27 Juli 2013

Sakit Panas, Dik Adhan Tetap Tenang Tak Rewel


Hari Kamis 25 Juli 2013 badan adik panas. Awalnya Rabu malam sudah terasa sumeng badannya. Mama berpikir adik hanya agak panas karena kelelahan bermain. Sehingga tidak begitu dipikirkan. Pagi-nya hari Jum'at, badan adik baru terasa benar-benar panas, bahkan sampai 38,5 derajat.  Dan tidak seperti biasanya, adik rewel.

Minta di temani mama terus, minta diemban (gendong), minta di pijiti. Biasanya kalau sakit nggak terlalu rewel, dan cenderung anteng untuk anak seusianya. Kali ini lain dari biasanya. Alhamdulillah meskipun rewel tetapi makan masih mau, meskipun tak selahap biasanya. Minum obat penurun panas juga mau meskipun awalnya nolak dengan bilang “nggak mau, nggak enak”.


Untung saja rewelnya hanya sampi siang hari. Setelah siang-malam adik sudah bermain biasa meskipun badan masih panas. Dan yang terpenting tidak rewel minta gendong dan bentar-bentar ngambek. Kamis  malam panas adik mencapai 39,5 derajat, membuat mama papa dan mas, mbak khawatir. Obat penurun panas diminumkan plus dikompres dahinya.

Berharap panas bisa segera turun. Mama papa tak kunjung berhenti berdo’a agar adik segera membaik. Melihat adik tidur gelisah dan sebentar-sebentar bangun mencari mama,  membuat trenyuh. Tidur yang tak nyenyak tidak akan mempercepat kesembuhan. Beberapa kali dibujuk untuk dipeluk papa tanpa baju agar panas badan berkurang dan berpindah ke papa, adik hanya mau sekali dan itupun sebentar.

Sama mas Afin dan mama juga hanya sebentar tak lebih dari 5 menit. Sepertinya nggak merasa nyaman dipeluk tanpa  baju. Tengah malam karena kelelahan, mama tertidur dan adik di gendong sama papa setelah mimik susu.. Jum’at pagi panas badan sudah turun menjadi 37,5. Mama dan papa membawa adik ke puskesmas untuk diperiksakan.

Alhamdulillah, menurut dokter  adik hanya flu biasa. Adik hanya diberikan vitamin saja tanpa obat lainnya, tetapi kalau masih panas dalam 2 hari diminta ke pukesmas lagi.  Alhamdulillah, sampai hari Minggu ini kondisi adik sudah biasa saja. Panas badan sudah normal, makan sudah biasa dan bermain seperti biasa .**

25 Juli 2013

Kacamata Mas Afin Hancur Berkeping

Kamis 24 Juli 2013 kemarin, tanpa segaja mas Afin sudah membuat mama jengkel. Saat di jalan depan Pom Bensin Purwosari saat hujan gerimis datang, kacamata mas Afin terjatuh dan pecah berkeping-keping. Semua  terjadi begitu cepat dan tanpa disegaja. Kacamata basah terkena air hujan, mas Afin bermaksud melepasnya.

Saat sudah di tangan, entah kenapa kacamata bisa terjatuh. Motor melaju kencang karena sebelumnya menunggu antrian motor dan mobil yang lewat di perempatan tengah jalan  yang sangat ramai. Baru melaju sekitar 50 meter, mbak Alma bilang kalau kacamata mas jatuh. Mama menghentikan motor di pingggir jalan dekat pasar buah.

Mas Afin turun dan berjalan mencari kacamata. Sebenarnya sudah minta ditemani mbak Alma, karena dia bilang pasti nggak kelihatan tanpa kacamata. Tapi mbak Alma hanya turun sebentar dan tak jadi menemani kakaknya. Mama masih sibuk menepikan motor dan mencari tempat parkir. Setelah itu baru menyusul mas Afin yang sudah di tengah jalan sambil celingukan mencari kacamatanya.

Jelas mama tidak tega melihat mas Afin di tengah keramaian lalu lintas siang yang sangat padat. Lagipula bus dan kendaraan tak nampak mengurangi kecepatan laju kendaraan ketika melihat ada anak di tengah jalan. Dari jauh mama melihat ada   bingkai  kacamata yang di bawah dan terlihat remuk. Maka mama menghampiri  mas Afin dan mengajak  pulang.

Kalaupun kacamata ketemu pastilah sudah remuk berkeping-keping dan tak mungkin terselamatkan. Sorenya mas ditemani papa ke optik  untuk memesan kacamata. Karena ini keteledoran mas yang kesekian kali (sudah beberapa kali kacamata ganti atau masuk reparasi karena mas teledor), mama meminta mas membayar sendiri  ½ harga kacamata-nya dengan uang saku mingguan yang dicicil.

Mas menyanggupi karena memang merasa bersalah. Sebenarnya bukan soal uang, tetapi biar menjadi  pelajaran bagi mas untuk bisa bertanggungjawab dan serius dalam menjaga  barang pribadinya.  Kamu harus banyak belajar dari hal-hal yang kamu alami nak.**

23 Juli 2013

Saat Awal Di Kelas VII

Selain dik Adhan, mbak Alma juga memasuki sekolah baru meski tak harus banyak was-was. Sebab di sekolah itu sudah ada mas Afin sehingga tidak banyak hal yang membuat repot. Pada awal masuk sudah dihadapkan pada sessi MOS alias masa orientasi siswa. Persiapan MOS nyaris sama dengan yang mas Afin dulu lakukan yakni menyiapkan topi dengan bola plastik dan rambut tali rafia.

Selama agenda MOS, tidak banyak hal yang mengejutkan karena rupanya mbak Alma segera mampu menyesuaikan diri. Dikelas, ternyata sempat kebingungan dengan ruang sebelah mana akibatnya telat masuk dan duduk agak belakang. Wali kelasnya sama seperti mas Afin, ruangnya sama dan sama-sama di A. Disitu tak ada anak DJI dan sebelahnya anak yang baru dikenalnya. Namanya vivi, anaknya sudah besar dan tinggi.

Dalam pemilihan pengurus kelas, sebenarnya mbak Alma ingin lebih banyak berperan. Sayang pengalamannya di kelas VI membuat dia agak sungkan mengajukan diri. Setelah vivi menunjukkan diri bersedia jadi pengurus kelas, mbak Alma pun mengikutinya. Dia kini memegang menjadi wakil bendahara. Yang cukup mengejutkan adalah jumlah siswi di kelas VII A jauh lebih banyak mencapai 28 orang sedangkan siswanya hanya 10 saja.

Berdasar rekapitulasi pendaftar, dari 38 ini kebanyakan hasil UN berada diatas mbak Alma. Ini harus jadi pemacu semangat belajar mbak Alma dan memotivasi diri. Beberapa hari setelah masuk, menjadi rutinitas bila siang hari sholat dhuhur berjamaah. Rupanya banyak temannya yang sudah datang bulan sehingga tidak ikut sholat berjamaah.

Disisi lain, awal masuk sekolah dilakukan saat bulan Ramadhan yang tentunya mereka bisa tidak berpuasa. Mbak Alma malah berpikir yang belum mengalami datang bulan itu masih kecil. Jadi dirumah sempat menanyakan ke mama. Dijelaskan oleh mama bahwa haid itu tidak bisa diminta datang kapan. Toh mama bilang dulu haid saat SMA dan papa menambahkan tante Alma juga SMP kelas III atau bahkan SMA jadi tak perlu kuatir.

Keberanian Diri Dik Adhan Di Play Group

Hari kedua, ketiga di sekolah, dik Adhan masih ‘amazing’. Tidak ada rasa takut, tidak rewel. 50% teman-temannya masih menangis, bergelayut di tangan mama /papa/pengasuhnya.  Main ditemani atau bahkan hanya berdiri dengan perasaan kuatir dan tidak nyaman. Lain dengan dek Adhan, seperti hari pertama kemarin, hari kedua lancar dan nyarir tak ada masalah. Setelah diantar masuk, dan dibantu melepaskan sepatu, ketika tangannya diajak bunda untik bergabung dengan teman-teman, dengan tanpa rasa takut adik mau ikut.

 Duduk meski tak langsung main, tetapi hanya melihat mainan saja. Seperti kemarin mainan bongkar pasang balok menjadi perhatiannya, biasa untuk  dijadikan kereta api, mainan favoritnya. Mama  sesekali hanya melihat dari lubang kisi jendela, untuk memastikan  keadaan adik. Kemudian mama tinggal pulang stelah berpamitan dengan dek Adhan. Adik hanya mengangguk ketika mama berpamitan dengan janji akan datang menjemput setelah sekolah usai.

Jam 08.50 mama sudah sampai di sekolah, dan  mengintip adik yang masih asyik bermain dengan teman dan bundanya. Di tengah beberapa temannya masih menangis mencari ibunya, adik kelihatan tak terpengaruh dan asyik dengan bunda. Bahkan ketika sudah selesai berdoa, teman-temannya sudah ribut menunggu penjemput di balik pagar yang masih di kunci, adik masih terlihat asyik mengembalikan bola ke keranjang. Ketika bunda minta untuk memakai sepatu dan mengambil tas, baru adik beranjak meninggalkan keasyikan dengan bola-nya.

Saat pulang, salah 1 bunda-nya mengatakan bahwa adik berani lagi seperti hari pertama, yaitu berani bernyanyi ke depan dengan mengunakan micropon. Wuih keren, nggak nyangka ternyata adik lebih PD, berani dan tidak pemalu. Semoga adik selalu begitu dan terus bersemangat berada di komunitas yang baru. Insya Alloh, play group-mu tempat yang tepat untuk bermain dan belajar nak.

17 Juli 2013

Awal Keberanian Di Sekolah Dik Adhan

Tak terasa jelang usia 4 tahun dik Adhan dan kini tentu mulai memasuki dunia baru. Ya dunia sekolah. Mama papa masih merasakan betul bagaimana deg-degan saat mengantar mas Afin maupun mbak Alma ke sekolah. Dulu mereka diantar dengan naik motor waktu masuk play group namun kini dik Adhan memang disekolahkan yang dekat rumah saja.

Apalagi berdasar pengamatan, sekolah dan sistem pendidikan yang dikembangkan tak jauh berbeda dengan sekolah TK mas Afin dulu. Sebelum resmi masuk sekolah, papa sempat memprediksi bahwa dik Adhan bakal minta ditungguin di sekolah. Habis antar mbak dan mas papa sampai rumah pintu ternyata terkunci. Wah berarti mama antar adik ke sekolah.

Setelah jarum jam menunjukkan pukul 08.00 dan mama tak kunjung pulang, papa merasa bahwa dik Adhan sedang minta ditunggui. Dengan rasa penasaran, papa menyusul ke sekolah. Kebetulan siswa sedang diminta keluar ruangan dan bermain di ruang terbuka. Mama sama sekali tak menyertai adik. Papa cukup kaget dan menghampiri mama serta menanyakannya.

Ternyata dik Adhan mau langsung di kelas sendiri tutur mama. Dia bermain bersama guru dikelasnya. Meski sekitar 30 persen siswa baru menangis karena ditinggal oleh orang tuanya, dik Adhan tetap asyik bermain. Diluar ruang tempat jungkat-jungkit, perosotan, merambat dik Adhan awalnya cuma bolak-balik kesana kemari. Sepertinya bimbang mau main apa dan bingung bagaimana mencoba permainan tersebut. Sebab mama papa berada diluar pagar permainan.

Dengan dorongan kata-kata, akhirnya dik Adhan dinaikkan ke jungkat jungkit dan bermain bersama temannya. Setelah itu mencoba menaiki papan/tangga, menyeberang jembatan goyang, memasuki terowongan baru meluncur perosotan. Rupanya menjadi pilihan permainan menarik sehingga dia mencoba sampai 3 kali. Alhamdulillah, sepertinya memang cukup matang usianya sehingga bisa bermain disekolah dan sudah bisa ditinggal.

Menapak Meraih Cita-Cita

Tanggal 15 Juli sebenarnya menjadi moment penting bagi mas Afin, mbak Alma dan dik Adhan. Tanggal itulah ketiganya resmi masuk sekolah tahun ajaran baru. Mas Afin akan mulai di kelas VIII, mbak Alma di kelas VII alias SMP baru serta dik Adhan, menjejak pertama dilembaga pendidikan yakni Play Group. Sebetulnya bagi dik Adhan sudah butuh lama namun umurnya yang nanggung sehingga perlu menyesuaikan dengan tahun ajaran.

Namun yang dibayangkan tidak seperti senyatanya. Hingga 14 Juli tak ada pengumuman atau pemberitahuan dari sekolah dik Adhan bahwa Senin itu masuk. Maka Senin siang dik Adhan bersama mama papa mendatangi sekolah. Gubrakz, hari itu masuk pertama. Pihak TK Fatimah menyatakan sudah sms ke 2 nomor dan ada parenting hari Ahad kemarin. Lah papa mama bingung, tak ada sms masuk.

Jadilah mama papa menerima briefing singkat di ruang guru plus diberi selebaran serta jatah seragam adik yakni 1 baju celana batik serta kaos olahraga serta training. Karena datang jam 10.00, kelas sudah bubar dan kami tak bisa melihatnya. Ya hari Rabulah kelas resmi pertama dik Adhan masuk. Meski demikian adik ga begitu cemberut meski faham.

Rabu pagi yang ditunggu tiba. Dia dibangunkan pagi dan kedua kakaknya menyambut dengan gembira. Adik mereka bakal berseragam dan memasuki dunia baru. Meski bangun tidur agak bermalas-malasan akhirnya baju seragam dipakai. Wuih keren apalagi dilengkapi dengan peci putih, mengesankan betul bagi kami semua.

Sebelum pada berangkat sekolah dan kusut wajahnya, papa menyambar kamera untuk mengabadikan moment pertama pakai seragam. Sayangnya seragam mbak Alma belum jadi sehingga masih memakai seragam saat SD. Tak apalah yang penting ini moment luar biasa bagi kami semua. Tonggak sejarah bagi kalian sendiri akan jadi apa kelak. Yang penting mama papa berusaha meninggalkan jejak untuk kalian turut kembali.

15 Juli 2013

Haid Tak Selalu Tanda Sudah Remaja

Memasuki tahapan baru dalam belajar, masuk SMP rupanya membuat mbak Alma tambah bersemangat.  Meski  tahun pelajaran baru pada saat bulan puasa,tetapi tak terlihat wajah kecewa, malas dan enggan. Bangun pagi seperti biasa kemudian ke sekolah dengan riang. Bahkan ketika pulang sekolah terlihat tak ada beban di wajah mbak Alma.

Dari cerita yang mbak Alma tuturkan, rupanya dia cukup nyaman  belajar di MTSN 1 Surakarta. Ada banyak teman-teman  baru yang sudah klik, berasal dari berbagai kalangan. Babak baru dengan sekolah , guru, teman, lingkungan yang baru tak membuat malas dan jengkel. Paling tidak 1 point penting sudah tergenggam, tidak salah dalam memilih sekolah.

Karena di awal sebelum masuk sekolah, mbak Alma sempat mengeluh tak ada teman-teman akrabnya semasa di SD. Rasanya mbak Alma merasa berat berpisah dengan temannya sejak kelas 1 dan  tak yakin bisa mendapatkan penggantinya. Ternyata tidak seperti yang papa mama kuatirkan.

Pulang sekolah di hari pertama, mbak sudah membawa beragam cerita salah satunya tentang sudah banyak teman-temannya yang sudah mendapatkan Menstruasi. Mbak Alma bertanya ke mama, kapan dia dapat M seperti teman-temannya. Memang sejak SD, sekitar 40% teman putrinya sudah M, sementara mbak Alma belum.

Waktu SD mbak Alma nggak kuatir dan biasa saja. Tetapi ketika SMP banyak temannya yang ternyata sudah M, mbak Alma  terlihat panik dan resah. Meskipun mama sudah menerangkan, tetapi saja mbak penasaran dan terus-terusan bertanya ,”kapan aku dapat M ya? Biar nggak kayak anak kecil lagi.”
Dialog mama dengan mbak Alma.

Setelah hari itu, mbak Alma sudah tenang seperti semula, semoga dia lebih paham dan mengerti kalau setiap individu mempunyai siklus dan hormon yang berbeda. Tetap bersyukur atas apa yang telah  diberikanNya mba, insya Alloh semua akan datang pada waktunya. **

03 Juli 2013

All About Kereta Api

Awalnya hanya sering melihat kereta api via you tube saat makan pagi atau sore. Ada juga lagu pengantar sehingga makin membuat dik Adhan tertarik. Kadang juga lihat kereta kelinci dijalan meski sampai sekarang belum pernah naik karena tidak lewat depan rumah. Pun naik mini coaster juga baru kemaren saat berlibur ke Sriwedari.

Yang jelas tentang kereta api benar-benar menyita perhatian dik Adhan. Beberapa nama kereta dihapalnya terutama kereta lokal seperti Prameks, Sriwedari maupun Madiun Jaya. Sudah 3 trip dik Adhan merasakan kereta jarak dekat (ke Jogja). Kalau mas Afin dan mbak Alma beberapa kali naik kereta Pandanwangi jurusan Solo - Semarang dan dilanjut Kaligung jurusan Semarang - Pekalongan.

Sayang sekali jalur Solo - Semarang sudah tutup sehingga dik Adhan tidak pernah merasakan sensasi naik kereta jurusan sedang, agak lama serta tidak begitu ramai. Meski demikian, imajinasi kereta api cukup berkembang dalam alam pikirannya. Terbukti seringkali bila bermain sesuatu kebanyakan tentang kereta api. Apapun barang akan dijejernya dan diibaratkan kereta.

Lihat saja dalam rekaman gambar yang sempat diambil, kadang ikat pinggang, bungkus rokok dan korek, balpoint hingga tempat hp. Yang tidak sempat terekam itu misalnya buku, tali rafia dan beragam benda lain. Mainan kereta juga dinikmati betul sembari tiduran supaya imaji itu bisa hadir dan nyata dihadapannya. Dari 6 kali pengambilan gambar, 5 kali diantaranya dengan tiduran dan kepala mendekat pada "kereta".

Hampir tiap anak kecil memang suka dengan kereta. Bisa jadi karena terlihat aneh, menyenangkan, menarik dan dilihat pada waktu tertentu saja. Beda dengan mobil, sepeda, becak atau motor yang tiap saat bisa dilihat. Namun kesukaan mas Afin dan mbak Alma terhadap kereta api, tidak seperti dik Adhan sekarang ini.

Template by:

Free Blog Templates