keping. Semua  terjadi begitu cepat dan tanpa disegaja. Kacamata basah terkena air hujan, mas Afin bermaksud melepasnya.

Saat sudah di tangan, entah kenapa kacamata bisa terjatuh. Motor melaju kencang karena sebelumnya menunggu antrian motor dan mobil yang lewat di perempatan tengah jalan  yang sangat ramai. Baru melaju sekitar 50 meter, mbak Alma bilang kalau kacamata mas jatuh. Mama menghentikan motor di pingggir jalan dekat pasar buah.

Mas Afin turun dan berjalan mencari kacamata. Sebenarnya sudah minta ditemani mbak Alma, karena dia bilang pasti nggak kelihatan tanpa kacamata. Tapi mbak Alma hanya turun sebentar dan tak jadi menemani kakaknya. Mama masih sibuk menepikan motor dan mencari tempat parkir. Setelah itu baru menyusul mas Afin yang sudah di tengah jalan sambil celingukan mencari kacamatanya.

Jelas mama tidak tega melihat mas Afin di tengah keramaian lalu lintas siang yang sangat padat. Lagipula bus dan kendaraan tak nampak mengurangi kecepatan laju kendaraan ketika melihat ada anak di tengah jalan. Dari jauh mama melihat ada   bingkai  kacamata yang di bawah dan terlihat remuk. Maka mama menghampiri  mas Afin dan mengajak  pulang.

Kalaupun kacamata ketemu pastilah sudah remuk berkeping-keping dan tak mungkin terselamatkan. Sorenya mas ditemani papa ke optik  untuk memesan kacamata. Karena ini keteledoran mas yang kesekian kali (sudah beberapa kali kacamata ganti atau masuk reparasi karena mas teledor), mama meminta mas membayar sendiri  ½ harga kacamata-nya dengan uang saku mingguan yang dicicil.

Mas menyanggupi karena memang merasa bersalah. Sebenarnya bukan soal uang, tetapi biar menjadi  pelajaran bagi mas untuk bisa bertanggungjawab dan serius dalam menjaga  barang pribadinya.  Kamu harus banyak belajar dari hal-hal yang kamu alami nak.**

23 Juli 2013

Saat Awal Di Kelas VII

Selain dik Adhan, mbak Alma juga memasuki sekolah baru meski tak harus banyak was-was. Sebab di sekolah itu sudah ada mas Afin sehingga tidak banyak hal yang membuat repot. Pada awal masuk sudah dihadapkan pada sessi MOS alias masa orientasi siswa. Persiapan MOS nyaris sama dengan yang mas Afin dulu lakukan yakni menyiapkan topi dengan bola plastik dan rambut tali rafia.

Selama agenda MOS, tidak banyak hal yang mengejutkan karena rupanya mbak Alma segera mampu menyesuaikan diri. Dikelas, ternyata sempat kebingungan dengan ruang sebelah mana akibatnya telat masuk dan duduk agak belakang. Wali kelasnya sama seperti mas Afin, ruangnya sama dan sama-sama di A. Disitu tak ada anak DJI dan sebelahnya anak yang baru dikenalnya. Namanya vivi, anaknya sudah besar dan tinggi.

Dalam pemilihan pengurus kelas, sebenarnya mbak Alma ingin lebih banyak berperan. Sayang pengalamannya di kelas VI membuat dia agak sungkan mengajukan diri. Setelah vivi menunjukkan diri bersedia jadi pengurus kelas, mbak Alma pun mengikutinya. Dia kini memegang menjadi wakil bendahara. Yang cukup mengejutkan adalah jumlah siswi di kelas VII A jauh lebih banyak mencapai 28 orang sedangkan siswanya hanya 10 saja.

Berdasar rekapitulasi pendaftar, dari 38 ini kebanyakan hasil UN berada diatas mbak Alma. Ini harus jadi pemacu semangat belajar mbak Alma dan memotivasi diri. Beberapa hari setelah masuk, menjadi rutinitas bila siang hari sholat dhuhur berjamaah. Rupanya banyak temannya yang sudah datang bulan sehingga tidak ikut sholat berjamaah.

Disisi lain, awal masuk sekolah dilakukan saat bulan Ramadhan yang tentunya mereka bisa tidak berpuasa. Mbak Alma malah berpikir yang belum mengalami datang bulan itu masih kecil. Jadi dirumah sempat menanyakan ke mama. Dijelaskan oleh mama bahwa haid itu tidak bisa diminta datang kapan. Toh mama bilang dulu haid saat SMA dan papa menambahkan tante Alma juga SMP kelas III atau bahkan SMA jadi tak perlu kuatir.

Keberanian Diri Dik Adhan Di Play Group

Hari kedua, ketiga di sekolah, dik Adhan masih ‘amazing’. Tidak ada rasa takut, tidak rewel. 50% teman-temannya masih menangis, bergelayut di tangan mama /papa/pengasuhnya.  Main ditemani atau bahkan hanya berdiri dengan perasaan kuatir dan tidak nyaman. Lain dengan dek Adhan, seperti hari pertama kemarin, hari kedua lancar dan nyarir tak ada masalah. Setelah diantar masuk, dan dibantu melepaskan sepatu, ketika tangannya diajak bunda untik bergabung dengan teman-teman, dengan tanpa rasa takut adik mau ikut.

 Duduk meski tak langsung main, tetapi hanya melihat mainan saja. Seperti kemarin mainan bongkar pasang balok menjadi perhatiannya, biasa untuk  dijadikan kereta api, mainan favoritnya. Mama  sesekali hanya melihat dari lubang kisi jendela, untuk memastikan  keadaan adik. Kemudian mama tinggal pulang stelah berpamitan dengan dek Adhan. Adik hanya mengangguk ketika mama berpamitan dengan janji akan datang menjemput setelah sekolah usai.

Jam 08.50 mama sudah sampai di sekolah, dan  mengintip adik yang masih asyik bermain dengan teman dan bundanya. Di tengah beberapa temannya masih menangis mencari ibunya, adik kelihatan tak terpengaruh dan asyik dengan bunda. Bahkan ketika sudah selesai berdoa, teman-temannya sudah ribut menunggu penjemput di balik pagar yang masih di kunci, adik masih terlihat asyik mengembalikan bola ke keranjang. Ketika bunda minta untuk memakai sepatu dan mengambil tas, baru adik beranjak meninggalkan keasyikan dengan bola-nya.

Saat pulang, salah 1 bunda-nya mengatakan bahwa adik berani lagi seperti hari pertama, yaitu berani bernyanyi ke depan dengan mengunakan micropon. Wuih keren, nggak nyangka ternyata adik lebih PD, berani dan tidak pemalu. Semoga adik selalu begitu dan terus bersemangat berada di komunitas yang baru. Insya Alloh, play group-mu tempat yang tepat untuk bermain dan belajar nak.

17 Juli 2013

Awal Keberanian Di Sekolah Dik Adhan

Tak terasa jelang usia 4 tahun dik Adhan dan kini tentu mulai memasuki dunia baru. Ya dunia sekolah. Mama papa masih merasakan betul bagaimana deg-degan saat mengantar mas Afin maupun mbak Alma ke sekolah. Dulu mereka diantar dengan naik motor waktu masuk play group namun kini dik Adhan memang disekolahkan yang dekat rumah saja.

Apalagi berdasar pengamatan, sekolah dan sistem pendidikan yang dikembangkan tak jauh berbeda dengan sekolah TK mas Afin dulu. Sebelum resmi masuk sekolah, papa sempat memprediksi bahwa dik Adhan bakal minta ditungguin di sekolah. Habis antar mbak dan mas papa sampai rumah pintu ternyata terkunci. Wah berarti mama antar adik ke sekolah.

Setelah jarum jam menunjukkan pukul 08.00 dan mama tak kunjung pulang, papa merasa bahwa dik Adhan sedang minta ditunggui. Dengan rasa penasaran, papa menyusul ke sekolah. Kebetulan siswa sedang diminta keluar ruangan dan bermain di ruang terbuka. Mama sama sekali tak menyertai adik. Papa cukup kaget dan menghampiri mama serta menanyakannya.

Ternyata dik Adhan mau langsung di kelas sendiri tutur mama. Dia bermain bersama guru dikelasnya. Meski sekitar 30 persen siswa baru menangis karena ditinggal oleh orang tuanya, dik Adhan tetap asyik bermain. Diluar ruang tempat jungkat-jungkit, perosotan, merambat dik Adhan awalnya cuma bolak-balik kesana kemari. Sepertinya bimbang mau main apa dan bingung bagaimana mencoba permainan tersebut. Sebab mama papa berada diluar pagar permainan.

Dengan dorongan kata-kata, akhirnya dik Adhan dinaikkan ke jungkat jungkit dan bermain bersama temannya. Setelah itu mencoba menaiki papan/tangga, menyeberang jembatan goyang, memasuki terowongan baru meluncur perosotan. Rupanya menjadi pilihan permainan menarik sehingga dia mencoba sampai 3 kali. Alhamdulillah, sepertinya memang cukup matang usianya sehingga bisa bermain disekolah dan sudah bisa ditinggal.

Menapak Meraih Cita-Cita

Tanggal 15 Juli sebenarnya menjadi moment penting bagi mas Afin, mbak Alma dan dik Adhan. Tanggal itulah ketiganya resmi masuk sekolah tahun ajaran baru. Mas Afin akan mulai di kelas VIII, mbak Alma di kelas VII alias SMP baru serta dik Adhan, menjejak pertama dilembaga pendidikan yakni Play Group. Sebetulnya bagi dik Adhan sudah butuh lama namun umurnya yang nanggung sehingga perlu menyesuaikan dengan tahun ajaran.

Namun yang dibayangkan tidak seperti senyatanya. Hingga 14 Juli tak ada pengumuman atau pemberitahuan dari sekolah dik Adhan bahwa Senin itu masuk. Maka Senin siang dik Adhan bersama mama papa mendatangi sekolah. Gubrakz, hari itu masuk pertama. Pihak TK Fatimah menyatakan sudah sms ke 2 nomor dan ada parenting hari Ahad kemarin. Lah papa mama bingung, tak ada sms masuk.

Jadilah mama papa menerima briefing singkat di ruang guru plus diberi selebaran serta jatah seragam adik yakni 1 baju celana batik serta kaos olahraga serta training. Karena datang jam 10.00, kelas sudah bubar dan kami tak bisa melihatnya. Ya hari Rabulah kelas resmi pertama dik Adhan masuk. Meski demikian adik ga begitu cemberut meski faham.

Rabu pagi yang ditunggu tiba. Dia dibangunkan pagi dan kedua kakaknya menyambut dengan gembira. Adik mereka bakal berseragam dan memasuki dunia baru. Meski bangun tidur agak bermalas-malasan akhirnya baju seragam dipakai. Wuih keren apalagi dilengkapi dengan peci putih, mengesankan betul bagi kami semua.

Sebelum pada berangkat sekolah dan kusut wajahnya, papa menyambar kamera untuk mengabadikan moment pertama pakai seragam. Sayangnya seragam mbak Alma belum jadi sehingga masih memakai seragam saat SD. Tak apalah yang penting ini moment luar biasa bagi kami semua. Tonggak sejarah bagi kalian sendiri akan jadi apa kelak. Yang penting mama papa berusaha meninggalkan jejak untuk kalian turut kembali.

15 Juli 2013

Haid Tak Selalu Tanda Sudah Remaja

Memasuki tahapan baru dalam belajar, masuk SMP rupanya membuat mbak Alma tambah bersemangat.  Meski  tahun pelajaran baru pada saat bulan puasa,tetapi tak terlihat wajah kecewa, malas dan enggan. Bangun pagi seperti biasa kemudian ke sekolah dengan riang. Bahkan ketika pulang sekolah terlihat tak ada beban di wajah mbak Alma.

Dari cerita yang mbak Alma tuturkan, rupanya dia cukup nyaman  belajar di MTSN 1 Surakarta. Ada banyak teman-teman  baru yang sudah klik, berasal dari berbagai kalangan. Babak baru dengan sekolah , guru, teman, lingkungan yang baru tak membuat malas dan jengkel. Paling tidak 1 point penting sudah tergenggam, tidak salah dalam memilih sekolah.

Karena di awal sebelum masuk sekolah, mbak Alma sempat mengeluh tak ada teman-teman akrabnya semasa di SD. Rasanya mbak Alma merasa berat berpisah dengan temannya sejak kelas 1 dan  tak yakin bisa mendapatkan penggantinya. Ternyata tidak seperti yang papa mama kuatirkan.

Pulang sekolah di hari pertama, mbak sudah membawa beragam cerita salah satunya tentang sudah banyak teman-temannya yang sudah mendapatkan Menstruasi. Mbak Alma bertanya ke mama, kapan dia dapat M seperti teman-temannya. Memang sejak SD, sekitar 40% teman putrinya sudah M, sementara mbak Alma belum.

Waktu SD mbak Alma nggak kuatir dan biasa saja. Tetapi ketika SMP banyak temannya yang ternyata sudah M, mbak Alma  terlihat panik dan resah. Meskipun mama sudah menerangkan, tetapi saja mbak penasaran dan terus-terusan bertanya ,”kapan aku dapat M ya? Biar nggak kayak anak kecil lagi.”
Dialog mama dengan mbak Alma.

Setelah hari itu, mbak Alma sudah tenang seperti semula, semoga dia lebih paham dan mengerti kalau setiap individu mempunyai siklus dan hormon yang berbeda. Tetap bersyukur atas apa yang telah  diberikanNya mba, insya Alloh semua akan datang pada waktunya. **

03 Juli 2013

All About Kereta Api

Awalnya hanya sering melihat kereta api via you tube saat makan pagi atau sore. Ada juga lagu pengantar sehingga makin membuat dik Adhan tertarik. Kadang juga lihat kereta kelinci dijalan meski sampai sekarang belum pernah naik karena tidak lewat depan rumah. Pun naik mini coaster juga baru kemaren saat berlibur ke Sriwedari.

Yang jelas tentang kereta api benar-benar menyita perhatian dik Adhan. Beberapa nama kereta dihapalnya terutama kereta lokal seperti Prameks, Sriwedari maupun Madiun Jaya. Sudah 3 trip dik Adhan merasakan kereta jarak dekat (ke Jogja). Kalau mas Afin dan mbak Alma beberapa kali naik kereta Pandanwangi jurusan Solo - Semarang dan dilanjut Kaligung jurusan Semarang - Pekalongan.

Sayang sekali jalur Solo - Semarang sudah tutup sehingga dik Adhan tidak pernah merasakan sensasi naik kereta jurusan sedang, agak lama serta tidak begitu ramai. Meski demikian, imajinasi kereta api cukup berkembang dalam alam pikirannya. Terbukti seringkali bila bermain sesuatu kebanyakan tentang kereta api. Apapun barang akan dijejernya dan diibaratkan kereta.

Lihat saja dalam rekaman gambar yang sempat diambil, kadang ikat pinggang, bungkus rokok dan korek, balpoint hingga tempat hp. Yang tidak sempat terekam itu misalnya buku, tali rafia dan beragam benda lain. Mainan kereta juga dinikmati betul sembari tiduran supaya imaji itu bisa hadir dan nyata dihadapannya. Dari 6 kali pengambilan gambar, 5 kali diantaranya dengan tiduran dan kepala mendekat pada "kereta".

Hampir tiap anak kecil memang suka dengan kereta. Bisa jadi karena terlihat aneh, menyenangkan, menarik dan dilihat pada waktu tertentu saja. Beda dengan mobil, sepeda, becak atau motor yang tiap saat bisa dilihat. Namun kesukaan mas Afin dan mbak Alma terhadap kereta api, tidak seperti dik Adhan sekarang ini.

26 Juni 2013

Perekam Handal

Anak-anak dibawah 5 tahun memang menjadi peniru ulung yang sangat jenius. Seringkali tanpa diajari berbagai polah mas Afin dan mbak Alma ditirunya. Mereka sering bermain bersama termasuk bertutur "nddaak" atau kini tren baru "jangian". Ah dari mana lagi iseng meniru yang dibuat-buat begitu. Tapi itulah si kecil Adhan yang kapasitas otaknya Subhanallah. Mengejutkan kami semua.

Perkembangan pola pikirnya jauh melampaui yang pernah dialami kakak-kakaknya. Bermain game online via internet, membuka mozilla, shut down laptop hampir semua bisa dilakukan sejak usia 3,5 tahun. Tanpa diajari dan hanya mengamati saja. Dari pembelajaran ini, mama papa ingatkan mas dan mbak untuk lebih berhati-hati berbicara.

Keasyikan menikmati es krim bertiga
Suatu saat dalam sessi bermain rumah-rumahan dengan mbak Alma, ada adegan ke belakang dan melakukan BAB sembari berkata "jo jot jo jot" diingatnya betul. Akibatnya bolak-balik kata itu diulang. Menghapusnya juga tak mudah. Kalau hanya dirumah tak masalah, lha kadang pas di supermarket berteriak begitu.

Satu hal lagi, bila jelang malam nginthil mama kemanapun mama beranjak. Rupanya saat sekolah benar-benar sudah tiba karena dia membutuhkan sosialisasi lebih banyak. Perlu ada pendidikan yang lebih fokus dan kami sudah mendaftarkan ke play group terdekat. Esok Juli dik Adhan akan segera memasuki jenjang awal pendidikan formal.

Semoga ruang kelas mampu menambah pengetahuan serta daya tangkapnya melengkapi apa yang sudah banyak dia pelajari dari semua hal dirumah. Sudah mulai banyak bertutur, bercerita, menirukan beberapa iklan yang disukainya.

Persami Kedua Mas Afin

Pada hari Sabtu - Senin/22 - 24 Juni mas Afin mengikuti kegiatan perkemahan Persami MTSN 1 Surakarta. Ini perkemahan kedua kalinya yang diikuti setelah pada saat SD sempat diikutinya. Kegiatan bersifat wajib sehingga setiap siswa harus mengikuti. Kebetulan kegiatan dilaksanakan di daerah pelosok di Kabupaten Boyolali tepatnya di desa Kenteng Ngemplak Boyolali. Pagi hari papa mengantarkan mas Afin ke lokasi yang cukup jauh.

Bagi mama papa, ini kesempatan mas Afin belajar pada lingkungan yang jauh dari kota. Meski diketahui bahwa tidak banyak pembelajaran secara mandiri yang selama ini dilakukan. Awalnya mas berpesan untuk tidak usah ditengok namun apa daya, rasa hati tak kuat sehingga pada Minggu malam mama dan papa menengok sembari membawa beberapa makanan kecil. Ditenda yang katanya diisi 14 anak, tentu terlihat sempit. Sisi positifnya, bila malam tiba kami tak merasa khawatir mas Afin kedinginan.

Dari cerita mas, ada 2 hal yang berkesan yakni uji nyali serta prosesi rencana pindah perkemahan. Saat Minggu malam semua siswa dikumpulkan di lapangan pukul 23.00. Ternyata mas Afin terpilih untuk mengikuti kegiatan uji nyali. Sempat masuk di 3 kuburan yang menjadi rute. Alhamdulillah meski ditakut-takuti berbagai bentuk makhluk halus mas Afin tenang saja. "Soalnya keliatan banget kalau barang itu jadi-jadian" cerita mas.

Pada makam yang bertama ditakut-takuti sejenis makhluk halus dan mas lolos. Kebetulan di makam kedua, ketahuan tak bawa kartu identitas sehingga diminta mencari nisan dengan nama serta "bin" siapanya. Meski ada cahaya rembulan cukup terang mas Afin kesulitan mencarinya. Sementara teman satunya sudah menemukan dan melanjutkan perjalanan. Pembina yang mengetahui mas kesulitan, meminta untuk melanjutkan perjalanan.

Di makam ketiga, mas diminta menanyakan nama 2 pembina di posko sebelumnya. Akhirnya mas Afin kembali lagi ke makam kedua. Ditengah jalan bertemu Fariz, temannya saat SD. Mereka berdua kemudian menuju ke posko sebelumnya. Setelah selesai tugas, mereka diminta duduk bersila dan mata ditutup dengan hasduk. Disitu dilakukan tausiah kakak pembina tentang pentingnya "mendengar" dan "patuh" pada orang tua.

Esoknya seluruh siswa diminta segera memberesi perkemahan dan pindah lokasi. Kelelahan yang mendera membuat mas terlambat beres-beres. Bersama salah satu temannya, mereka berjalan gontai menyusuri jalan dan bertemu salah satu guru. Saat itu belum jauh meninggalkan lapangan kenteng diberitahu bahwa ga jadi pindah lokasi. Bahagialah mas Afin sementara teman-teman lain bahkan ada yang sudah sampai lokasi baru. Pengalaman yang akan berkesan hingga besar nanti.

21 Juni 2013

Pendidikan Dasar Mbak Almapun Tuntas

Tuntas sudah pendidikan sekolah dasar yang ditempuh mbak Alma selama 6 tahun. Berbagai suka dan duka pernah dialaminya di sekolah yang ada di jalan Agus Salim Solo. Selama menempuh pendidikan, prestasinya memang belum pernah mencapai yang terbaik meski posisi sekelas lebih banyak 10 besar. Sedang teman-teman lainnya bergantian di posisi atas atau dibawah mbak Alma. Pada hasil akhir seperti Ujian Negara, mbak Alma mencapai hasil optimal terutama Matematika yakni mendapat nilai 100.

Pada acara akhirussanah 20 Juni 2013 yang diselenggarakan di Gedung Wayang Orang Sriwedari, mbak Alma mendapat kesempatan menerima 3 penghargaan dari sekolah. Penghargaan pertama yakni siswa yang hasil UN mencapai nilai 100. Ada 7 anak yang mendapatkannya dengan rincian 6 nilai sempurna untuk matematika dan sisanya nilai sempurna Bahasa Indonesia. Rekan sekelasnya pada kategori ini ada 3 orang sehingga cukup melegakan wali kelasnya.

Berfoto bersama pak Chomzy Wali Kelasnya
Kesempatan penghargaan kedua yakni sebagai siswa berprestasi yang meraih juara 2 lomba menulis Cerpen yang diadakan oleh Yayasan Al Firdaus dalam memperingati Milad ke 2 windu. Juara 2 ini makin mengukuhkan mbak Alma sebagai penulis yang produktif. Dalam 2 tahun terakhir yakni saat kelas V dan VI mampu menghasilkan 6 buah buku yang terdiri dari 2 Kumcer, 2 Novel dan 2 Kumcer bersama penulis lain. Termasuk didalamnya nominasi 20 Cerpen Favourite CV Indiva serta lomba menulis cerpen Yayasan Al Firdaus.

Penghargaan ketiga yakni sebagai siswa yang khatam khoso' yakni hafal juz 30 beserta surat atau hadits tertentu. Mbak Alma diwisuda bersama 8 siswa lain. Sebelum Akhirussanah, ada ujian didepan para wali siswa dan momentum ini sangat mengharukan. Apalagi saat mereka berdzikir bersama. Papa, pak Chomzy serta beberapa orang tua tak tahan meneteskan air mata haru dan bahagia melihat anak-anak usia 11 - 12 tahun yang mampu mencapai prestasi gemilang.

Kini, pasca tuntasnya pembelajaran di SD mama papa berharap mbak Alma terus dapat mengembangkan kapasitas diri baik secara keilmuan maupun sosial. Apalagi dalam hal kepekaan sosial masih perlu ditingkatkan. Apapun kepekaan sosial menjadi hal yang penting agar dalam menjalani hidup dimasa mendatang mampu melihat dan membaca lingkungan. Selamat dan tingkatkan diri ya mbak Alma.

10 Juni 2013

Hasil UN Mbak Alma Memuaskan

Setelah berharap-harap cemas, akhirnya nilai UN mbak Alma keluar. Hasilnya bagi kami sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Ada yang lebih dan kurang namun setidaknya itu sudah pas dengan usaha yang ditunjukkan oleh mbak Alma. Selama 4 kali uji coba, nilai yang didapatkan telah tergambar berkisar pada angka 24. "Kalau memang segitu ya tidak apa-apa tho pa" kata bundanya.

Bagi kami, sering menegaskan bahwa jauh lebih penting kejujuran mbak Alma meraih nilai tersebut bukan sekedar nilai berapa yang didapat. Pemahaman dari mengerjakan soal dan kejujuran menjadi hal yang berulang kali ditekankan bagi mbak Alma. Hal ini sebagai upaya mendidik sejak dini berperilaku "bersih" sebab ini yang akan menjadi bekalnya kelak.

Pada try out I, mbak Alma meraih nilai dengan jumlah 24,8 kemudian pada kali kedua meraih jumlah 24,96, di try out ketiga 24,85. Nilai ini kemudian melonjak drastis saat Ujian Sekolah yang mendapat 26,89 dengan rincian BI 8,86; Matematika 8,73; dan IPA memperoleh 9,30. Meski demikian, tidak mudah menjaga kondisi mbak Alma supaya tidak terganggu persiapannya saat UN.

Tanggal 8 Juni akhirnya diumumkan bahwa nilai mbak Alma telah keluar dengan jumlah 26,65 sebuah jumlah yang lumayan fantastis bagi kami. Hanya sayangnya nilai yang diperoleh tidak merata misalnya mendapat 7,25. Padahal BI bisa di angka 9,40 apalagi matematika mampu mendapat hasil sempurna 10.00. Tentu kabar yang luar biasa membahagiakan kami.

Apalagi dalam 1 sekolah peraih matematika 10.00 hanya 6 anak saja. Nilai ini tidak hanya mengejutkan bagi kami namun juga kakaknya yang jago matematika. Mas Afin turut mengucapkan selamat dan semoga tetap dipertahankan prestasinya. Selamat ya mbak, makin rajin belajar yah

S-A-R-A-H (Fiksi)

"Sarah..."panggilnya. "Kenapa, Zara?"tanyaku. "Tolong ambilkan cokelat itu,"pinta Zara, saudara kembarku. "Ya, tunggulah" aku berjalan pelan-pelan sambil meraba-raba. "Zara, dimana cokelatnya?"tanyaku sambil terus meraba. "Di meja pojok. Hati-hati ya Sarah,"

aku hanya mengiyakan sambil berjalan ke pojok, lalu kembali kuraba permukaan meja. "Dekat tangan kanan Sarah,"beritahu Zara tiba-tiba. Aku meraba sekitar tangan kananku dengan tangan kiri. Tiba-tiba, aku menyentuh sebuah benda. Segera kuambil, kemudian kubawa ke tempat Zara.

"Ini, Za."kataku sambil memberikan benda yang kuambil tadi. "Makasih, ya Sarah. Sejak aku kecelakaan, kamulah penolongku yang terbaik."kata Zara lembut. "Ya. Aku harap, aku bisa menjadi pengganti kedua kaki Zara yang sudah diamputasi."sahutku sambil duduk. "Kau bahkan lebih baik dari itu,"puji Zara. "Eh, lihat. Itu Mia,"katanya sambil melakukan sesuatu dengan tangannya. Kurasa ia menunjuk arah pintu. Mungkin disana berdiri Mia, adik kami yang... 

"Mia, sini"panggil Zara. Aku menyipitkan mataku. Aku tidak buta total, lho. Aku bisa melihat tapi sangat remang-remang, jadi tidak jelas. Seperti kau yang sedang melihat di pukul enam sore, tanpa cahaya satupun. Aku saat melihat keadaannya seperti itu, walau ada cahaya paling terang sekalipun.

Aku mendengar suara yang lewat di depanku. "Nah, Mia. Ayo duduk sini. Yuk main!"aku mendengar suara Zara yang riang. "Kita belajar berhitung, ya Mia... Ini berapa?"Aku melihat samar-samar, Zara mengacungkan telunjuknya ke Mia. Lalu kudengar Mia menghentakkan kakinya satu kali. "Pintar Mia!"puji Zara. Mia menjawab pertanyaan dengan gerakan tangan, atau hentakkan kaki. Tapi, yang mengerti semua itu hanya aku, Zara, Ibu, dan Nenek.

Hmm... biar kuceritakan dari awal.

Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak pertama tentu saja zara. walau dia kembaranku, tapi dia dianggap kakak karena lahir 5 menit sebelum aku. Aku dan Zara berumur sepuluh, sedang Mia berumur tiga tahun.

Aku sejak lahir buta total. Lalu, dengan sebuah mukjizat, aku kembali dapat melihat walau remang-remang sekali, seperti yang kuceritakan.

Zara anak normal tanpa cacat dari bayi. Tapi hanya bertahan sampai dia berumur 7 tahun. Kaki Zara tanpa sengaja terlindas truk saat ia terserempet truk. Kala itu ia berumur 7 tahun. Zara langsung dibawa ke rumah sakit (dibayari sopir truk yang bertanggung jawab atas roda truk yang melindas kaki Zara). Karena jaringannya sudah membusuk, kedua kaki Zara terpaksa diamputasi, tapi sampai lutut saja.

Sedang Mia, dia memang bisu sejak kecil. Mia di ajari nenek cara menjawab orang-orang yang menanyainya, dengan hentakan kaki misalnya. nenek pula yang merawatnya, di samping ibu. Sekarang, ibu kerja di Arab sebagai TKW. Makanya, nenek jadi 24 jam merawat dan mengasuh Mia. Sehingga Mia sangat sayang pada nenek.

Di rumah kecil ini, hanya ada aku, Zara, Mia dan nenek. ibu hanya pulang 3 bulan sekali. nenek membuat kue sebagai penghasilan sehari-hari. Sedang uang yang dikirim ibu di tabung sebagian, sebagian lagi untuk keperluan sehari-hari atau acara jika uang hasil penjualan nenek tidak mencukupi.

Jangan tanya aku tentang bapak. Aku tidak mau mengingatnya. Karena, menurutku dia jahat dan kejam. Ibu pernah bercerita, dulu sewaktu nikah sama bapak, ibu kaya karena bapak pintar dan sukses. Sebulan kemudian, ibu hamil aku dan Zara. Sesudah aku dan Zara lahir, bapak kaget dan marah. Marah karena cacat mataku. Bapak mengusir ibu. Ibu sudah memohon-mohon, tapi bapak orangnya keras kepala, dan tak berperasaan. Bapak tetap mengusir ibu. Ibu langsung pindah ke rumah nenek. Untunglah, nenek bersedia tinggal bersama ibu dan merawat kedua cucu kembarnya yang satunya cacat mata.

 Begitulah. Maka sejak itu, akupun dibesarkan di lingkungan desa nenek yang damai dan tenteram. Maka, aku dan Zara tumbuh dengan sehat tanpa racun (ceilah...).

Balik lagi...

"Hooaaaam..."aku menguap. "Za, aku ngantuk. Mau bobok dulu ya!"ijinku sambil berbaring di kasur yang sudah usang di dalam kamar. "Ya, Good Night, Sarah". Lalu aku tertidur dan melihat gerbang mimpi.

"Ha, kamu Sarah, kan?!"kata lelaki itu.

"I... iya. Bapak siapa, ya?"

"Aku Sutanto!"

Ha?? Sutanto kan nama Bapak. Jangan-jangan orang ini memang bapak!

"Ba... bapak... itu bapakku ya?"

"bocah polos! Aku memang bapakmu!"

Ba... bapak! Benarkah itu?

"Lalu... bapak kesini mau jemput Sarah?"

"kamu pikir apa?!"

"Pak... aku takut kalau digalaki seperti itu. Aku kan anaknya Bapak,"

"Tapi bukan berarti aku tidak bisa berbuat seperti itu!"

Galak banget, nih Bapak. Serem lagi.

"He, Jo! Cepat bawa bocah ini!"bapak berseru. Aku deg-degan. Tiba-tiba... "ARGGH...!"aku berusaha meronta dari sekapan seorang bapak-bapak. 

"Diam!"seru bapak beriringan dengan dorongan yang diarahkan ke aku. Aku jatuh ke sebuah kursi empuk. Aku rasa, ini kursi mobil. "Bapak kalau bawa aku pelan-pelan aja, dong!"aku protes. Terdengar pintu mobil dibanting. Lalu suara mesin menyusul.

 "Wah, kemana, nih? Bapak mau bawa aku jalanjalan ya?? Cihuuy... asyik dong!"aku berceloteh. Tidak ada yang menanggapi. Mungkin di jalan. Semuanya nggak minat bicara, ya?pikirku. Setelah itu aku diam sambil menikmati kursi mobil yang empuk. Tanpa sadar, aku tertidur.

"Hoaam..."aku bangun. Aku membuka mataku. Lalu kukerjap-kerjapkan. Aku tidak melihat satu cahaya pun. Aku berdiri, lalu berjalan sambil meraba-raba. "Bapak?"panggilku sambil trus meraba. Tak ada sahutan.

"Ibu?"

"Zara?"

"Mia?"

"Nenek?"

Tidak ada jawaban satupun. Tiba-tiba aku mendengar suara tawa menggelegar. Aku gemetar ketakutan.

"Kau sendiri di rumah ini, bocah kecil! Nanti, pukul dua belas, aku akan jemput kau, lalu akan kubawa ke Malaysia. Aku akan mengantarkanmu ke pembeli pertama yang berminat. Kau akan jadi budak disana!"seru suara itu sambil tertawa seram. Aku bergidik. Lalu aku mendengar suara langkah kaki menjauh, dan membanting pintu. Aku juga mendengar putaran anak kunci.

"anybody... help me please..."

 


Template by:

Free Blog Templates