23 Maret 2011

Bersepeda ke Sekolah

Tanggal 14-18 Maret lalu mama kembali terbang ke Menado, untuk menyelesaikan pekerjaan di kantornya. Perginya mama selama 5 hari membuat kami semua merasa kehilangan apalagi untuk beberapa hari yang sungguh sangat lama. Jelang keberangkatan, hati kami gundah gulana. Dik Adhan juga terlihat agak rewel malam hari sebelum mama terbang.

Kami tidak bisa apa-apa selain hanya mendoakan semoga semua baik-baik saja dan mama segera kembali ke rumah. Beberapa waktu lalu, ketika mama ke Menado suasana begitu tidak mengenakkan. Adik batuk pilek, mb Alma batuk dan mas Afin sempat diare 3 hari. Papa kelimpungan ngurus ini itu.

Untunglah kemarin tidak ada kejadian yang menyedihkan dan hari sungguh cepat berlalu. Tanggal 15 mbak Alma sempat merasa pusing. Kata papa sih cuma kecapekan sehingga butuh istirahat. Alhamdulillah esok harinya sudah bisa masuk sekolah. Dik Adhan yang tiap mau tidur sama mama, tidak rewel meski ga ada mama. Hari-hari yang dilalui juga ceria, makannya juga nambah.

Mama yang ada di Menado jadi tidak terbebani melewati hari tanpa anak-anaknya. Sehari setidaknya 3-4 kali menelpon untuk tanya kabar, tugas rumah dan beberapa hal lainnya. Mb Alma memang sempat sedih dan kepikiran mama namun setelah dibujuk papa, kesedihan itu berangsur beralih pada soal lain.

Pagi setelah mas dan mbak sekolah, papa ngurusi dik Adhan seperti mandiin, dede, jalan-jalan dan tidur pagi. Siang juga nemeni tidur trus sorenya mandiin sama ngajak jalan-jalan dengan mbak Alma atau mas Afin. Walau bagaimanapun meski terlihat lancar tetap saja ada yang hilang dari kami semua tanpa mama dirumah.

Apalagi pas hari Jum'at saat papa menjemput mama. Mas dan mbak waktu itu masih pramuka serta kebetulan pesawat agak telat turun. Antrian ambil tas juga lumayan lama nongolnya sehingga waktu jemput jadi semakin molor. Meski mas dan mbak sudah ditelpon untuk sabar menunggu, tetap saja mereka kesal.

Begitu papa muncul di depan gerbang sekolah ditemani 1 guru saja (karena mas dan mbak sudah diluar, sekolah mau ditutup) mas Afin membentak keras dan merasa kesal. Mbak Alma juga ngomel. Di jalan papa bilangin tentang kondisi yang sebenarnya kenapa telat menjemput. "Bukannya malah bersyukur papa masih bisa jemput dengan selamat" kata papa mengingatkan.

Mas dan mbak terdiam hingga sampai pintu depan rumah. Suasana terasa kaku dan mereka malah tidak memperdulikan mama yang baru sampai. Malam harinya, mas dan mbak dibilangi untuk tidak mengulangi lagi. Dan sebagai ganjarannya, minggu depan ke sekolah harus naik sepeda diluar hari les.

11 Maret 2011

Motor-Motor Kami


Memulai kehidupan berkeluarga langkah awal merencanakan keluarga yang bermanfaat bagi sesamanya. Memulai sesuatu dengan perjuangan dan susah payah itu hal lumrah apalagi dengan seadanya. Salah satunya motor sebagai alat transportasi. Pasca menikah tidak memiliki apa-apa. maka dari itu, direncanakanlah membeli motor.

Apa daya dana yang ada sangat pas-pasan sehingga meminta bantuan pakde untuk pengadaan. Meluncurlah ke Cilacap untuk mencari kuda besi dengan uang cuma Rp 800 ribu perak. Tentu harapannya dapat motor lumayan karena kami tak mengerti soal motor. Kenapa ke Cilacap? Karena ada pakde yang lebih tahu.

Dua hari disana dapatlah motor Suzuki Crystal warna hijau tua yang kliatannya seperti hitam. Itu motor pertama yang berhasil digaet tentu dengan bantuan tambahan pakde. Mana cukup tahun 1999 dapat motor dengan uang itu. Dari Cilacap motor ditunggangi menuju Solo. Selama perjalanan hujan deras menemani sehingga jas hujan yang dipakai robek-robek tertiup angin.

Setidaknya 2 tahun motor itu menemani hari-hari dan mas Afin sempat menikmatinya. Bahkan kami sempat membawa motor itu ke Pekalongan. Setelah 2 tahun motor itu kami ganti dengan Honda GL Pro yang keluaran tahun 1992 kalau tak salah. Sayangnya motor itu tak begitu bagus hingga sering mogok kalau hujan.

Tepat jelang mbak Alma lahir, papa terpaksa menuntun motor itu dari tugu lilin (rumah bersalin) hingga dekat perumahan. Karburator kotor dan tak ada bengkel buka karena masih jam 6 pagi. Mama pulang naik becak untuk ambil baju buat persalinan dan baju bagi bayi mbak Alma.

Pasca melahirkan, papa menuju Klaten membawa ari-ari mbak Alma memboncengkan mbah Uti Klaten. Ditengah jalan sempat ditabrak motor baru yang dikendarai anak smp. Tangan papa retak dan untungnya masih bisa mengendarai kembali hingga Solo. Setelah berpikir cukup matang, kami memutuskan ganti motor baru saja yang biayanya bisa lebih murah.

Beli bisa mahal namun perawatannya jauh lebih mudah dan murah. Tahun 2002, diambillah motor Suzuki Shogun yang saat itu sedang booming. Shogun itulah yang menemani selama lebih dari 9 tahun hingga sekarang. Dulu sempat mau diganti tetapi mama nggondeli soalnya sudah banyak sejarahnya.

Kini, motor itu masih setia bersama kami bahkan hingga dik Adhan hadir melengkapi kebahagiaan bersama. Meski cuma 1 motor, anak-anak tidak terlalu menuntut untuk ganti. mereka malah meminta ada motor baru karena sudah tidak muat untuk berlima. Berempat saja kalau pulang sekolah sudah tak muat.

06 Maret 2011

Koq yo ramai lagi

Nampaknya hari libur benar-benar menjadi hari yang agak merumitkan bagi seisi rumah. Apapun bisa jadi pangkal perselisihan diantara kami. Agenda bepergian bersama sudah semakin berkurang karena mas Afin dan mbak Alma sudah bertambah besar dan kasian ninggal dik adhan terus. Akibatnya lebih sering dirumah.

Bila papa mama pergi, mas Afin memanggil temannya entah tetangga maupun teman sekolah. Sedangkan mbak Alma lebih sering main dengan tetangga atau meneruskan menulis novelnya dan diselingi menemani dik Adhan. Kalau toh pun tidak sesekali ikut pergi entah ke tempat mbah maupun pergi sebentar dengan dik Adhan.

Mas Afin bila temannya belum datang, dulu sering main PS sendirian. Karena sekarang rasa takutnya yang tetap besar, kalau tidak ada teman diatas dia akan bermain dibawah. Sayangnya lebih banyak nimbrung mainan adiknya. Entah mbak Alma maupun dik Adhan yang memang belum banyak bermain sendiri.

Akibatnya sering ada perselisihan seperti hari tadi ketika papa mama pergi ke rumah mbah Klaten. Mbak Alma yang sedang bermain dengan mbak Shifa, mainannya dirusuhi sehingga muncul perkelahian. Ah....pertengkaran terhenti karena temannya kemudian datang dan mereka asyik diatas.

Kalau tohpun tidak begitu, sering main PS atau main game di internet kelewat waktu. Tidak hanya sholat tapi makan juga sering telat. Bila dibilangi, amarah muncul duluan dan ini berakibat pada perdebatan yang cukup panjang dengan papa. Beberapa kali dari konsekuensi berdebat dengan papa, akhirnya hukuman yang keluar.

Temannya sudah hampir 3 minggu tiap hari sabtu datang dan menginap. Sebenarnya bukan apa-apa tapi mas Afin kemudian mengacuhkan berbagai hal yang berkaitan dengan rumah. Seperti maunya sendiri dan bila dibilangi terus saja acuh. Rupanya kesabaran papa mama masih saja diuji.

Malamnya, mama pulang arisan bawa roti eh rebutan dan satu menangis sementara satunya menyalahkan. Sampai kapan akan begini? Sedih rasanya papa mama melihat kalian begitu. Sudah seharusnya kalian menyadari bahwa ada banyak hal yang sudah dituruti sama orang tua namun sepertinya selalu saja masih ada yang kurang.

Anak-anakku, bila dibandingkan dengan saat papa mama kecil kalian semestinya jauh merasa nyaman dengan apa yang ada. Tetapi bila saja dianggap ada yang kurang, apa maunya yang masih harus dituruti? tolong ditulis dan disampaikan pada papa mama. Semoga kalian bisa lebih bersyukur....

05 Maret 2011




Hari ini tanggal 5 Maret 2011, aku akan lomba komputer di Sekolah Dasar Islam Internasional Al-Abidin. Aku sudah bersiap-siap untuk lomba komputer. Aku diantar mama sampai ke SD DJI, sekolahku. Setelah itu, kami (aku, Bunga, Aniyq, dan tentu saja Dila) diantar Ayah Dila dengan mobilnya. Aku tidak tahan dengan bau mobil, apa lagi mobil Dila ditambahi pengharum ruangan… Hhh… puyeng!!! 

Sampai di SDII Al-Abidin, kami langsung didaftarkan guru computer kami, namanya Pak Syafi’i. kami masuk Kategori C, karna kami kelas IV. Lomba computer mulai dari kategori A (untuk anak TK), kategori B (anak kelas 1-2 SD), sampai kategori C (anak kelas 3 dan 4). Kategori A dan B masing-masing dua lotre (sejenis kelompok ), sedangkan kategori C tiga lotre.

Kami menunggu dari pukul 07.35 (maksudnya dari sampainya di SDII Al-Abidin ) kira-kira sampai pukul 12.00. akhirnya, pengumuman untuk lotre kategori C dibacakan. Aku, Bunga, dan Dila (maksudnya dari SD DJI, lho!) masuk lotre pertama, kami segera menaiki tangga untuk menuju ruang tunggu komputer. Tak perlu menunggu lama, akhirnya anak-anak yang lolos masuk Final dari kategori B keluar, sebelum kami masuk ke ruang komputer, kami diabsen kembali.

Lombanya agak mudah, lombanya adalah Edugame. Ada tiga playing. Maksudnya, ada tiga permainan yang harus kami kerjakan. Pertama-tama, kami diberi intruksi. Ternyata, game-nya ada waktunya, kata Pak Syafi’i, permainannya ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan. “menang atau kalah, yang penting kamu sudah berusaha sebaik mungkin.”itulah kata-kata yang sering menggema di hatiku dan membangkitkan semangatku, kata-kata itu berasal dari mama sewaktu mengantarku.

Playing pertama adalah menjodohkan, permainannya ada gambar di kotak atas yang disebut loker gambar. Dan dibawah juga ada kotak gambar. Peraturannya, kami harus mencocokkan gambar sama yang ada di loker gambar dan gambar bawahnya, setelah gambar yang ada di loker gambar habis, kami harus mengeklik tulisan berwarna merah dibawah, betuliskan playing 2. Playing 2 adalah berhitung, sedangkan playing 3, mencocokkan nama dengan gambarnya (pake bhs. Inggris, lho! Tapi, aku tahu semua). Misalnya Ear, kita klik tulisannya lalu klik gambar telinga milik gambar orang disebelahnya.

Setelah diberi intruksi, kami mengerjakannya cepat-cepat, di situ juga ada Pak Syafi’i. anak perempuan berbaju pink mengangkat tangannya dan berkata, “sudah, “. Lalu, disusul Bunga, kemudian aku, lalu Dila. Aniyq masuk lotre ketiga. Saat semua sudah selesai, pengumuman siapa yang masuk babak final dibacakan. Ternyata, anak berbaju pink tadi berhasil, jelas saja, dia kan sekolahnya di SDII Al-Abidin. Anehnya, Bunga dan aku tidak dipanggil! Dila dan Aniyq juga begitu. Hatiku sedih sekali setelah pengumuman dibacakan, dengan kecewa, kami pulang tanpa membawa apa-apa.

Walaupun kali ini aku kalah, pasti saat ada lomba lagi aku menang! Aku yakin bahwa aku pasti bisa!

04 Maret 2011

Cepat Sembuh Sayang


Sudah 3 hari ini dik Adhan sakit berbarengan dengan panas dinginnya badan mama. Nampaknya sakitnya mama menjalar ke adik yang memang tiap sore sampai pagi hari lengket seperti lem sama mama. otomatis menjauhkan sakit hampir sebuah harapan yang sulit. Benar saja, paginya langsung adik tak enak badan.

Rabu pagi mama sempat masuk meski kemudian pulang cepat karena badan terasa mriang. Kamisnya kemudian diperiksa ke dokter, demikian pula dik Adhan. Nah saat di dokter itulah dik Adhan teriak-teriak semaunya. Meski sudah dibujuk ini itu, kadang diam dan kadang teriak. Tak jelas apa maunya.

Sampai rumahpun demikian bahkan sejak rabu malam sudah beberapa kali terbangun malam. Nyaris bisa dikatakan tak tidur lebih dari 1 jam sekali terlelap. Otomatis papa mama bergantian atau malah lebih sering mama jagain adik. Soalnya bila coba diajak papa, tetap saja menolak. Itu masih mendingan dibanding jum'at malam.

Bila terbangun entah karena pipis atau memang bangun sendiri, teriak-teriaknya terus saja keluar. Dibujuk nenen, mimik susu gelas atau mengunyah makanan tidak mau. Digendong mama, dielus-elus punggungnya, disandarkan pada bahu papa juga sama saja tidak diam. Kondisi ini terus berlangsung hingga jum'at habis maghrib.

Jum'at malam hingga pukul 22.00 tidurnya lumayan berjeda panjang dan semoga hingga esok hari tetap demikian. Sore sekitar jam 15.00 cukup rewel dan kami memutar otak supaya dia mau maem sore. Pagi hari maem cukup susah meski sembari digendong diajak jalan-jalan keliling perumahan.

Papa memutuskan menyuapi dik adhan dengan cara berkeliling pakai sepeda motor. Mas Afin diajak serta meski memakai sepeda. Harapannya, dik Adhan mau makan dengan variasi penglihatan antara jalan dengan kakaknya. Tidak terlalu jauh dan hanya berputar diseputaran perumahan.

Alhamdulillah, nasi yang disiapkan mama dilahapnya meski ga begitu banyak. Namun setidaknya bisa habis. Obat yang sejak awal diminumkan selalu dimuntahkan, sore itu tetap masuk dan tidak keluar. Semoga esok hari adik kembali seperti biasa dan tawamu hadir kembali. Kami sudah kangen ceriamu seperti dulu.

Giliran Mandi

Beberapa minggu belakangan tiap pagi terus dimulai dengan perdebatan soal siapa mandi duluan antara mas Afin dan mbak Alma. Meski sudah dijadual agar bergiliran tetap saja adu argumentasi antara mereka masih terus terjadi. Papa dan mama sudah berusaha memberi penjelasan namun hal ini terus berlangsung.

Walaupun kamar mandi ada 2 tetapi rupanya semua ingin mandi pagi diatas sehingga selalu berebut. Bila waktu mandi pagi giliran mas Afin, dik Alma yang agak males-malesan dikejar-kejar mas supaya segera mandi. Apalagi giliran dik Alma, maka mas Afin yang lebih sering bangun duluan bertambah keras peringatannya.

Bila jengkel betul, dek Alma mengultimatum malamnya mas Afin tidak boleh tidur dikamarnya. Tentu hal ini menambah emosi mas Afin. Begitulah dua kakak beradik ini berdebat saban harinya tanpa melihat kepentingan penting atas giliran mandi. Kadang kakak juga kelewat jengkel hingga memukul yang menjadikan dik Alma menangis.


Awalnya dik Alma lebih sering bangun duluan dan langsung mandi. Cuma karena mas Afin keasyikan nonton berita olahraga, makanya dia menuntut dibuat giliran. Dulu, berangkat pagi sebelum jam 06.30 menjadi semacam keharusan. Alasannya takut dihukum, malu dan sebagainya bila terlambat.

Padahal seringkali ketika tiba disekolah paling ada 3-4 orang temannya di kelas. Kini mereka jauh lebih santai bahkan terkesan terlambat juga tidak apa-apa. Namun perdebatan tian pagi membuat papa mama risih. Maka dari itu, papa mama berunding supaya ada jalan keluar yang bisa dijadikan patokan terbaru.

Sore tadi diungkapkan pada mas Afin dan dik Alma bahwa mandi gilirannya diganti seminggu sekali. Sepertinya mereka sepakat namun entah nanti akan seperti apa berjalannya kesepakatan itu. Mereka nampaknya bisa menerima tawaran tersebut walaupun belum diputuskan siapa duluan yang dapat jatah mandi diatas.

Yang bikin menambah ramai yakni mas Afin kalau menyuruh kadang disertai tindakan fisik sedangkan dik Alma meski tidak mendapat sentuhan dari kakaknya, ya menangis. Itu menjadikan pagi kami di yellow house (sebutan rumah oleh mbak Alma) semakin berisik. Semoga kedepan tidak begitu lagi.

Template by:

Free Blog Templates