17 Februari 2014

Bahu Membahu Singkirkan Debu

Pasca letusan gunung kelud, semua sudut rumah mulai atap/gendeng, teras, jendela, pojokan, kamar dan lainnya terasa kasar. Maklum, debu memenuhi semua ruang yang ada. Mama harus bolak balik menyapu. Mbak Alma membantu papa bersihkan genteng untuk mencegah air tidak tertampung ditalang karena dipenuhi pasir.

Mas Afin sempat drop kesehatannya sebab banyak menghirup abu sehingga batuk. Sudah diperiksakan ke Puskesmas dan diminta selalu memakai masker. Bapak-bapak lingkungan merencanakan kerja bakti agar debu tidak masuk selokan yang bisa berefek lebih berat.

Hari Sabtu, mbak Alma turut naik genteng mengangkut air, menyapu talang dan memasukkan pasir ke plastik. Sementara papa menyapu genteng. Mama dibawah tetap saja bersih-bersih. Dalam 1 minggu entah berapa kali mama nyuci motor. Maklum, beliau orang yang ga betah lihat kotor jadi bawaannya pegang sapu terus.

Minggu pagi, mas Afin turut membantu papa pada kerja bakti menyapu jalan. Semangatnya luar biasa walau batuk masih mendera. Rupanya ada menu makan siang yaitu makanan cepat saji dari kampung, tambah senang. Setelah dibersihkan, siang hujan deras dan otomatis semua pasir diatas genteng terbawa ke bawah. Cipratannya kemana-mana dan meninggalkan noda.

Lagi-lagi mama turun tangan. Pelataran samping tertutup pasir dan menjadikan batu putih bertambah kotor. Mama, mbak Alma dan papa kembali turun tangan menyingkirkan pasir dari atas batu disamping rumah. Entah masih butuh waktu berapa lama lingkungan bersih seperti semula.

15 Februari 2014

Abu Kelud Menghujani Solo, Sekolah Libur

Jum'at pagi Kota Solo mendapat limpahan abu dari letusan Gunung Kelud yang meletus semalam. Hingga jam berangkat sekolah, hujan abu masih saja terjadi. Mama kemudian mengambilkan masker untuk dipakai mas Afin dan mbak Alma agar terhindar dari abu. Juga disarankan makai jas hujan namun tidak diindahkan papa. Begitu sampai mulut perumahan, banyak warga menggunakan jas hujan sehingga papa putuskan memakai jas hujan.

Di jalan ternyata kondisi lebih parah. Debu dimana-mana dan masih terus turun. Mbak Alma dan mas Afin dipesan papa memejamkan mata agar tidak terasa pedih. Tak lupa papa meminta mbak Alma mengoperasikan kamera guna merekam apa yang terjadi di perjalanan. Begitu sampai sekolah, ternyata sekolah diliburkan.

Beberapa warga yang tak sabar sudah menyemprotkan air guna membersihkan halaman. Padahal hingga sampai rumah bahkan sekitar pukul 14.00 hujan abu tipis masih terjadi. Mataharipun tidak terlihat saking pekatnya abu yang turun. Ditambah tidak ada hujan sama sekali. Entah berapa kali mama harus menyapu dalam rumah. Maklum rumah terbuka, angin selalu berhembus.

Hingga malam hari, hujan belum turun. Mas Afin mendapat kabar bahwa esok Sabtu juga diliburkan. Papa yang kebetulan ada kerjaan dan mampir di SMPN 01 melihat pengumuman sekolah diliburkan pada sabtu. Cerialah mas Afin dan mbak Alma. Demikian pula dik Adhan yang harusnya masuk sekolah turut tidak masuk. Saat papa lewat didepan sekolah rupanya sekolahnya ya tutup.

Ini merupakan pengalaman pertama anak-anak tahu bagaimana hujan abu terjadi. Meski Gunung Kelud jauhnya lebih dari 100 KM, hembusan angin mampu membawa abu hingga Sukoharjo. Alhamdulillah berdasar pemberitaan tidak ada korban jiwa. Semoga kelak pengetahuan ini menjadi pengalaman berharga.

11 Februari 2014

Mas Afin Baikkan Yah Bantuin Aku

Akhirnya mbak Alma dinyatakan tidak apa-apa. kakinya cuma memar alias trauma karena benturan dengan batu. Sebelumnya memang dinyatakan retak oleh dokter jaga bahkan ditiga tempat. Mama papa was-was kalau terjadi apa-apa. Ditambah Minggu malam mama berangkat ke Wonosobo. Maka papa yang anterkan ke RSKU di Kartasuro.

Sebelum ke Kartosuro, papa siang membelikan kruk di Notoharjo. Habis kalau di toko perlengkapan kesehatan kan mahal. Belum lagi kami berharap tidak akan dipakai selamanya. Sesaat setelah nomor urutnya dipanggil, mbak masuk keruang periksa bersama 6 pasien lain. Waktu nunggu, ada seorang ibu berteriak kesakitan dan membuat mbak Alma ketakutan.

"Oh ini tidak apa-apa wong digerakkan saja ga sakit. Kruk tetap dipakai sekitar 10 hari. Obatnya pil atau sirup"? tanya dokter Pamudji Sp T. Karuan mbak Alma minta sirup. Sesampainya dirumah, semua keperluan diladeni mas Afin. Mulai ambil handuk, naruh cucian sampai Selasa pagi waktu menyiapkan makan, digorengkan telur oleh mas.

Mereka berdua ke sekolah diantar papa karena memang kakinya sakit. Tapi Senin pagi mas Afin bersepeda sebab tidak mungkin memboncengkan 3 orang yang salah satunya pakai kruk. Disekolah mbak Alma sempat geger karena Vivi temannya menyampaikan mbak Alma cidera retak tulang punggung dan kaki kanan. Padahal dalam sms ditulis retak punggung kaki kanan.

Selasa sore saat mengobrol santai, dik Adhan tetap masih dijauhkan dulu. Memang memakai kruk ga nyaman dan mbak Alma lebih suka tak menggunakannya. Hingga sore, persiapan mandi masih dilayani mas Afin hingga kemudian mbak Alma berujar "Pah, mas Afin baikkan yah bantuin aku"

09 Februari 2014

Mbak Alma Cidera

Maksud kami berempat bersenang-senang menghabiskan waktu sore hari dengan mencari ikan eh malah dapat musibah. Kami semua sedih dan tak mengharap kejadian ini. Mbak Alma kakinya retak pada telapak dibeberapa titik. Itu hasil dari pemeriksaan Rontgen. Tidak mudah bagi papa dan mas Afin menerima hal ini sebab mestinya kejadian ini bisa dihindari.

Sore itu memang papa dan dik Adhan berniat mencari ikan untuk dilepas di selokan. Maklum larva nyamuk sudah banyak. Ikan diharapkan dapat memangsa jentik nyamuk karena pemberantasan lebih efektif. Kemarin hasil tangkapan lumayan banyak dan sudah dilepaskan. Sore ini mbak Alma dan mas Afin kepingin ikut.


Sayangnya ada orang memancing sehingga muter-muter cari tempat lain, eh lokasinya tidak enak buat nangkap ikan. Kami yang awalnya bersepeda kemudian berkendara untuk mencari sungai lain. Sama saja. Akhirnya kembali ke lokasi semula dan melihat si bapak yang mancing tadi sudah tidak ada. Papa membelokkan kendaraan untuk berganti sepeda.

Namun saat berbelok, kaki mbak Alma nyangkut batu dan kemudian dia menangis dengan keras. Suara tangisan itu meyakinkan papa ada yang tidak beres. Mas Afin menduga tidak ada kejadian genting dan masih saja tertawa. Kami pulang dan bercerita pada mama mengenai kejadian ini. Tanpa menunggu banyak waktu, kaki mbak Alma diperiksakan ke RS.

Hasilnya ternyata ditemukan beberapa titik retak dan kemudian dibeli lilitan pengekang telapak kaki. Tidak mudah menerima kondisi ini. Kami terpikir bagaimana sekolah esok hari dan aktivitas dirinya? Ah entahlah yang jelas papa gelisah dengan hal ini.

08 Februari 2014

Antara Bola dan Kereta Api

Bermain sepakbola dan melihat kereta api adalah sama-sama menariknya. Yang paling bikin dik Adhan suka ya ikut papa futsal ditambah kesempatan melihat kereta melintas, wah bahagia banget. Dirumah main bola sama papa atau mas Afin saja sudah seneng apalagi bisa sekalian lihat kereta. Beberapa kali dik Adhan ikut atau nyusul futsal papa.

Kemaren Sabtu juga begitu sebab awal mulanya memang mama akan berangkat kerja. Eh rupanya batal sehingga dik Adhan yang sebenarnya sudah akan berangkat, langit mendung. Akibatnya mama meminta adik dirumah. Kan kasihan mama kalau dirumah sendirian lagipula belum tentu ditempat futsal betah.


Langit makin siang bertambah cerah sehingga dik Adhan merengek meminta nyusul papa. Lalu berangkatlah mereka menyusul papa. Di Manahan futsal, dik Adhan senang dan sempat main bola sama papa. Plus melihat kereta ekonomi melintas. Bermain bolanya juga di lapangan dengan berlarian ke gawang memasukkan bola.

Larinya sih seperti biasanya belum kenceng namun niat dan semangatnya benar-benar membuat papa senang. Termasuk ketika menendang bola masuk gawang mengenai jaring, sontak teriakan gol dari mulut kecilnya menggema. Ah bahagia sekali melihatmu nak.

07 Februari 2014

Kami Was-Was Mbak Alma

Siang tadi tiba-tiba sms masuk dari nomor tak dikenal. Rupanya mbak Alma pamit pulang telat nengok temannya yang sakit. Hingga pukul 16.30 belum sampai rumah. Papa mencoba sms dan nelp nomor yang dipakai mbak Alma tidak dibalas dan direspon. Tentu saja hal ini membuat gelisah. Bagaimana mau mencari kalau rumah anak yang sakit tidak tahu?

Jelang pukul 17.00 mbak pulang sembari terisak. Tentu papa kaget apalagi tangannya belepotan oli dan wajahnya kusut masai. Khawatirnya papa ada kejadian apa namun dilihat sepedanya koq ga ada yang aneh atau rusak. Saat ditanya, justru nadanya makin tinggi dan bicaranya serba emosi. Rupanya rantai sempat lepas saat gronjalan.


Sebelum mbak sampe rumah, papa telpon temannya mbak dan diberi tahu sudah pulang dari nengok teman. Sayangnya dia tidak tahu nengok di daerah mana sehingga tidak mungkin mencarinya. Menurut mbak Alma, tadi nengok di Nusukan dan pulang melalui Banyuanyar diantar temannya. Ada 17 anak dan mereka semua bersepeda.

Papa berpesan agar lain kali tidak usah ikut atau pilihannya tinggalin sepeda di sekolah. Biar pulangnya dijemput papa. Bisa juga sepeda dititipin dirumah temannya untuk diambil pada hari sabtu. Nah berhubung semua sampai sore, teman-teman mbak Alma juga pada dinasehati orang tuanya. Malah ada yang jatuh namun masih dinasehati juga.

Nak, kami sungguh agak was-was bila kalian pulang terlalu sore. Kan bisa nengok hari minggu janjian dimana. Kalau naik sepeda apalagi kearah timur ya makin jauh. Bukannya sudah sekolah itu sangat lelah dan perlu istirahat. Papa sampai ga berani cerita pada mama kalau mbak Alma belum pulang tadi. Takut mama lebih khawatir. Untung semua baik-baik saja.

05 Februari 2014

Namaku Bukan Si Kribo, Buku Baru Anugrah Rawiyah Salma

Alhamdulillah akhirnya setelah lama ditunggu, keluar juga buku Namaku bukan Si Kribo yang diterbitkan oleh Tiga Ananda Solo. Penerbit ini bukan penerbit baru melainkan penerbit mayor yang rutin menerbitkan buku teks pelajaran namun beberapa tahun belakangan turut menerbitkan karya anak-anak. Tiga Ananda berada di bawah payung PT Tiga Serangkai, jajaran penerbit besar untuk buku pelajaran.

Dan ini buku kedua mbak Alma yang diterbitkan oleh Tiga Ananda setelah Kumcer Hadiah Dari Papa. Buku ini patut dijadikan koleksi karena cerita-cerita didalamnya yang menarik, unik dan tidak banyak ditemui pada buku karya anak-anak lain.

Imajinasi yang dikembangkan, cerita yang dialirkan, tanda-tanda yang dimunculkan sering tidak seperti yang dibayangkan. Ada penuturan yang mengalir runtut, membikin senyum, mengagetkan atau penuh teka-teki. Tidak sedikit dalam beberapa penuturannya terselip kisah-kisah yang benar-benar dialami oleh mbak Alma. Entah keseharian dirumah, disekolah, bersama adiknya, bersama bundanya dan lainnya.

Ini merupakan Kumcer ketiganya atau buku ketujuh. Bertambahnya usia mbak Alma juga memperkaya alur, penuturan, problematika cerita dan lain sebagainya. Buku rutin yang dibacanya ya karya Enid Blyton tetapi sudah beberapa karya lain yang turut dibaca. Cerita tokoh yang dibaca sang kakak turut dilahapnya.

Tentu saja pengetahuan pada tokoh mempengaruhi karyanya sekarang. Tokoh-tokoh dunia menjadi peluru dan menambah penggambaran individu makin kaya. Maka dari itu segera miliki buku Namaku Bukan Si Kribo segera di toko buku terdekat.

04 Februari 2014

Akhirnya Ada Teman Bersepeda Ke Sekolah

Bersepeda ke sekolah bukan merupakan perkara mudah. Jalur yang dilalui sebelumnya di survei oleh papa supaya memenuhi syarat aman, dekat dan mudah. Syarat ini diterapkan agar mas Afin dan mbak Alma menikmati betul perjalanan baik pergi maupun pulang. Ada 4 alternatif jalur dengan sepeda yang ditempuh guna mencapai sekolah.

Pertama yakni tugu lilin, transito, Solo Square, Gremet dan Manahan. Kedua, tugu lilin, transito, pasar buah, Gremet dan Manahan. Jalur ketiga tugu lilin, transito, pasar buah, Purwosari, Brengosan dan Manahan. Serta keempat tugu lilin, Jongke, Purwosari, Brengosan dan Manahan. Dari keempat jalur itu, alternatif jalur 1 yang hambatannya minim. Relatif aman dan jaraknya terdekat dibandingkan lainnya.

Hambatan yang agak merepotkan yakni melompati double track jalur kereta api di transito Pajang. Lumayan berat juga angkat sepeda 2 kali. Itu paling memungkinkan dibandingkan 3 jalur lain yang lebih jauh dan tingkat keramaian untuk menyeberang agak riskan. Apalagi jalur keempat menyeberang Purwosari yang terdapat 4 lintasan kerawanan ketika berangkat.

Untungnya mas Afin dan mbak Alma bersedia melalui jalur 1. Tantangan lain selain keramaian yakni panas dan hujan. Entah berapa kali kayuhan harus dipelankan, berhenti untuk rehat, minum atau jajan karena kerongkongan kering maupun lelah. Belum lagi kalau hari olahraga, pramuka, les yang pulangnya sore hari. Masih mending saat hujan, enak dan adem.

Rupanya bersepeda ke sekolah menarik perhatian teman mbak Alma kelas VII C. Tadi pagi mereka janjian untuk bersama ke sekolah. Maka disepakatilah tempat janjian untuk bersepeda bersama ke sekolah. Lumayan jauh, 6 km mencapai sekolah. Tetapi itu semua demi masa depan dan cita-cita kalian.

Template by:

Free Blog Templates