31 Januari 2015

Maniak Game Mengganggu Belajar Mas Afin

Main game itu candu, racun yang memabukkan terutama bagi anak-anak. Nah ini menjalar pada mas Afin yang kali ini makin mengkhawatirkan. Bukan soal lamanya bermain game tetapi lebih pada waktu bermain game. Ada kalanya mencuri waktu belajar habis maghrib dan ada kalanya mencuri waktu tidur dengan lagak masih belajar.

Kalau masih kelas VII atau VIII barangkali mama papa tidak akan begitu keras memperingatkan. Tetapi kelas IX terutama menjelang UN, tentu bikin ketegangan dirumah makin tegang saja. Bagaimana tidak kalau buku cetak latihan soal saja tebalnya hampir 10 cm, belum latihan soal dari tempat lesnya, belum lembar latihan dari sekolah ditambah waktu les sekolah yang seminggu 4 hari.

Sedangkan les di daerah pajang seminggu bisa 3 kali. Artinya dia cuma punya waktu senggang hari Jum'at hingga Minggu. Seharusnya dipakai untuk merehatkan pikiran dan badan. Papa juga sudah bersiap antar jemput dari rumah, sekolah, tempat les.

Sudah begitu koq kadang suka curi-curi waktu main game. Entah pulang sekolah setelah baca koran, sore hari jelang maghrib sembari di depan tv, waktu belajar dengan alasan sms tanya PR temannya atau jelang tidur masih kesana kemari menenteng hp. Meski sempat sadar diri menyerahkan hp agar tidak keseringan main game, rupanya hanya 2 hari.

Mama meminta hp disita saja namun papa masih berharap mas ada kesadaran sendiri. Dengan begitu niatan belajar dengan serius tumbuhnya bisa lebis bagus. Kalau dengan paksaan takutnya malah tidak fokus atau serius belajarnya. Buktinya suatu siang saat hp diminta, eh ke lantai atas bawa buku bukan belajar tapi kamuflase tidur siang!

29 Januari 2015

Mbak Alma Lolos Ke Matematika Nalaria Tingkat Kota

Matematika merupakan pelajaran yang cukup digemari mas Afin dan mbak Alma. Walau tidak maniak dan suka betul namun setidaknya pelajaran itu tidak membuat mereka panas dingin, pusing atau mules. Sejak SD, mereka asyik-asyik aja dengan hitung-hitungan. Kesulitan tetap ada, namun kalau sudah ditemani memahami mereka langsung lancar mengerjakan.

Sebenarnya sejak SD papa pengen mereka ikut les permainan matematika. Sayangnya semua les matematika selalu soal pelajaran. Wah kalau ada, mereka bakal lebih optimal mengerjakan soal-soal. Sejak kelas V, mereka jarang nanya soal kesulitan pelajaran itu. Bahkan hingga kini (MTsN) kadang keduanya asyik mengerjakan matematika bersama.


Akhir Januari rupanya di sekolah mbak ada seleksi Matematika Nalaria tingkat sekolah. Semua siswa ikut dan mbak Lolos disamping beberapa siswa lain termasuk 3 teman kelas mas Afin. Untuk tahap selanjutnya, seleksi diadakan di Yayasan Insan Cendekia Al Mujtaba Baki tanggal 1 Februari. Tak ada guru pendamping, terpaksa papa menemani mbak.

Yang ikut tes mungkin hampir 200 anak untuk tiap angkatan/kelas buktinya siang itu test kelas IV hingga IX. Ramai betul dan penuh.sesak. Rupanya ada yang ikut lebih dari sekali serta yang lolos akan diberangkatkan ke Jakarta. Mama papa harus realistis wong tidak gampang serta tidak ada bimbingan sama sekali dari guru. Makanya ya iseng-iseng nyoba saja.

Benar, sulit lolos meski untuk tingkat SMP/MTsN se Solo hasilnya lumayan bagus. Ada 2 orang kelas IX yang melaju ke babak berikutnya. Membaca fasilitas yang disediakan bagi yang lolos, rupanya mbak pengen juga. Masih ada kesempatan di kelas IX mbak, lebih rajin lagi yah.

28 Januari 2015

Dik Adhan Persis Mbak Alma, Menangis Bila Papa Kerja Jauh

Senin malam papa berangkat ke Wonosobo karena ada yang mau dikerjakan. Kebetulan teman papa yang orang Wonosobo membawa mobil dari Surabaya. Sehingga papa bisa bersama-sama dari Solo. Maka janjian bertemu di Kleco. Kesana diantar mas Afin. Namun baru saja beranjak, dik Adhan menangisi kepergian papa.

Ini ketiga kalinya dik Adhan menangis sewaktu papa pergi keluar kota. Pertama waktu papa berangkat ke Pekalongan nengok mbah Uti. Padahal papa berangkat subuh, dik Adhan posisi tidur serta tak ada yang membangunkan. Sewaktu mau berangkat, eh dia terbangun dan menangis sembari memeluk papa.

Intinya tidak mau papa ke Pekalongan atau adik mau ikut papa. Kami semua kaget, baru kali pertama dia begitu. Kedua, sewaktu papa harus ke Jogja menemui teman. Meski berangkat berkendara roda dua, adik tetap menangis. Padahal papa sore berencana langsung pulang, tidak menginap. Ketiga kali ya sewaktu papa ke Wonosobo itu.

Menangisnya dik Adhan ini mirip saat dulu mbak Alma kelas 1 di SD DJI. Saat itu secara rutin memang papa pulang 2 bulan sekali. Maklum kerja juga jauh, di Kaltim. Pun sewaktu di Jakarta, mbak Alma tetap saja menangis keras menjelang papa berangkat. Kalau tidak salah dia sudah kelas 5. Mas Afin tidak pernah begitu walau papa harus pergi agak lama.

Memang itu menandakan ikatan cukup erat namun ketika papa mau berangkat diiringi dengan tangisan, rasa berat hati lebih membebani. Papa inginnya biasa saja seperti mas Afin. Toh selama papa diluar kota, sering sms atau bahkan telp. Pun bila memungkinkan bisa video call. Ah entahlah akan sampai usia berapa dik Adhan begitu.

20 Januari 2015

Papa Sakit

Rupanya benar-benar musim hujan yang agak rawan penyakit. Pertengahan Januari papa kembali berkunjung ke Pekalongan dikarenakan simbah putri gerah. Kata mbah Kung, awalnya asam urat tapi kemudian lambungnya luka. Akibatnya makanan sulit masuk dan muntah terjadi. Kalau tidak ada makanan ya lemes.

Setelah mbah membaik, papa kembali ke Solo 14 Januari kemarin. Hari Jum'at papa berkendara ke Jogja dengan niat bertemu temannya yang datang dari Wonosobo. Mama sudah meminta papa naik kereta atau bus. Namun menurut papa akan kesulitan mencari lokasi sewaktu tiba di Jogja. Kira-kira habis Maghrib papa sampai kembali ke rumah dengan selamat.

Tak banyak bermain, karena kelelahan papa tertidur sesaat setelah bermain sama adik. Paginya, tubuh papa panas tinggi. Di ukur memakai termometer mencapai suhu 38,4 C. Badan katanya pegal dan linu meski tidak mual, tidak pusing serta tidak muntah. Masih mau maem juga. Seharian papa tiduran di kamar dengan berselimut tebal.

Minggu pagi juga masih sama sehingga mama meminta papa berobat ke Kasih Ibu tapi tidak mau. Panas sempat meninggi menjadi 39 C. Meski berkurang porsi makannya, namun masih tetap mau makan. Malamnya coba periksa ke dokter terdekat dengan rumah. Wah rupanya papa kena virus yaitu campak. Sebab ada bintik-bintik merah di sekujur tubuhnya.

Awalnya kami agak was-was, takut kena DB. Setelah di kasih obat, malam harinya sudah bisa tidur dengan nyenyak. Panas mulai turun dan hari Senin sudah jauh lebih berkurang. Mas Afin sempat membelikan sekaleng wafer Nissin yang memang digemari papa. Sedang adik dan mbak mendoakan agar papa lekas membaik.

16 Januari 2015

Mengatur Ritme Belajar Mas Afin

Tanpa terasa mas Afin sudah kelas IX alias 3 SMP dan sebentar lagi akan SMA. Wah waktu terus saja berjalan begitu cepat. Mama papa rasanya baru saja kemaren mengantar tiap pagi ke Play group DJI namun kini sudah tumbuh besar. Meski demikian, rasa was-was apakah dapat menuntaskan pendidikannya di MTsN secara baik pula.

Maklum kini pendidikan rasanya makin berat. Tidak hanya pelajaran namun pekerjaan rumah bertubi-tubi datang memenuhi waktunya belajar. Belum lagi hobinya maen game, membaca, lihat film terus bertambah. Otomatis yang sering jadi korbannya ya pekerjaan rumah atau waktu belajarnya. Mama papa tak pernah bosan mengingatkan.


Hal ini penting supaya diakhir masa belajar tingkat pertama hasilnya tidak mengecewakan. Selama ini sejak kelas VII sebenarnya bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Hampir tidak ada hambatan berarti. Dulu di kelas VIII sempat mengalami kesulitan matematika tetapi kini sudah bisa memahami. Hal itu bisa dilihat dari raport serta uji coba UN.

Akhir-akhir ini memang gencar uji coba apalagi ditambah jam pelajaran disekolah dan luar sekolah menambah waktunya berkutat dengan pelajaran padat. Semua serba dilematis, mau disuruh santai takut tidak lulus dengan hasil yang sesuai dengan kemampuannya. Tapi kalau terus menerus belajar, bila tidak kuat maka akan rusak semuanya.

Disinilah peran orang tua untuk kadang mendorong giat belajar atau mengajaknya bermain. Supaya potensi-potensi dalam dirinya tersalurkan secara pas. Bila hanya terus ditekan, tingkat stress bisa meningkat dan sebaliknya. Keduanya akan menelurkan hasil yang berkebalikan. Makanya harus benar-benar diatur secara pas.

Template by:

Free Blog Templates