30 November 2014

Masak Sih Masih Harus Les Juga?

Tanpa terasa mas Afin sudah di kelas IX, akhir sekolah di level menengah. Semester satu akan segera tuntas dan yang perlu dipikirkan adalah persiapannya ikut UN disamping kemana nanti setelah mas Afin lulus. Walaupun bukan masuk golongan anak yang agak lemah daya ingatnya tetapi kami ingin persiapan mas ikut UN tidak bisa asal-asalan.

Nah, salah satu cara untuk membantu persiapan UN tentu dengan les. Mau didampingi sendiri, mama papa sudah tidak update pelajaran sekolah apalagi kisi-kisi UN seperti apa yang diprediksi akan keluar tidak ada sama sekali dalam benak kami. Di sekolah sebenarnya sudah ada jam tambahan pelajaran.

Dia bersekolah kira-kira selesai pukul 15.30 sore. Jadi lumayan lama waktunya belajar. Mama kemudian mencoba berkunjung ke salah satu lembaga yang memberikan bimbingan untuk tanya berapa ongkos lesnya. Dengan perkiraan waktu hingga UN masih ada 5 bulan. Biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 3,4 juta dengan waktu les seminggu 4 kali durasi 1,5 jam.

Kami berpikir lumayan mahal meski biaya itu bisa dicicil. Uang pendaftarannya sampai Rp 200.000. Saat kami tanya, memang ada beberapa temannya yang juga les di lembaga bimbingan. Cuma apa iya pulang sekolah sudah sekitar jam 16.20 kemudian pukul 19.30 berangkat les?

Inilah yang membuat kami masih mempertimbangkan kondisi fisik maupun psikologisnya. Jangan-jangan begitu dibayar si anak tidak sanggup. Bukan soal uangnya namun menjelang UN lebih bagus menyiapkan psikologis anak daripada menekan dirinya untuk belajar, mengerjakan tugas hingga berangkat ke tempat les. Ah rasanya koq tidak tega.

28 November 2014

Mbak Alma Injak Usia Ke 13 Akan Segera Beranjak Remaja

Alhamdulillah.... usia mbak Alma menginjak ke 13, usia yang beranjak ke remaja dari anak-anak. Banyak hal yang sudah didapatkan meskipun usianya masih sangat belia. Pengalaman menulis dan berbicara di depan forum sudah lamayan walau bisa dihitung dengan jari. Itu semua berkat dampingan dan bimbingan ibu tercinta yang telaten dan tak bosan mendidiknya.

Sayangnya, kado indah berupa terbitan sebuah karya yang ke 9 belum hadir meskipun rencana cover novel tersebut sudah sekitar sebulan dikirimkan. Bahkan ketika tanya ke teman papa, katanya sudah masuk proses cetak.

Kami merayakan ultah mbak Alma dengan makan-makan di degan ijo. Ya hanya kami ber 5 dengan pembicaraan banyak hal. Tentu ada kado juga yang kami berikan siang harinya. Mbak senang dengan apa yang didapatkannya. Pun dari teman-temannya yang memberi hadiah.

Met ultah mbak Alma, Anugrah Rawiyah Salma anak kami yang luar biasa. Semoga senantiasa sehat, rajin beribadah, berdoa dan berbakti pada orang tua. Jaga dirimu karena kamu tumbuh dijaman yang penuh mencemaskan orang tua. Semoga kami masih bisa menemanimu hingga kelak nanti. Jadilah pribadi yang menyenangkan bagi banyak orang.

18 November 2014

Pak "K" Sang Guru

Pelajaran bahasa Inggris dikelas tadi menyebabkan air mataku berurai. Kenapa? Begini ceritanya....

Pelajaran sudah usai namun waktu rehat masih 15 menit. Pak K menawari mau bahas soal atau sudahan. Teman-teman sekelas meminta selesai saja tapi aku masih bertanya beberapa hal pada beliau. Kalau kesulitan menjawab, beliau buka kamus di hpnya. Mau bantu dan telaten. Meski cara mengajarnya agak gimana dan itu membuat hampir satu kelas minta pak K diganti.


Permintaan itu direspon oleh Waka bagian kurikulum dan beberapa dari kami diminta mengisi data kenapa meminta pak K diganti sama yang lain. Oleh walikelas kami dinasehati bahwa meminta ganti itu tidak mudah selain penggantinya belum tentu lebih menyenangkan. Aku dan 3 orang teman setuju dan pada dasarnya beliau baik.

Kami kemudian kembali kekelas, berniat memberi penjelasan ke teman-teman. Sobatku si V langsung bicara didepan menyadarkan teman-teman. Selain pak K sudah senior juga penggantinya belum tentu lebih enak. Dipikiranku hanya bergejolak tentang "rasa yang dialami pak K kalau seandainya beliau tahu". Lantas aku nimbrung penjelasan sobatku V.

"Gini lho teman-teman, pak K itu baik. Beliau kalau ditanya mau jawab, membantu sampai membukakan kamus. Mbok ya dipikir kalau punya usul" tiba-tiba suaraku tercekat dan tak mampu meneruskan. Sahabatku lain si D, berusaha menentramkan diriku. "Sudah... sudah....mbok kamu jangan gitu. Aku jadi sedih. Nanti tak peluk lho kamu" kata dia yang juga perempuan kayak aku.

Aku berharap teman-teman mau ngerti. Toh pak K ga kasar, acuh atau keras. Beliau mendidik dengan baik cuma memang ada kekurangannya. Lho bukannya setiap orang ada kekurangannya? Jadi mari kita maklumi serta membuat kita harus belajar lebih rajin.


17 November 2014

Menengok Teman Yang Patah Tulang

Hari Minggu kemarin, mas Afin pergi ke Grogol untuk menjenguk temannya yang mengalami patah tulang. Dia teman karib yang sering duduk bareng di kelas. Tangannya patah dikarenakan main sepakbola. Berdasar penuturannya, awalnya cuma dipijit tetapi rasa sakitnya tak kunjung mereda. Saat kesekolah cuma diberi gips saja.

Ketika dirontgen, ternyata tangan Alwan patah. Akhirnya dia harus menjalani operasi dan di gips. Mama dan papa menyarankan untuk menengok, dan hal ini penting sebagai bentuk kepedualian terhadap teman. Juga ke teman satu kelas, setidaknya patungan untuk sekedar memberi tali asih.

Minggu pagi sekitar pukul 09.00 mas bersepeda dan janjian di dekat pabrik Batik Keris untuk ketemu Ibul. Setelah bertemu mereka berkunjung kerumah Alwan. Tak berselang lama, mereka berdua pulang. Rupanya ada teman lain yang juga menengok, mewakili kelas. Akhirnya mas dan ibul di sms untuk balik lagi. Setidaknya ada 11 laki-laki dan 3 perempuan yang menengok.

Sabtu malam, papa menunjukkan rute yang terdekat ke Batik Keris. Kalau lewat jalan besar, selain ramai juga jaraknya terlalu jauh. Papa mengijinkan mas naik motor cuma mas ragu meminta ijin mama. Kebetulan papa pas kerja bakti sehingga mas membatalkan niatnya.

13 November 2014

Dik Adhan Tetap Pulang Jam 12.00 Siang

Sudah banyak cara yang dilakukan mama papa untuk membujuk adik bersekolah secara optimal. Rupanya tetap yang diterima dik Adhan malah sebaliknya. Dia mulai lagi menolak pulang siang jam 14.30 dan memilih pulang pukul 12.00. Beragam cara seperti reward yang ditawarkan papa tidak membuat hatinya goyah alias berubah pikiran.

Tawaran turut mengantar dan menjemput baik mbak Alma atau mas Afin sembari tentu nonton kereta tak diindahkan. Pun demikian dengan resiko tidur siang sendiri, tidak nenen bahkan maem sore sendiri sanggup dilakukannya.

Pun saat mama ke Jogja Selasa-Rabu tanggal 11-12 November, maunya tetap pulang siang. Niatnya malah bolos sekolah daripada di jemput pukul 14.30. Meski waktu diantar ke sekolah dan dijemput tidak menangis, tetap saja maunya pulang pukul 12.00. Bahkan tidak turut mengantar dan menjemput mama ke stasiun akan diterimanya.

Bahkan kadang demi tidak masuk sekolah, dik Adhan berujar "Ma aku mau bobo lagi. Nanti bangun siang, maem terus bobo lagi". Atau kadang pilih dirumah tidak sekolah meski cita-citanya tidak tercapai sebagai masinis. Yah, cukup membuat kami agak khawatir

09 November 2014

Dikunjungi Mas Thoby dan Mas Ghany

Saudara sepupu mas Afin, mbak Alma dan dik Adhan banyak banget terutama dari simbah Klaten. Jumlahnya belasan dan ketemunya agak jarang. Wong yang dekat seperti mbak Angel dan mbak Salsa saja tidak mesti 2 bulan sekali. Apalagi yang lain seperti mbak Nabila sama mas Fadhil yang di Jakarta atau mas Tito dan mas Candra di Banjarmasin.

Ada juga mbak Reres, mas Kiky dan mas Evan yang di Cilacap. Meski demikian mama papa sering mengingatkan nama-nama tersebut supaya persaudaraan mereka tetap terjaga. Seminggu lalu kami kedatangan mas Thoby dan mas Ghany. Mereka baru saja berkunjung ke rumah pakde Bambang di Semin, Pulangnya mampir ke Solo. Moment yang kebetulan.

Mas Thoby dan mas Ghany dijemput papa serta mas Afin di Kleco. Kemudian berbincang jelang sore hari. Papa mengajak untuk jalan-jalan karena mas Thoby dan mas Ghany mengaku belum pernah mengerti Kota Solo. Berhubung mereka hobi bola, sasarannya pasti Stadion Manahan. Cuma sebelum kesana, papa ngajak tujuan lain lebih dulu.

Nah begitu perjalanan dari Ngarsopuro ke Manahan tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Sehingga kami hanya lewat dan tidak mungkin ambil gambar. Sayang sekali tapi apa boleh buat. Malamnya mas sempat ngobrol cukup lama dengan mas Ghany yang rupanya jago nulis dan melukis. Mereka berdua pulang dengan Kereta Kalijaga habis subuh diantar oleh papa.

04 November 2014

Sengaja Ambil Yang Tak Tepat

Setiap anak seringkali memiliki kebiasaan yang unik dan tidak sama dengan yang lain bahkan bila itu saudaranya. Kadang ada anak yang memang melakukan kewajibannya secara lambat atau dilakukan pada akhir waktu. Jadi bukannya malah menyegerakan dan memang disengajakan melakukan pada saat akhir jelang waktu habis.

Mas Afin memiliki kebiasaan ini mulai dari bangun tidur hingga jelang tidur. Kebiasaan mengakhiri sesuatu makin sering terlihat sejak pertengahan kelas VIII. Entah faktornya apa namun bisa dilihat setiap harinya. Bangun pagi, meski sudah terjaga ya tetap berada diperaduannya. Jelang pukul 6 baru beranjak untuk sholat dan makan sembari nonton TV.


Jelang 6.30 waktu rumah kami baru masuk kamar mandi. Sedang adiknya mungkin sudah 15 menit lalu berangkat. Pulang sekolah melepas pakaian dan sepatu langsung baca koran. Tas, pakaian dan sepatu dibiarkannya berserakan disampingnya. 15 hingga 20 menit setelah pulang baru diberesi. Pun mandi sore, sekarang begitu Adzan maghrib sering sebagai penanda mandi sorenya.

Kalau soal belajar, ini yang agak berat. Setelah mengaji pasca maghrib pasti mencandai dik Adhan atau ngobrol di kamar dik Alma. Sampai dibawah ya bolak balik minum, cari snack, ke kamar papa mencandai dik Adhan. Menyahut topik yang dibicarakan mama papa gitu.

Pasca ngejadual, bukunya dibiarkan berserakan. Sholat isya akan dikerjakan kalau menjelang tidur ya pukul 21.45 waktu dirumah. Buku  pelajarannya akan dibereskan bila memang akan beranjak tidur bukan begitu selesai belajar. Makin gede apakah bisa berubah? Mama sih tidak bosan menasehati tapi tidak tahu masih begitu.

Template by:

Free Blog Templates