30 Desember 2014

Rahasia Ramuan Ajaib, Novel Ke 4 Mbak Alma

Menjelang akhir tahun 2014, karya terbaru mbak Alma berjudul Rahasia Ramuan Ajaib kembali dirilis. Ini terbitan ketiga Tiga Ananda Tiga Serangkai setelah 2 karya sebelumnya berjudul Hadiah Dari Papa (Kumcer 2012) dan Namaku Bukan Si Kribo (Kumcer 2014).

Novel terbitan Tiga Serangkai bergenre non fiksi yang memang mengandalkan imajinasi anak. Maraknya film atau sinetron fiksi di televisi dan bioskop rupanya menjadi dorongan imajinasi mbak Alma. Novel ini berbeda jauh dengan 3 novel sebelumnya. 3 novel sebelumnya berjudul Are You OK Grand Ma (Bentang Belia), The Little Queen (PCPK) dan London OMG (PCPK). Bahkan London OMG cetak ulang 2 kali.

Bagi anak-anak yang menyukai film-film atau cerita imajiner, buku ini layak dijadikan hadiah atau bacaan yang menarik. Petualangan Chinmi menghindari Ulawu yang sukanya merebut harta peri lain menjadikan dibeberapa halaman penuh ketegangan. Novel ini menceritakan konflik peri-peri kecil serta menyuguhkan keteladanan sikap yang baik.

Alhamdulillah hingga kini mbak Alma terus berkarya tanpa henti. Kini novel ke 4 sudah resmi bisa diperoleh di toko buku terdekat baik Gramedia, Gunung Agung maupun Toga Mas. Hal ini membuktikan bahwa dirinya memang penulis berbakat yang karyanya selalu rutin keluar di tahun ketiganya berkarya. Karya ini merupakan buku ke 9 perempuan yang bersekolah di MTSN 01 Surakarta itu.

Semoga keluarnya karya ini menambah motivasi dan semangat berkaryanya tidak berhenti. Kekuatan novelnya selain pada originalitas cerita, namun juga pada kekuatan cerita. Artinya setiap karya mbak Alma menyuguhkan kejutan-kejutan yang sulit di prediksi.

Segera miliki bukunya ya teman-teman

Touring Ke Indrayanti, Perjalanan Panjang Pertama Mas Afin

Sudah lama kami tak bermain di pantai. Mungkin lebih dari 4 tahun dan waktu itu kami bermain di pantai Cilacap. Lumayan bersih dan segar ditambah waktu pagi hari menjadikan hawa terasa sejuk. Beberapa waktu lalu kami mendengar Indrayanti, sebuah pantai yang ada di Gunung Kidul dengan alamnya yang eksotik ditambah berpasir putih.

Sejak awal liburan mas dan mbak sudah merengek kesana namun ada agenda lain yang menjadikan perjalanan ke Indrayanti belum dilakukan. Pakde Bambang sebenarnya juga sreg berlibur kesana cuma tidak hari Sabtu-Minggu sebab ada pengajian. Nah mumpung liburan lumayan lama, kami berniat ke sana. Start bukan dari Solo namun dari rumah mbah.

Papa sih yakin tahu jalan meski cuma dari bertanya ke tetangga yang sudah melakukan perjalanan kesana. Sepertinya dari mbah Klaten tidak jauh. Minggu pagi, pukul 05.30 semua sudah bersiap-siap namun kendaraan keluar rumah sekitar pukul 07.00. Tak lama setelah melewati Kota Wonosari, rintik hujan mulai turun sementara tak ada yang tahu masih berapa lama perjalanan.

Rupanya hingga sampai lokasi, hujan tak berhenti bahkan tambah deras. Mas, mbak, dik Adhan serta mas Evan nekad nyemplung pantai berbasah ria. Sedang mama pakai jas hujan dan papa berbalut jaket yang sepertinya sih sudah kuyup. Menginjak ke Indrayanti pukul 10.00 dan lumayan ramai. Maklum liburan sekolah.

Pukul 12.00 kami bersiap pulang sebab hujan tak kunjung reda, pengunjung makin banyak. Sungguh tak nyaman rasanya. Padahal banyak titik pengambilan gambar yang cukup eksotis. Padatnya pengunjung tak memungkinkan. Tak jauh meninggalkan Indrayanti, kendaraan mas Afin mengalami insiden yang untungnya mama dan mas Evan tidak apa-apa.

Sama seperti berangkat, pulang diiringi rintik hujan hingga masuk rumah. Kami sempat berhenti 3 kali saat pulang yakni makan siang, di Masjid dan di Pom Bensin. Jarak tempuh sekitar 70 km dan mas merasa berat menyusuri jalanan ke Indrayanti.

29 Desember 2014

6 Kali Perjalanan Dalam 7 Hari

Selama 7 hari terakhir setidaknya papa, mbak Alma dan dik Adhan melakukan perjalanan yang lumayan panjang. Dimulai dari hari Selasa, 23 Desember pagi subuh kami bertiga melakukan perjalanan ke Pekalongan. Alhamdulillah jadual kereta lancar baik dengan Kalijaga (Solo - Semarang) maupun Kaligung Mas (Semarang - Pekalongan).

Dijemput om sama bulik di stasiun tidak langsung pulang, melainkan berburu gulai ke arah utara terminal bus Pekalongan. Siang hingga malam istirahat dirumah mbah. Esoknya Rabu 24 Desember, om mengajak kami ke Brebes, nengok eyangnya Yoga sekalian wisata ke pemandian. Namun jaraknya hhhmmm lumayan juga. Sampai di kolam renang Purwahamba Indah Tegal sudah pukul 16.20 WIB, sore.

Secara kalkulasi, berangkat jam 08.00 tiba dirumah kembali ya jam 20.00. Kamis, 25 Desember tidak kemana-mana kebetulan ada pakde Heri Tegal dan rombongan keluarga Semarang (Om Tavip), keluarga Cilacap (Om Yahya), Keluarga Sragi (Om Nanok) dan bulek diah. Jum'at 26 Desember kami pulang ke Solo.


Tiket Kaligungmas masih didapat namun setiba di Poncol Semarang, tiket Kalijaga ludes. Papa berusaha mendapatkan tiket, tapi nihil. Pilihan satu-satunya ya naik bus sebab kereta lain akan lewat malam dari Jakarta serta tiketnya Rp 100 ribuan lebih. Dari Poncol dengan taksi ke Kaligawe nunggu bus jurusan Solo. Untung dapat bus Safari yang nyaman, cuma larinya kenceng banget.

Sabtu, 27 Desember jelang sore kami berlima berangkat ke Klaten dengan berkendara motor. Disana sudah ada mbak Reres, mas Evan dan Bude Endah. Minggu, 28 Desember sekitar pukul 07.00 kami berenam (sama mas Evan) berkendara ke Pantai Indrayanti di Gunungkidul. Perjalanan sejauh 70 km an ditempuh ya setidaknya 90 menit. Tak lama disana, siang kami pulang sebab seharian hujan.

Senin, 29 Desember pagi pukul 08.00 kami kembali lagi ke Solo. Liburan yang belum lama namun perjalanan yang dilakukan mbak Alma dan dik Adhan lumayan padat. Hmmmm alhamdulillah mereka tetap sehat dan baik.

27 Desember 2014

Tiket Habis, Ya Naik Bus

Ini merupakan pengalaman pertama dik Adhan naik bus. Papa sudah was-was adik bakalan rewel. Ya dibandingkan perjalanan dengan bus tentu masih nyaman naik kereta. Cuma kalau tiket tidak dapat, jangankan tempat duduk wong masuk stasiun saja sudah tidak bisa. Ceritanya, Jum'at 26 Des memang jadual pulang dari Pekalongan.

Dengan diantar om, bulek dan dik Yoga ke stasiun rupanya terlihat sepi. Bahkan tidak seperti hari biasanya meskipun ini musim liburan sekolah, jelang akhir pekan dan sehari setelah libur Natal. Bagi papa agak aneh saja karena seharusnya antrean tiket agak banyak.

Sewaktu beli tiket, papa coba akses tiket Kalijaga dan dijawab habis. Cuma pelayan bilang kemungkinan di Poncol masih disediakan. Didalam kereta, orang yang duduk di depan kami rupanya juga mau ke Solo dan sudah beli tiket 4 hari lalu. Waduh rupanya pembelian tiket jauh-jauh hari sudah diberlakukan. Papa meminta mama cek apakah masih atau tidak tiketnya.

Dari situs PT KAI, tiket Kalijaga 2 hari terakhir (25 dan 26 Des) memang sold out alias ludes. Harapan papa tinggal di loket Poncol, semoga ada tambahan kereta. Namun itu semua tinggal harapan dan tidak ada satupun tiket tersisa. Tidak mungkin menginap dan besok baru menuju Solo sebab akan menghabiskan waktu saja.

Alternatif lain ya naik bus. Kami kemudian menumpang taksi ke Kaligawa, jalur bus arah Solo melintas. Alhamdulillah masih cukup banyak tempat meski untuk kami bertiga agak sempit ditambah bawaan 2 barang yang lumayan gede. Mbak sama Adik tertidur pulas hingga masuk Boyolali mereka mulai terjaga. Kata mbak, sebenarnya nyaman hanya bus melaju bergoyang sehiungga sempat muntah sekali.

25 Desember 2014

Brebes, Dilanjut Renang Ke Purwahamba Indah Tegal

Kadang mengatur waktu liburan tidak mudah. Selain berkaitan dengan saudara lain, juga menyesuaikan jadual mama papa. Termasuk liburan kali ini yang tidak mudah mengaturnya. Dik Yoga juga sudah punya jadual setelah tanggal 28 Des. Disisi lain, mas Evan sudah hadir di Klaten. Akhirnya mbak, dik Adhan dan papa liburan ke pekalongan berangkat Selasa 23 Des.

Karena naik kereta, dik Adhan mudah dibangunkan. Mas Afin tidak ikut wong masih masuk sekolah hingga tanggal 27 Des. Biasa, anak kelas IX mendapat tambahan jam sekolah. Meski padat, kereta Kalijaga tidak penuh amat. Perjalanan lancar hingga sampai Poncol. Mudahnya lagi, tiket Kaligung Mas sudah terbeli sejak dari Purwosari. Makanya tidak begitu tergesa nyari tiket lagi.

Perjalanan dengan Kaligung Mas juga lancar hingga dijemput om tepat waktu. Seperti biasa, bulek sudah menyiapkan baju buat mbak Alma. Namun rupanya terlalu pendek karena menurut bulek masak ukurannya sudah sama dengan dirinya. Pun dik Adhan mendapat celana pendek yang dibuatkan mbah Uti. Malam hari, mereka bermain bersama dik Yoga dan dik Naya.

Rabu pagi, om mengajak pergi ke Brebes tempat eyangnya Yoga. Cukup jauh apalagi jelang Natal sehingga dibeberapa titik mengalami kemacetan. Setelah papa sama om urusan di Brebes selesai, kamipun pulang. Di Tegal, anak-anak berenang dulu di Purwahamba Indah. Untungnya cuaca cerah sehingga air tidak terlalu dingin. Tempatnya relatif sepi cuma sayangnya air agak kotor.

Sebentar kemudian kami beranjak pulang. Begitu selesai mandi, adik sudah bilang lapar dan minta makan soto. Waduh, di Pekalongan agak susah cari Soto nih lagian rasanya belum tentu seperti yang ada di Solo. Untung om mencarikan di Pemalang ada sop yang lumayan. Walau agenda padat, dik Adhan yang sebelum berlibur badan sempat panas Alhamdulillah selama liburan baik-baik saja.

21 Desember 2014

Terima Raport Sendiri-sendiri

Penerimaan rapor seringkali terjadi bersamaan, ya mas atau mbak. Namun semester ganjil ini rupanya sendiri-sendiri. Entah apa karena Kurikulum 2013 yang jadi pembelajaran sejak Juli hingga Desember ini ditunda (jadi guru bingung buat raportnya) atau faktor lain. Kebanyakan sekolah menerima rapor ya sabtu kemarin (20 Desember 2014).

Kenyataannya MTSN 01 Surakarta menerima rapor ketika sudah masuk sekolah (5 Januari). Untuk dik Adhan, sudah menerima rapor bersama teman-temannya Sabtu. Bila dilihat hasil karyanya ya begitulah. Dulu mas Afin juga hampir sama dengan dik Adhan. Kan anak TK masih banyak fokus ke motorik kasar, sedang mas sama dik Adhan motorik kasarnya tidak cukup bagus.

Rencananya sih habis TK A ini adik mau langsung SD tetapi mama dan papa masih melihat berbagai pertimbangan. Ini juga saat persiapan bagi mas untuk naik jenjang ke SMA. Cuma memang masih perlu didorong semangat belajarnya. Tidak mudah rupanya menyadarkan agar target diri sendiri harus ada sehingga jelas rencana capaian.

Namanya juga mas Afin, masih suka ngasal termasuk ketika ditegur papa mengenai mata pelajaran matematika mbak Alma yang tak bisa dikerjakannya. Saat diminta untuk ngajari malah berdalih karena tidak les. Mama papa gampang saja carikan tempat les, cuma beban mas tiap hari sudah berat. Maksudnya supaya tidak berat banget.

Eh jawabannya malah begitu. Yang jelas di 2 minggu sejak didaftarkan les baru digunakan sekali untuk mendalami materi. Itu pun yang membuatkan janji mama bukan kebutuhan dirinya sendiri. Entah apa segera berubah atau tidak sikapnya.

15 Desember 2014

Hafidz Nur, Sahabat Karib Mas Afin Wafat Mendadak

Hari Jum'at (12 Desember) menjelang siang. Kebetulan mas Afin sudah sampai rumah. Telpon berdering dan rupanya dari teman SD Mas Afin, Aldisha. Dia mengabarkan bahwa Hafidz Nur, sahabat karib mas sejak SD meningga dunia pagi tadi. Serasa ga percaya, mas cek via fb dan benar ada banyak ucapan bela sungkawa di dinding fb Hafidz.

Mama menyarankan mas menghubungi teman SDnya untuk diajak takziah. Habis Jum'atan mama papa meluncur duluan ke Gawok, layat. Tak berselang lama, mas bareng Rizqi sampai. Cukup banyak yang layat terutama dari MTSN 02 Surakarta. Tampak juga guru-guru dan beberapa alumni SD DJI. Mama papa tak bertanya banyak ke bapak ibunya Hafidz, tidak kuat.

Nampaknya mereka kuat menghadapi ujian itu. Bapak dan ibu Hafidz menunggui jenazah diantara takziyin yang menyolatkan. Adiknya dihibur oleh keluarga lain di teras rumah dan kakaknya terus menyambut pelayat yang seperti tak henti datang. Meski mendung berat dan sedikit rintik hujan, namun tak sampai membuat pelayat bergeser.

Banyak kenangan dalam keluarga kami dengan Muhammad Hafidz Nur Mufidz. Sejak SD sudah tak terhitung menginap dirumah. Tidak hanya itu, kadang kami makan malam diluar bersama, sahur atau buka diwarung, ada acara mbak di Jogya Hafidz juga ikut. Bahkan pernah menginap di mbah Klaten juga Hafidz ikut kesana.

Sehari kemudian, kakak Hafidz datang membawakan mangga yang dipetik Hafidz untuk diberikan pada mas Afin sama Adrian. Ya Allah, rasanya baru kemarin dan bayang-bayang dirinya masih lekat dirumah kami. Selamat jalan nak, doa kami menyertaimu. Smg kami semua yang ditinggalkan selalu menjaga amal baik dan mas Afin mampu mencontoh perilaku baikmu.

11 Desember 2014

Moment Menjelang Tidur Yang Ngangeni

Bener, mereka sudah tumbuh makin besar. Tidur sudah sendiri tidak mau dikeloni lagi meski papa sering pengen ngeloni mereka seperti dulu. Mas sama mbak sudah punya kamar sendiri, tidur sendiri dan mengatur kamarnya sendiri. Hanya untuk mbak kalau mau tidur kadangkala ditemeni diluar sembari menonton televisi. Biasanya mas nemeni sambil nonton Mahabharata.

Nggak tahu akan sampai kapan minta ditemani termasuk mas yang kelihatannya tidak ditunggui. Soalnya tidur dibawah sedangkan mbak tidur dilantai atas. Sedangkan si kecil masih saja bareng sama mama papa. Papa beberapa kali boleh ngeloni adik.


Menemani tidur meski ada dukanya seperti lelah ngipasi, isik-isik (menggesek tangan pada punggung), mijeti tapi kepuasan batin tidak tergantikan apapun. Sampai sekarang sebenarnya pengen tetap menemani tidur mereka. Sayangnya sekarang pada tidak mau. Ya mau bagaimana lagi terutama mbak Alma yang benar-benar menolak tidak mau dikeloni.

Bagi papa proses menemani tidur sering dijadikan saat dekat dengan anak-anak. Ditanya berbagai hal, mengobrol dan bicara apapun hingga mereka mengantuk. Menjelang tidur banyak hal yang diceritakan dan inilah saat yang luar biasa dekat dengan mereka. Entahlah kapan bisa menemani mereka menjelang tidur. Dik Adhan sering habis Isya mengobrol bareng papa dikamar tapi bukan jelang tidur.

07 Desember 2014

Lekas Sembuh Ya Nak

Entah apa sebabnya, habis maghrib adik tiba-tiba muntah sesaat kemudian BABnya cair. Badan mulai panas dan rewel. Padahal seharian tadi tidak ada masalah apalagi sebelumnya Minggu kami bermain di Car Free Day. Malamnya kembali muntah dan BAB, hingga tidurnya tidak nyenyak disertai demam lumayan tinggi dan membuat mama tidak bisa istirahat.

Pagi, kami pergi ke Puskesmas untuk memeriksakan adik. Kata dokter, kemungkinan terkena diare apalagi sedang pergantian musim serta banyak lalat. Yang tidak biasa, disela-sela tidurnya sering terbangun dan marah-marah, membentak, gelisah, pindah posisi tidur dan lainnya. Tapi panasnya sudah mulai turun ke 38'.

Tetap saja yang namanya mama tidak merasa nyaman. Jum'at sore, kami pergi ke dokter keluarga dan berdasar hasil diagnosanya kemungkinan ususnya ada yang luka. Dokter memberi obat dan obat dari Puskesmas ada yang masih dilanjutkan. BAB masih encer namun muntahnya mulai berkurang.

Kami merangsang adik agar lekas sembuh dengan berjanji memberinya es krim. Dianya sih semangat banget. Cuma cara makannya memang ada yang berubah. Mengunyah makannya males banget, paling 5-7 kali eh makanan itu ditelan. Apalagi kalau makan pisang. Alhamdulillah hari Minggu sudah mulai ceria sehingga Senin semoga bisa bersekolah.

05 Desember 2014

Guruku Minta Bahan Cerita Mendadak, Tapi Aku Rapopo

Menjadi penulis memang mengasyikkan dan membuat diri bisa berkembang. Bisa mengamati banyak hal yang seringkali menjadi sumber inspirasi tulisan. Menjelajah buku sungguh daya tariknya luar biasa yang kadang disertai dengan "misteri" atau arah cerita. Hmmmmh... itu baru cerita atau novel anak yang sering kubaca.

Namun ada kalanya ada tugas mendadak diberikan pada kita. Dulu sewaktu SD, pernah diminta mewakili SD dan Alhamdulillah menang. Kalau enggak bisa malu karena waktu itu sudah terbit buku ketiga. Saat kelas VIII ini tiba-tiba seorang guruku menemuiku ke kelas. Bayangkan coba, kenapa ga dipanggil ke kantor aja sih kan kadang ga enak tahu....

Di kelas dengan beberapa teman pak Mansyur menanyakan apakah aku punya stok cerita panjang atau pendek tidak. Kalau masih ada disuruh dibawa ke sekolah sebab ada kakak kelasku yang bertanggung jawab atas rubrik di majalah sekolah belum nyetor. Takutnya sampai deadline ga ada cadangan kali yah. Aku sih seneng aja dan langsung ku jawab ada.

Sampe dirumah, lepi aku ubek-ubek untuk kucari dokumen. Ahh stok yang ada ga begitu menarik makanya aku buat yang baru dan versi lumayan panjang. Abis kalo cerpen koq kayaknya gimana ya, udah terbit 8 buku masak nyetornya yang cerpen?

Ada beberapa stok sih, biasa karena suka tantangan lebih baik buat baru. Mama papa malah tanya, apa ada waktu? Sebab besok dikumpulin. Sejak pulang sekolah sudah ku kerjakan hingga malam. Mandi, makan, sholat adalah waktu istirahatku. Alhamdulillah akhirnya cerita selesai aku susun. Aku sih yakin memenuhi syarat pak Mansyur. Cuma belum di konfirmasi lolos apa tidak.

30 November 2014

Masak Sih Masih Harus Les Juga?

Tanpa terasa mas Afin sudah di kelas IX, akhir sekolah di level menengah. Semester satu akan segera tuntas dan yang perlu dipikirkan adalah persiapannya ikut UN disamping kemana nanti setelah mas Afin lulus. Walaupun bukan masuk golongan anak yang agak lemah daya ingatnya tetapi kami ingin persiapan mas ikut UN tidak bisa asal-asalan.

Nah, salah satu cara untuk membantu persiapan UN tentu dengan les. Mau didampingi sendiri, mama papa sudah tidak update pelajaran sekolah apalagi kisi-kisi UN seperti apa yang diprediksi akan keluar tidak ada sama sekali dalam benak kami. Di sekolah sebenarnya sudah ada jam tambahan pelajaran.

Dia bersekolah kira-kira selesai pukul 15.30 sore. Jadi lumayan lama waktunya belajar. Mama kemudian mencoba berkunjung ke salah satu lembaga yang memberikan bimbingan untuk tanya berapa ongkos lesnya. Dengan perkiraan waktu hingga UN masih ada 5 bulan. Biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 3,4 juta dengan waktu les seminggu 4 kali durasi 1,5 jam.

Kami berpikir lumayan mahal meski biaya itu bisa dicicil. Uang pendaftarannya sampai Rp 200.000. Saat kami tanya, memang ada beberapa temannya yang juga les di lembaga bimbingan. Cuma apa iya pulang sekolah sudah sekitar jam 16.20 kemudian pukul 19.30 berangkat les?

Inilah yang membuat kami masih mempertimbangkan kondisi fisik maupun psikologisnya. Jangan-jangan begitu dibayar si anak tidak sanggup. Bukan soal uangnya namun menjelang UN lebih bagus menyiapkan psikologis anak daripada menekan dirinya untuk belajar, mengerjakan tugas hingga berangkat ke tempat les. Ah rasanya koq tidak tega.

28 November 2014

Mbak Alma Injak Usia Ke 13 Akan Segera Beranjak Remaja

Alhamdulillah.... usia mbak Alma menginjak ke 13, usia yang beranjak ke remaja dari anak-anak. Banyak hal yang sudah didapatkan meskipun usianya masih sangat belia. Pengalaman menulis dan berbicara di depan forum sudah lamayan walau bisa dihitung dengan jari. Itu semua berkat dampingan dan bimbingan ibu tercinta yang telaten dan tak bosan mendidiknya.

Sayangnya, kado indah berupa terbitan sebuah karya yang ke 9 belum hadir meskipun rencana cover novel tersebut sudah sekitar sebulan dikirimkan. Bahkan ketika tanya ke teman papa, katanya sudah masuk proses cetak.

Kami merayakan ultah mbak Alma dengan makan-makan di degan ijo. Ya hanya kami ber 5 dengan pembicaraan banyak hal. Tentu ada kado juga yang kami berikan siang harinya. Mbak senang dengan apa yang didapatkannya. Pun dari teman-temannya yang memberi hadiah.

Met ultah mbak Alma, Anugrah Rawiyah Salma anak kami yang luar biasa. Semoga senantiasa sehat, rajin beribadah, berdoa dan berbakti pada orang tua. Jaga dirimu karena kamu tumbuh dijaman yang penuh mencemaskan orang tua. Semoga kami masih bisa menemanimu hingga kelak nanti. Jadilah pribadi yang menyenangkan bagi banyak orang.

18 November 2014

Pak "K" Sang Guru

Pelajaran bahasa Inggris dikelas tadi menyebabkan air mataku berurai. Kenapa? Begini ceritanya....

Pelajaran sudah usai namun waktu rehat masih 15 menit. Pak K menawari mau bahas soal atau sudahan. Teman-teman sekelas meminta selesai saja tapi aku masih bertanya beberapa hal pada beliau. Kalau kesulitan menjawab, beliau buka kamus di hpnya. Mau bantu dan telaten. Meski cara mengajarnya agak gimana dan itu membuat hampir satu kelas minta pak K diganti.


Permintaan itu direspon oleh Waka bagian kurikulum dan beberapa dari kami diminta mengisi data kenapa meminta pak K diganti sama yang lain. Oleh walikelas kami dinasehati bahwa meminta ganti itu tidak mudah selain penggantinya belum tentu lebih menyenangkan. Aku dan 3 orang teman setuju dan pada dasarnya beliau baik.

Kami kemudian kembali kekelas, berniat memberi penjelasan ke teman-teman. Sobatku si V langsung bicara didepan menyadarkan teman-teman. Selain pak K sudah senior juga penggantinya belum tentu lebih enak. Dipikiranku hanya bergejolak tentang "rasa yang dialami pak K kalau seandainya beliau tahu". Lantas aku nimbrung penjelasan sobatku V.

"Gini lho teman-teman, pak K itu baik. Beliau kalau ditanya mau jawab, membantu sampai membukakan kamus. Mbok ya dipikir kalau punya usul" tiba-tiba suaraku tercekat dan tak mampu meneruskan. Sahabatku lain si D, berusaha menentramkan diriku. "Sudah... sudah....mbok kamu jangan gitu. Aku jadi sedih. Nanti tak peluk lho kamu" kata dia yang juga perempuan kayak aku.

Aku berharap teman-teman mau ngerti. Toh pak K ga kasar, acuh atau keras. Beliau mendidik dengan baik cuma memang ada kekurangannya. Lho bukannya setiap orang ada kekurangannya? Jadi mari kita maklumi serta membuat kita harus belajar lebih rajin.


17 November 2014

Menengok Teman Yang Patah Tulang

Hari Minggu kemarin, mas Afin pergi ke Grogol untuk menjenguk temannya yang mengalami patah tulang. Dia teman karib yang sering duduk bareng di kelas. Tangannya patah dikarenakan main sepakbola. Berdasar penuturannya, awalnya cuma dipijit tetapi rasa sakitnya tak kunjung mereda. Saat kesekolah cuma diberi gips saja.

Ketika dirontgen, ternyata tangan Alwan patah. Akhirnya dia harus menjalani operasi dan di gips. Mama dan papa menyarankan untuk menengok, dan hal ini penting sebagai bentuk kepedualian terhadap teman. Juga ke teman satu kelas, setidaknya patungan untuk sekedar memberi tali asih.

Minggu pagi sekitar pukul 09.00 mas bersepeda dan janjian di dekat pabrik Batik Keris untuk ketemu Ibul. Setelah bertemu mereka berkunjung kerumah Alwan. Tak berselang lama, mereka berdua pulang. Rupanya ada teman lain yang juga menengok, mewakili kelas. Akhirnya mas dan ibul di sms untuk balik lagi. Setidaknya ada 11 laki-laki dan 3 perempuan yang menengok.

Sabtu malam, papa menunjukkan rute yang terdekat ke Batik Keris. Kalau lewat jalan besar, selain ramai juga jaraknya terlalu jauh. Papa mengijinkan mas naik motor cuma mas ragu meminta ijin mama. Kebetulan papa pas kerja bakti sehingga mas membatalkan niatnya.

13 November 2014

Dik Adhan Tetap Pulang Jam 12.00 Siang

Sudah banyak cara yang dilakukan mama papa untuk membujuk adik bersekolah secara optimal. Rupanya tetap yang diterima dik Adhan malah sebaliknya. Dia mulai lagi menolak pulang siang jam 14.30 dan memilih pulang pukul 12.00. Beragam cara seperti reward yang ditawarkan papa tidak membuat hatinya goyah alias berubah pikiran.

Tawaran turut mengantar dan menjemput baik mbak Alma atau mas Afin sembari tentu nonton kereta tak diindahkan. Pun demikian dengan resiko tidur siang sendiri, tidak nenen bahkan maem sore sendiri sanggup dilakukannya.

Pun saat mama ke Jogja Selasa-Rabu tanggal 11-12 November, maunya tetap pulang siang. Niatnya malah bolos sekolah daripada di jemput pukul 14.30. Meski waktu diantar ke sekolah dan dijemput tidak menangis, tetap saja maunya pulang pukul 12.00. Bahkan tidak turut mengantar dan menjemput mama ke stasiun akan diterimanya.

Bahkan kadang demi tidak masuk sekolah, dik Adhan berujar "Ma aku mau bobo lagi. Nanti bangun siang, maem terus bobo lagi". Atau kadang pilih dirumah tidak sekolah meski cita-citanya tidak tercapai sebagai masinis. Yah, cukup membuat kami agak khawatir

09 November 2014

Dikunjungi Mas Thoby dan Mas Ghany

Saudara sepupu mas Afin, mbak Alma dan dik Adhan banyak banget terutama dari simbah Klaten. Jumlahnya belasan dan ketemunya agak jarang. Wong yang dekat seperti mbak Angel dan mbak Salsa saja tidak mesti 2 bulan sekali. Apalagi yang lain seperti mbak Nabila sama mas Fadhil yang di Jakarta atau mas Tito dan mas Candra di Banjarmasin.

Ada juga mbak Reres, mas Kiky dan mas Evan yang di Cilacap. Meski demikian mama papa sering mengingatkan nama-nama tersebut supaya persaudaraan mereka tetap terjaga. Seminggu lalu kami kedatangan mas Thoby dan mas Ghany. Mereka baru saja berkunjung ke rumah pakde Bambang di Semin, Pulangnya mampir ke Solo. Moment yang kebetulan.

Mas Thoby dan mas Ghany dijemput papa serta mas Afin di Kleco. Kemudian berbincang jelang sore hari. Papa mengajak untuk jalan-jalan karena mas Thoby dan mas Ghany mengaku belum pernah mengerti Kota Solo. Berhubung mereka hobi bola, sasarannya pasti Stadion Manahan. Cuma sebelum kesana, papa ngajak tujuan lain lebih dulu.

Nah begitu perjalanan dari Ngarsopuro ke Manahan tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Sehingga kami hanya lewat dan tidak mungkin ambil gambar. Sayang sekali tapi apa boleh buat. Malamnya mas sempat ngobrol cukup lama dengan mas Ghany yang rupanya jago nulis dan melukis. Mereka berdua pulang dengan Kereta Kalijaga habis subuh diantar oleh papa.

04 November 2014

Sengaja Ambil Yang Tak Tepat

Setiap anak seringkali memiliki kebiasaan yang unik dan tidak sama dengan yang lain bahkan bila itu saudaranya. Kadang ada anak yang memang melakukan kewajibannya secara lambat atau dilakukan pada akhir waktu. Jadi bukannya malah menyegerakan dan memang disengajakan melakukan pada saat akhir jelang waktu habis.

Mas Afin memiliki kebiasaan ini mulai dari bangun tidur hingga jelang tidur. Kebiasaan mengakhiri sesuatu makin sering terlihat sejak pertengahan kelas VIII. Entah faktornya apa namun bisa dilihat setiap harinya. Bangun pagi, meski sudah terjaga ya tetap berada diperaduannya. Jelang pukul 6 baru beranjak untuk sholat dan makan sembari nonton TV.


Jelang 6.30 waktu rumah kami baru masuk kamar mandi. Sedang adiknya mungkin sudah 15 menit lalu berangkat. Pulang sekolah melepas pakaian dan sepatu langsung baca koran. Tas, pakaian dan sepatu dibiarkannya berserakan disampingnya. 15 hingga 20 menit setelah pulang baru diberesi. Pun mandi sore, sekarang begitu Adzan maghrib sering sebagai penanda mandi sorenya.

Kalau soal belajar, ini yang agak berat. Setelah mengaji pasca maghrib pasti mencandai dik Adhan atau ngobrol di kamar dik Alma. Sampai dibawah ya bolak balik minum, cari snack, ke kamar papa mencandai dik Adhan. Menyahut topik yang dibicarakan mama papa gitu.

Pasca ngejadual, bukunya dibiarkan berserakan. Sholat isya akan dikerjakan kalau menjelang tidur ya pukul 21.45 waktu dirumah. Buku  pelajarannya akan dibereskan bila memang akan beranjak tidur bukan begitu selesai belajar. Makin gede apakah bisa berubah? Mama sih tidak bosan menasehati tapi tidak tahu masih begitu.

27 Oktober 2014

Ketemu Melia Putri Di Cawas Klaten

Rupanya penggemar mbak Alma sudah cukup banyak. Maklum yang kenal lewat media sosial juga terus berdatangan. Itupun kadang media sosial di facebook tidak tiap hari dikelola penuh. Sebab waktu untuk sekolah, istirahat, belajar dan membantu mama saja kadang hampir habis. Hari Sabtu - Minggu biasanya sigunakan untuk membaca atau menulis.

Media sosial juga diperkirakan yang menjadikan buku kedelapan mbak Alma menjadi cetak ketiga. Ini kali pertama buku karya mbak Alma diterima baik. Kata papa sih selain unsur cerita, cover serta judulnya menarik. Artinya bagi anak-anak yang melihat, magnet itu kerasa banget. Perpaduan warna dasar, judul dan gambar membuat pembaca akan penasaran.

Ekspresi gambar juga menunjukkan ada sesuatu. Tulisan OMG menambah kesan penasaran tersebut ditambah kejadiannya bukan di dalam negeri. Efek lain dari berkembangnya sosial media, permintaan pertemanan terus saja berdatangan. Tidak mungkin juga mbak Alma membuka terus bahkan kadang perlu diingatkan.

Ada juga yang mengajak bertemu apalagi saat ada jumpa penulis, banyak yang ajak foto bareng. Nah diluar itu, saat ke Klaten ada salah satu teman media sosial mengajak ketemu. Mbak Alma berusaha menepati tawaran tersebut.

Usianya sebaya dan hanya kenal di sosial media. Amelia atau Melia mengajak bertemu di Cawas. Dia mengajak temannya sedang mbak diantar sama papa dan dik Adhan. Melia membeli 2 buku, minta tandatangan dan kemudian berfoto-foto bareng. Melia sempat membeli buku Are You OK Grandma dan London OMG!. Semoga kedepan banyak lagi karya mbak Alma yang luar biasa.

25 Oktober 2014

Naik Kereta Lagi, Dik Adhan

Begitu mendengar kabar mbah Uti sakit, papa mama dan dik Adhan segera meluncur ke Pekalongan. Mbak Alma dan mas Afin sesaat ditanya menjawab tidak apa-apa ditinggal apalagi cuma sehari. Ya mama turut ke pekalongan walau esok harinya langsung pulang. Hari Minggu sebelumnya papa mama dan dik Adhan dari Klaten, kebetulan simbah ada acara arisan sehingga perlu bantu-bantu.

Untuk memudahkan perjalanan, kami menaiki kereta yang berangkat habis subuh dan jelang dhuhur udah sampai dirumah simbah. Selama berada di Pekalongan bersama papa 4 hari terlihat senang. Apalagi bulek sama om sempat mengajak main ke mall. Maem dan mandi bisa sama mbah atau mak nduk sekalian sama dik Naya.

Untuk tidur siang maupun tidur malam tentu sama papa. Walau tidak nenen mama, rupanya semua berjalan lancar. Tidurnya juga nyenyak lha gimana ga, pake AC soalnya. Tiap hari bermain dengan Naya serta untungnya rukun, jarang banget bertengkar, rebutan mainan atau beda minat mainan. Pun dengan dik Yoga bermain biasa.

Yang paling membuatnya ceria ya selama perjalanan ke Solo atau ke Pekalongan. Naik kereta serta melihat kereta lain. Sewaktu di Poncol, dik Adhan melihat kereta baru yang diluncurkan belum sampai sebulan. Namanya Kedung Sepur, nama itu langsung diingatnya hingga pulang ke Solo.

Hanya sewaktu tiba di Solo, dia malas bersekolah. Sempat nangis saat diantar dan maunya ditinggal di Pekalongan, sekolah ditempat simbah dan lain sebagainya. Adik ga mau sekolah pulang sore hari dan ini menjadi PR yang masih akan dihadapi mama papa.

24 Oktober 2014

Benahi Nilai Beberapa Mata Pelajaran

Setelah seminggu penuh mas Afin dan mbak Alma berkutat dengan test tengah semester. Sehari bahkan kadang 3 mata pelajaran. Tentu tidak gampang karena yang diajarkan cukup banyak. Mereka berdua menerapkan strategi berbeda. Bila mas Afin belajar dari jam 5 sore dilanjut habis maghrib namun mbak Alma siang, sore, malam kadang jelang berangkat.

Menurut mas, sudah banyak yang difahami sehingga hanya perlu merefresh saja. Mbak Alma sempat kesulitan dalam soal matematika. Nanya papa, angkat tangan. Nanya mas Afin dijawab sudah lupa. Akhirnya tanya teman mas Afin.

Kebanyakan mereka belajar sendiri dan tipe belajarnya cukup berbeda. Mbak Alma lebih sering berada diruang tamu dengan menghapal sedangkan mas Afin tetap didepan kamarnya sembari bermain bareng adik. Ya kadang menghapal juga meski tidak sesering adiknya. Janji diberi reward bila hasilnya bagus, membuat mereka ekstra keras belajar.

Alhamdulillah hasil yang didapat secara nila memuaskan. Mas Afin rata-rata 86 sedangkan mbak Alma dapat 89. Titik yang harus ditingkatkan yakni Matematika dan Bahasa Inggris. Untuk Matematika sewaktu ditanyakan ke Wali Kelas, rupanya ada kendala dari sisi guru pelajarannya. Berarti yang perlu disesuaikan tentu mbak Alma dan mas Afin.

Secara total hasilnya memang bagus namun masih ada bolong-bolong dibeberapa mata pelajaran. Pun dengan kurikulum 2013, rupanya belum diterapkan di sekolah. Dari pelacakan papa ke teman mbak Alma, ada sikap yang perlu dirubah dan menjadi indikator penilain. Trims ya anak-anak, sudah merubah diri.

15 Oktober 2014

"Mama, Jemput Siang Ya Ma"

Seminggu terakhir dik Adhan ngotot pulang siang meski sudah dibujuki papa untuk pulang sore. Sebab rencananya akan diajak papa ke Pekalongan naik kereta. Kalau saat sore hari diingatkan sih jawabnya iya namun esok paginya berubah.

Mama yang agak kerepotan sebab sejak bangun tidur hingga menjelang ditinggal di sekolah selalu minta jemput siang. "Nanti jemput siang ya ma" tutur adik.

Awal bangun kata-kata pertama yang sering diomongkan "mamaaaa.... aku nanti pulang siang? Aku ga mau ikut papa ke pekalongan. Mau dirumah saja". Mama sampai bosan harus menjawab. Begitupun selesai mandi pagi, "Nanti jemput siang ma" sembari turun tangga.

Di sela-sela makan pagi, tak jarang keluar kalimat "Ma, jam 12 itu siang ma? Nanti bobo dirumah ya ma" pinta adik. Kalau jawaban mama tidak memastikan jemput siang, begitu mau ditinggal disekolah maka wajahnya mimblik-mimblik mau nangis.

Dengan terisak sambil bilang "Ma, nanti jemput siang ya ma ya.... mama... adik dijemput siang, bobo dirumah"pintanya. Kalau sudah begini mama kebingunan. Dulu papa sudah menawarkan 1 minggu jemput siang 3 kali saja yaitu hari Selasa, Kamis dan Sabtu.


04 Oktober 2014

Challange Dari Mama Papa Untuk Mas dan Mbak

Ini mid semester pertama atau UTS Tahun 2014 saat mas Afin kelas IX dan mbak Alma kelas VIII. Tidak mau terulang kejadian semester akhir kemarin, papa menantang mereka meningkatkan prestasi. Caranya tentu dengan memberi reward bila nilai mereka diatas 90 dan punishment bila dibawah 80 untuk mata pelajaran pokok.

Sedang mata pelajaran yang bukan pokok apalagi tidak mereka kuasai seperti olahraga, ketrampilan, seni memang tidak ikut dihitung. Wajar saja sih karena memang pertama bakatnya tidak disana, kemampuannya kalau toh pun didorong tidak optimal betul.

Mas dan mbak akhirnya menerima tantangan. Mama papa sih tidak atau hampir tidak membandingkan dengan temannya satu kelas. Ini yang harus disadari bahwa membandingkan dengan anak lain tidak cukup fair. Makanya tantangan lebih ke dalam diri mereka sendiri. Berdasarkan pengamatan mama papa, usaha mereka ketika test sih biasa saja.

Belajar ya paling sampai jam 20.00, disambil makan minum, liat teve, sms dan banyak aktivitas lain. Mama papa sendiri sudah cukup kewalahan dengan perkembangan mata pelajaran. Sudah banyak yang tidak bisa diikuti terutama seperti matematika.Apalagi mas Afin kini kelas IX, dan sebentar lagi bakal menghadapi ujian nasional.

Hingga test terakhir nilainya masih bagus serta bisa mengikuti. Hal ini bisa dilihat dari jarangnya mereka bertanya soal matematika. Ah semoga kalian berhasil membenahi nilai kalian ya nak...

17 September 2014

Soal Luka, Tangis Anak atau Mama, Papa Pilih Menjauh

Papa itu orangnya suka ga tahan hatinya kalo ada yang terluka fisik. Itu sejak papa kecil makanya sering nyingkir dengan mimik galau gitu. Nah semalem mbak Alma mau buat prakarya. Nyari kardus, cutter sama penggaris. Yang lain beraktivitas sendiri-sendiri.

Tiba-tiba mbak Alma berteriak "aduh" kena cutter, papa melihat dan jelas muncul darah merah kental dari jempol kirinya. Meski sudah dilap bolak balik tetap saja keluar. Papa menyarankan ditempel pake es. Sedang mama menasehati lain kali pakai gunting saja karena bahaya. Papa sama sekali ga mendekat dan menyelesaikan pekerjaan mbak Alma.
Mama menemani mbak menempel es di jempol kirinya. Tentu menagis sebab lumayan dalam lukanya. Ah papa jadi teringat beberapa kejadian yang membuat papa memang ga tega. Sebut saja saat mama melahirkan, papa selalu menjauh karena ga tega dengar jeritan sakitnya mama melahirkan mas Afin, mbak Alma maupun dik Adhan.

Juga saat mas Afin tangannya mau diluruskan setelah patah sempurna di sekolah. Papa menjauh dari ruang rumah sakit dimana mas Afin berteriak kesakitan dan ditemani mama. Atau saat mas Afin sunat, jangankan nungguin diluar kamar, papa lebih baik berkendara ke sawah membawa hp dan bilang ke mbak Alma untuk sms kalau sudah selesai prosesnya.

Kejadian tangan mbak Alma mengingatkan beberapa kejadian yang membuat hati papa getir, perih dan sakit. Sepanjang mbak Alma mengobati lukanya, papa sama sekali ga berani melihat luka. Bawaannya sewot dan menyesal kenapa membiarkan mbak Alma menangani tugasnya sendiri.

10 September 2014

Ada Apa Dik Adhan?

Karakter anak pasti berbeda dan uniq, tidak ada satu sama lain akan sama persis. Pun demikian seperti halnya dik Adhan bila dibandingkan dengan kakaknya. Bila di awal sekolah TK berani ditinggal, pulangnya ceria kini setelah 2 bulanan mulai ngambek.

Dik Adhan lebih suka pulang siang, tidak mau bobok di sekolah. Alasannya bisa nenen mama, disekolah ga enak dan dik Adhan merasa sedih. Saat ditanya mama kenapa sedih, dijawab tidak tahu. Yang jelas tidak ada yang mengusilinya. Kami sempat cerita ke bundanya di PAUD dan teman karibnya memang ada 2 Anggra serta Azis (adik manggilnya Ayis).

Anggra tipe anak yang sangat aktif, kadang memang sengaja berkomplot untuk menolak perintah bunda. Menurut bunda, dibiarkan saja tetapi diarahkan. Kami masih tidak cukup yakin "bertarung" dengan pengaruh temannya. Terbukti si anak mengaku sedih. Versi lain pas Senin ketika pada main diluar, bundanya memanggil dengan suara tinggi. Itu disimpulkan dik Adhan sebagai kemarahan.

Kami tidak tahu dimana posisi dik Adhan saat dipanggil. Bisa jadi ada di dekat bunda sehingga suara keras itu terasa lebih keras lagi. Papa mencoba menawar untuk pulang siang paling hanya Selasa dan Jum'at plus Sabtu yang memang lebih dini.

Awalnya dik Adhan okey saja namun Rabu pagi kembali mewek minta dijemput siang. Disekolah sama saja, terlihat sedih dan tidak segera beranjak meski disamperin Anggra serta Aziz. Ah ini tantangan bagi mama papa untuk segera mencari jalan keluar.

05 September 2014

Ultah Tanpa Papa

Kami dirumah ber5, dengan ukuran rumah yang kecil mungil yang sesekali ketika tamu hadir terasa penuh, sesak alias gerah. Maklum tidak luas namun sungguh, kini bisa ditanya anak-anak tempat mana yang selalu mereka rindukan? Tempat mana yang ingin dipijak selalu? pasti jawabannya rumah. Terlihat ketika pergi, selalu ingin cepat kembali.

Suasana diruangan manapun selalu meneduhkan. Lihat saja mereka beraktivitas. Setiap sudut menjadi tempat favourite mereka. Bercengkerama, tertawa, menangis, bersedih dan seluruhnya. Nah begitupun ketika mereka ultah, kegembiraan itu seakan memancar dari tiap sudut.

Maka semua yang dirumah kami sebenarnya ingin hadir, tertawa dan berpelukan bersama. Mensyukuri apa yang sudah ada hingga kini. Semuanya menguatkan, mengeratkan, mengharap dan berdoa. Sayangnya kadang keinginan itu tidak bisa diraih. Termasuk ketika dik Adhan berulang tahun ke 5 September ini. Berhubung papa lagi banyak kerjaan, tiup lilin tanpa papa.

Bernyanyilah selamat ulang tahun mereka berempat, meniup lilin, memakan kue dan membuka kado. Di tempat kerja, sungguh papa ingin hadir. Yah yang penting semoga ke depan dik Adhan akan makin besar, cepat pintar dan jadi anak Sholeh. Hadiah-hadiah ulang tahunpun dibuka, hhhmmmmm.... diapun merasa senang dan gembira.

Kakak-kakaknya mampu menghadirkan suasana yang menyenangkan dirinya. Hadiah yang diterimanya langsung dibuka dan dimainkan. Sehari sebelumnya bahkan sudah ada mainan yang keburu dibuka. Wajar si Adik sama mbaknya ga tahan untuk segera main lilin itu.

15 Agustus 2014

Masak Minusnya Nambah Terus?

Membaca merupakan aktivitas yang mengasyikkan bagi mereka bertiga, Mas Afin, mbak Alma dan dik Adhan. Mereka bisa bertahan lama untuk membaca hingga seluruh cerita ludes dituntaskan, tandas tak tersisa. Kadang posisi membaca ya begitu sehingga mas dan mbak berkacamata.

Segala upaya coba dilakukan papa mama agar minus di mata tidak bertambah. Pernah terapi, memakai tetes mata, disarankan mengolahragakan mata namun rutinitas yang sulit dijaga. Otomatis minus terus bertambah. Mas seringkali menggunakan kacamata tanpa lepas kecuali mandi dan tidur. Akibatnya tingkat ketergantungannya ya tinggi.

Kini, saat kelas tiga rupanya sudah berkurang lagi. Papa mengajak untuk cek di optik. Benar saja sudah menjadi minus 6 padahal masih kelas 3 diusia ke 14. Wah berat juga minusnya, gede banget. Secara psikologis kami semua berat menerima ini tapi mau bagaimana lagi. Kalau tidak disesuaikan takutnya mengganggu pelajaran.

Mas sudah mengeluh sulit mengikuti pelajaran sebab tulisan didepan sudah tidak terlihat lagi. Kami, orang tuanya berharap agar ada perubahan sikap sehingga minus dimatanya tidak bertambah dan kalau bisa berkurang. Terlihat kesedihan diraut wajah mas, tapi seringkali begitu kalau ganti lensa.

Perlu komitmen yang tinggi agar mata minus mas tidak makin bertambah. Juga mbak Alma karena ada beberapa pekerjaan yang memang menolak orang berkacamata. Ah, doa ini semoga kau dengar dihati sehingga sikap menjaga mata benar-benar kau lakukan.

13 Agustus 2014

Puasa Syawalan, Menjadi Agenda Pasca Lebaran

Puasa Syawal, memang ibadah Sunnah yang hingga tahun sekarang hanya beberapa kali dikerjakan mas sama mbak. Dalam beberapa riwayat disebutkan puasa Syawal hingga enam hari. Tahun ini rupanya keinginan mas Afin dan mbak Alma begitu besar menunaikan puasa Syawal. Mama memberi dukungan yang besar agar tuntas.

Catatannya saat sekolah ya seperti biasa, nyepeda. Tak diantar dan dijemput papa. Rupanya mbak Alma bisa kelar duluan untuk 6 hari puasa. Sementara mas Afin kemungkinan yang kedua karena keputus hari ultahnya karena mentraktir temannya dan Senin ada jam olahraga.

Papa yang keteteran berpuasa karena memang kebetulan ada beberapa aktivitas yang bersifat umum dengan rekan kerja sehingga ga enak kalau berpuasa. Nah mama berpesan bahwa manfaat puasa itu penting karena juga mengandung doa. Ada tetangga kami yang yatim sejak mereka SMP, kini hidupnya mulai terlihat cerah. Kata ibunya prestasi sekolah biasa saja.

Yang luar biasa dilakukan mereka bertiga yakni sholat Dhuha dan puasa Senin - Kamis. Ada hal lain juga yang dilakukan orang tua mereka sih. Tentu harapannya mbak Alma sama mas Afin mengambil pembelajaran yang diceritakan mama. Artinya dalam menggapai cita-cita tidak sekedar berusaha namun doa serta ikhtiarnya dengan cara Islami.

Alhamdulillah, pada puasa Syawal ini mas sama mbak mampu bertahan dengan aktivitas keseharian. Bersekolah, bersepeda, main dan lainnya meski ya tetap harus sahur. Ah semoga puasa menjadi salah satu wujud cara kalian berdoa.

11 Agustus 2014

London OMG! Karya Anugrah Rawiyah Salma Bulan Juli Sudah Cetak Ketiga

Rupanya buku novel tulisan mbak Alma berjudul London OMG! yang diterbitkan oleh Noura Books Februari 2014 disambut cukup baik. Setidaknya hingga bulan Juli 2014 sudah cetak ketiga kali. Artinya sambutan pembaca luar biasa bagus.


Ada beberapa faktor yang memang secara fisik buku ini banyak diburu pembaca novel anak. Kemasan dan judul buku berpengaruh cukup besar. Selain tentunya cerita dari mulut ke mulut maupun friend mbak Alma di facebook. Memang agar buku cukup laku keras tidak mudah, ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi dan sebelumnya belum pernah.

Karya ini juga dipuji oleh mas Ghany, kakak sepupu yang menyukai sastra. Menurut mas Ghany, karya London OMG! sulit diprediksi dan mengejutkan. Itu sms mas Ghany ke papa. Novel London OMG! merupakan karya ke 8 Anugrah Rawiyah Salma, novel ke 3 dan buku ke 2 yang diterbitin Noura Books yang masuk dalam PCPK.

Saat ini juga masih menunggu satu karya yang sudah disetujui oleh redaksi Tiga Ananda. Masih ditunggu kontraknya koq belum sampai kerumah. Secara kualitas, menurut mama sudah meningkat. Cuma memang perlu didampingi agar tidak angin-anginan karyanya baik atau kualitasnya makin cemerlang. Mama papa juga terus memberi dukungan, lahan pembelajaran yang tentu bisa tepat agar kualitas menulisnya makin bagus.

Kebetulan saat ini mbak masih kelas VIII sehingga kesempatan menghasilkan karya belum banyak terganggu. Tantangan terbesar ya dari perkembangan teknologi, seperti internet dan game yang cukup banyak menyita energi.

08 Agustus 2014

Kecelakaan, Terlambat Sekolah dan Disetrap

Hari Rabu 6 Agustus kemarin mas Afin di setrap, dijemur dilapangan bersama 40 siswa lain dan 4 diantaranya teman 1 kelas. Mereka di strap karena datang terlambat ke sekolah. Pintu gerbang sudah ditutup, otomatis nunggu dibukakan. Rupanya dia tidak sendirian, banyak anak yang lain.

Pagi itu dirinya terlambat disebabkan ban sepedanya bocor dari rumah. Sudah ditawari diantar tidak mau. Diminta mama untuk memompakan dulu tidak ada pompa. Dituntunlah sepeda itu hingga 250an meter. Selesai ditambal, ngebutlah dia karena tentu hari makin siang. Padahal hari itu masih menjalankan puasa Syawal.


Disebuah jalan, mas melalui mobil yang diparkir tapi tiba-tiba dari sisi kiri mobil bergerak cepat sepeda motor kearah kanan. Otomatis tabrakan tak terhindarkan. Keduanya jatuh. Si pengendara motor marah-marah karena spionnya patah dan mas Afin langsung terbangun meminta maaf lantas melajukan kembali sepedanya.

Dirumah mama papa sama sekali tidak mempersoalkan keterlambatan, di setrap atau kesusunya itu. Sayangnya pada saat kecelakaan mas tidak meminta pertanggungjawaban pengendara motor. Dari aspek peraturan mas sudah benar dan kenapa malah meminta maaf? Akibatnya pulang harus berhenti dibengkel lagi membetulkan as roda yang tidak simetris dan mengganti rem.

Pesan pentingnya, bila mau pergi ke sekolah siapkan segalanya disore hari atau malamnya. Agar waktu pagi tidak tergesa atau terburu-buru. Mama sebenarnya sudah was-was takut mas malah bolos apalagi sudah kelas IX. Bengkel dekat underpass ditanya adakah anak SMP yang nambal ban pagi tadi, dijawab tidak ada. Beliau mengkhawatirkan dirimu nak. Papa yang menenangkan mama.

Kejadian ini pasti akan memberi pelajaran penting, bahkan sangat berarti. Papa melihat mas Afin pasti mengambil hikmah yang dalam. Beberapa tandanya, sampai rumah tidak marah-marah, bercerita lengkap, tetap ceria dan tidak mengeluh lapar maupun haus. Kamu menangkap itu nak.

05 Agustus 2014

14 Tahun, Semoga Makin Baik

Hari ini begitu istimewa bagi mas Afin karena bertepatan dengan hari lahirnya. Ya hari lahir ke 14, sebuah usia yang spesial, usia peralihan, usia disaat dimulainya mengingat banyak hal. Usia yang cukup rawan untuk merasa bahwa orang tua seperti selalu menyalahkan walau fakta tidak begitu. Usia dimana orang tua mulai merasa anak seakan-akan selalu menolak perintah.

Komunikasi yang coba dibangun diusia segini hingga diatas 20 tahun tidak mudah. Maka dari itu penting saling menyadari. Bagi mama papa, ini saatnya beralih peran dari Ing Ngarso Sung Tulodho menjadi Ing Madyo Mangun Karso.

Peralihan itu perlu diikuti dengan kesadaran bersama sehingga masing-masing pihak memahami. Kewajibannya bertambah besar namun previledge dan hak yang diterima semakin besar juga. Inilah fungsi keseimbangan yang coba kami bangun. Ini memang titik awal dan prosesnya masih ada beberapa tahun. Moment ultah ke 14 ini juga semacam tonggak bagi mas.

Tonggak dimana sekarang mas di kelas IX dan akan segera beralih ke SMU atau kelas X. Kami tidak makan-makan diluar karena mbak Alma puasa dan kebetulan ada kunjungan mas Chandra. Waktunyapun mepet. Jadi kami lebih banyak kirim doa dan dukungan agar ke depan mas Afin menjadi lebih baik. Tidak hanya nilai namun juga tutur kata, perilaku, sopan santun.

Beragama, patuh orang tua menjadi bagian yang turut penting selain prestasi sekolah. Nak, bertambahlah dewasa dan belajarlah dari tiap detik nafas serta lingkunganmu.

03 Agustus 2014

Terima Kasih Pak Drajat

Gadget seperti hp, tablet, smartpone sepertinya sudah jamak dimiliki oleh anak-anak baik usia SD hingga dewasa. Ada yang membeli sendiri, dibelikan, kado ultah atau bentuk lainnya. Mas Afin dan mbak Alma termasuk pengguna alat komunikasi seperti itu. Dan ketika kami bepergian, tentu benda tersebut tak ketinggalan turut dibawa.

Tidak mudah membawa atau memanfaatkan benda-benda itu. Sebab ada benda lain yang juga turut dibawa serta yakni charger beserta kabel sekalian. Kalo ketinggalan, wah bisa repot nantinya. Hp bisa dipegang masing-masing namun charger kami jadikan satu sehingga memudahkan. Biasanya kami taruh disatu wadah dan disimpan disalah satu tas.


Bila satu charger bisa dipakai oleh lebih 1 hp akan memudahkan kami. Ga repot membawa banyak charger apalagi sesuai jumlah hp. Nah kejadian yang mengejutkan kami alami saat berangkat ke pekalongan naik kereta. Di Kaligung jurusan Semarang - Tegal, rupanya hp mas Afin jatuh. Dan ketahuan ketika kami sudah di mobil menuju rumah mbah.

Mas Afin keliatan marah, gelisah dan kecewa. Maklum beberapa hari sebelumnya sudah kehilangan uang saat mau beli jajan disuruh mama. Papa segera ambil tindakan dengan menelpon hp mas. Kondisi hp itu kalo menjawab telp kadang tidak bisa sehingga papa sms no mas Afin.

Si penemu sangat baik, namanya pak Drajat. Dia malah menelpon papa mengabarkan hp mas ada di dia. Pak Drajat menjelaskan dia akan kerumah orang tuanya di Slawi. Dan hari Minggu pulang ke Solo di Serengan. Awalnya papa mau mengambil di Slawi, berhubung rumahnya di Solo papa berubah pikiran dan mengambil di Solo saja. Akhirnya HP mas Afin bisa kembali dengan utuh.

Terima kasih pak Drajat.

Dan Papapun Tidur Larut 6 Hari

Bagi kami yang masih anak-anak, lebaran sungguh menyenangkan. Tidak ada jadual masuk sekolah, tidak ada PR, tidak ada tugas rumah dan adanya main-main saja. Apalagi tahun ini merupakan tahun kumpul bersama saudara yang lain.

Namun bagi mama dan papa kesibukannya jelas bertambah. Waktu istirahatpun akan berkurang. Papa misalnya selalu tidur menjelang pagi pada beberapa hari. Hari pertama yaitu tanggal 26 Juli, hingga dini hari atau sahur mesti bergadan menemani pakde Bambang menjemput pakde Joko sekeluarga. Otomatis tidur setelah subuh.

Tanggal 28 Juli, atau hari berikutnya ngobrol dengan keluarga Jepara tentang keluarga mereka. Ada mas Ghany, mas Thoby, mbak Dika dan mbak Riris. Obrolan yang sepertinya serius dan menguras emosi. Kadang saling bantahan, saling menyalahkan, tangis, isak dan derai air mata mengalir. Akhirnya menjelang subuh atau pukul 03.30 semua bisa selesai.

Dilanjutkan tanggal 29 Juli (hari pertama lebaran) setelah rapat keluarga simbah. Satu persatu beristirahat dikamar sedangkan papa sama pakde Sri sudah seperti saudara yang benar-benar lama ga ketemu. Ngobrol tiada habis hingga dihentikan Adzan Subuh. Mbah putri sampai terkaget tahu pakde Sri dan papa masih berbincang.

Tanggal 30 tidak terlalu larut (00.30) karena posisi kami pulang ke Solo. Cuma pukul 04.00 kami harus bangun dan siap-siap berangkat ke stasiun menuju Pekalongan, silaturrahmi ke mbah Pekalongan. Tanggal 31, seperti biasa papa sowan ke temannya yang pengasuh pondok pesantren. Disana hingga pukul 01.00, dilanjut ngobrol dirumah pakde Hasbi hingga pukul 02.00 dan muterin youtube mbah kakung sampai pukul 03.00.

Tanggal 1 juga sampai larut lagi karena ketemu sama pakde Hasbi dan om Aam, pulang pukul 01.30. Harus terbangun pukul 04.30 karena bersiap-siap menghadiri Halal bi Halal keluarga mbah Saodah di Jogjakarta. Sampai rumah Purbayan pukul 19.30 (2/8), ada tamu mbah Nunung hingga pukul 21.00.  Menemani mbah yang jam 01.00 pulang ke Pekalongan.

Benar-benar lebaran yang luar biasa....


31 Juli 2014

Naik Kereta Api Lebaran Kali Ini

Moment lebaran atau Idul Fitri memang merupakan peristiwa yang penting bagi kami. Itulah dimana masa-masa kami harus bersilaturahmi tidak hanya sama mbah namun juga pada saudara yang lain. Hanya tantangannya kalau silaturahmi ke mbah Pekalongan. Maklum saat lebaran berkendara umum tidak mudah apalagi naik mobil.

Mobilnya sih bisa dapat mudah karena pinjam punya om Febi, namun perjalanannya yang kadang dilalui tidak mudah. Bukan hanya macet, perjalanan harus malam agar cuaca tidak panas dan mbak Alma tidak teler karena muntah beberapa kali.


Lebaran ini, mobil sih ada hanya mama mempertimbangkan macet, mbak Alma dan kasihan mbah yang harus menempuh perjalanan jauh. Akhirnya kami mencoba naik kereta api yang agak gambling untuk jurusan pekalongan. Sebab bisa jadi tiket keburu habis dan kami harus menunggu pemberangkatan berikutnya. Belum lagi berangkat dari Solo habis subuh tepat, otomatis persiapan harus dari jam 04.00.

Untuk jurusan Semarang, kami tidak kesulitan mendapat tiket dan perjalanan lancar saja. Begitu sampai Semarang, mama turun duluan dan antri di loket. Papa bareng anak-anak keluar stasiun. Lantas antrian mama diganti papa. Dari data sementara kursi tinggal 20an padahal antrian masih banyak. Kereta berikutnya setelah Kaligung yaitu Pekalongan Express berangkat pukul 10.00.

Tak apalah yang penting tidak terlalu lama toh saat itu sudah pukul 08.20 menit. Rupanya ada yang memberi tahu bahwa ada tambahan gerbong sehingga kami masih dapat tiket Kaligung pukul 09.05. Setelah duduk, ada insiden kecil. Salah satu dari kami mendapat kursi terpisah, maksud papa ya berdesakan sedikit ga apa-apa. Tapi mas Afin dan mbak Alma tidak mau.

Papa terpaksa meminta jatah kursi ke orang lain namun orang itu (A) tidak mau karena jatah dia dipakai orang lain lagi (B) kebetulan bersebelahan. Si B beralasan tempat duduknya yang agak jauh dari situ dipake orang lain lagi dan sudah tanya pada petugas apakah sesuai nomor, dijawab seadanya. Otomatis terjadi keributan kecil.

Anak si B merasa malu dan mengajak ibunya pindah. Eh begitu sudah pindah, rupanya disebelah mama ada kursi yang kosong yang batal ditempati. Papa ga mau pindah kesana karena sudah kelewat mengusir orang. Mbak Alma ditegur papa agar lain waktu mau bersabar sehingga tidak terjadi yang kelewat mengusir orang apalagi jaraknya cuma dekat.

30 Juli 2014

Keluarga Pakde dan Bude Berdatangan Di Rumah Simbah

Lebaran merupakan moment penting bagi keluarga kami. Tidak sekedar berjumpa, bertemu, bertegur sapa, bermain atau bercerita. Lebih dari itu, kami semua bisa berbagi, memahami, membantu hingga belajar atas pertemuan. Maka dari itu, lebaran 1435 H sama sakralnya dengan lebaran lain.

Ini bukan cuma perjalanan pulang ke kampung halaman. Ada banyak makna disana. Sesuai jadual, kami akan bertemu dalam acara 3 tahunan di rumah mbah Dwijo G Harjono, orang tua mama. Semua saudara sudah mengkonfirmasi bakal hadir dirumah bulu Nanggulan. Berhubung papa masih berkeinginan maen futsal maka mama, dik Adhan dan mbak Alma berangkat duluan.


Hari Sabtu 26 Juli sekitar pukul 11.00 mereka berangkat menuju rumah mbah. Perjalanan lancar dan sampai disana habis dhuhur. Tak lama keluarga Cilacap minus pakde dan bude Sri sampai, turut ditenteng game PS. Pada sore menjelang berbuka, giliran pakde Sahlan sekeluarga memasuki rumah. Langsung saja mereka berbuka bersama dengan keluarga besar.

Hampir larut, papa dan mas Afin setelah selesai menendang bola segera meluncur ke Klaten. Tiba kurang lebih pukul 23.00 karena mampir dulu makan malam di Cawas. Baru sebentar, Keluarga pakde Bambang Semin memasuki rumah mbah. Pakde mengajak papa menjemput pakde Joko yang memang sudah terbang dari Banjarbaru pukul 14.00.

Turun di Surabaya dan melanjutkan dengan naik bus. Sekitar pukul 00.30, informasi yang kami terima sudah ada di Sragen. Pakde Bambang mengajak papa menemani menjemput. Pukul 02.30 bus tiba di Penggung, kami menyambut dan pulang ke Cawas.

Saat sahur, hanya kurang keluarga Jogja serta Jepara saja yang perwakilannya belum tiba. Alhamdulillah, Minggu, 27 Juli pukul 16.30 keluarga pakde Amin berhenti di pintu belakang rumah. Esok hari alias hari pertama lebaran keluarga Alm bude Endang yaitu 4 anak-anaknya sampai dirumah mbah pukul 23.00. Sedangkan pakde Sri dan bude Endah hari Selasa pukul 18.30 sampai di bulu.

22 Juli 2014

Di Pesantren Kilat, Mbak Alma Bertemu Guru-Guru SD

Seperti biasa, menggali informasi mengenai apa yang dialami mbak Alma untuk dituliskan disini sulit sekali. Pasca dijemput dari Pesantren Kilat di SD DJI, tidak banyak info yang digali. Papa perlu menanyakan ini itu berulang. Jawaban yang sering keluar seperti biasanya, "ya gitu gitu" thats its.

Rupanya selain mbak Alma, Dilla, Mas Afin, Mas Hafidz ada juga teman mas Afin lainnya yaitu mbak Firdha. Namun kebanyakan sih anak SMA. Yang sudah besar (SMA) sih jadi pembina atau istilahnya Abi dan Umi yang membawahi beberapa anak. Menurut mbak Alma, anak kelas V sekarang badannya kecil-kecil tapi kata papa "karena mbak Alma sudah gede".

Beberapa guru seperti pak Ali, pak Rois, pak Syafii juga tampak disekolah saat pembubaran PesKil. Mbak Alma masih dikenal mereka terbukti langsung memanggil dengan "Ma (Alma)". Sempat ditanya apakah masih menulis buku? eh enak aja jawab nggak. Padahal belum 10 hari lalu Novel barunya lolos di Tiga Serangkai.

Berhubung baru bergabung di Peskil kali ini, status mbak Alma jadi Visitor terutama ya bantu-bantu di sekretariatan. Jadi kalau ada orang tua siswa anter kasur, antar tas, antar bantal, antar hp, antar makanan atau lainnya. Nah mbak Alma yang menulis dikertas untuk ditempel dibarang itu, ditujukan buat siapa kelas berapa.

Kebetulan ada yang baik hati ngasih sekotak roti coklat untuk sekretariat. Pak Ali, bekas wali kelasnya di kelas VI serta guru les jelang UN sempat nanya apakah di MTSN bisa dapat ranking. Dengan pede mbak jawab dapat, ketiga belas. Padahal yang dimaksud dapat ranking ya setidaknya 10 atau 5 besar. Pak Ali langsung nyahut "itu namanya ya bukan dapat ranking".

Untungnya dilanjutin dengan pertanyaan berapa rata-rata yang didapat, lantas mbak menjawab 85 lebih. Kaget pak Ali dan guru lain mendengarnya sebab tak menyangka diluar 10 besar saja masih dapat 85. Memang sepertinya ada kenaikan yang cukup signifikan prestasi MTSN 01 Surakarta sekarang.

21 Juli 2014

Tak Sabar Menunggu Esok Hari

Ini hari kedua dik Adhan dirumah tanpa kedua kakaknya. Sepertinya biasa saja namun ga biasa bagi mama papa. Suara teriakan dik Adhan seperti "mbaaaaaaaaaaaaaakk......." atau "jangan tho maaaaaaaass" tidak terdengar sejak Minggu pagi.

Ya sejak Ahad pagi kedua kakaknya pergi ke sekolahnya dulu, di DJI. Disana ada pesantren kilat. Sekitar 2 minggu sebelumnya mama papa sudah mendorong mereka terlibat. Apalagi teman mas Afin, Hafidz Nur mengajak mas. Lantas ada iming-iming dari mama untuk memberi tambahan uang saku. Mas dan mbak cari-cari teman untuk ikut Pesantren Kilat.

Setelah sabtu malam mereka beli-beli snack, Ahad pagi berangkatlah mereka ke DJI. Mas Afin bersama mas Hafidz sudah sejak pukul 05.30 pagi. Sedangkan mbak Alma baru pukul 08.00 diantar oleh papa. Mbak janjian sama Sohibnya Dilla ketemuan di sekolah.

Selama 2 hari disana mereka sepertinya senang sebab jarang sekali sms atau sms mama papa sesekali dibalas. Ahad malam mbak sempat meminta dikirimi rok dan jaket sebab ga boleh pake celana panjang. Sampai disekolah, ditanya papa apakah senang? "ya.... ya.... ya...." begitu saja jawaban mbak Alma langsung masuk ke sekolah.

Ah mas mbak ga tau, 2 hari ini dik Adhan banyak nahan kangen. Suhu badan meninggi, tidur ga nyenyak dan mbuntut mama terus. Cepet pulang ya mas.... mbak...

15 Juli 2014

Meski Puasa, Sekolah Tetap Semangat

Walaupun tanggal 14 Juli 2014 merupakan bulan puasa namun ajaran tahun baru sudah dimulai. Soalnya kalau full puasa libur akan ada tambahan libur di hari Raya. Tidak hanya bagi mas Afin dan mbak Alma namun juga bagi dik Adhan.

Tahun ajaran ini mas Afin sudah di kelas IX atau 3 SMP, mbak Alma kelas VIII atau 2 SMP sementara dik Adhan di TK. Sudah pasti yang jadi perhatian ekstra mama dan papa yakni mengatur jadual tidur mereka serta suasana enjoy agar puasa berjalan lancar.


Yang perlu diatur juga adalah bersekolah mas Afin dan mbak Alma yang selama ini bersepeda. Ya papa mengantar. Namun mas dan mbak merasa sudah besar sehingga akan berbahaya maupun tidak patuh aturan. Selang sehari bersekolah, mereka bersepakat mengatur jadual naik sepeda secara bergantian sehingga yang diantar papa hanya salah satu.

Menurut mama dan papa tidak begitu, lebih baik sekalian.

Tetapi mereka berdua tetap meyakini begitu dan tidak masalah bergantian bersepeda. Cuma pesan yang disampaikan mama, tidak boleh mengeluh. Ditambah lagi kadang cuaca begitu terik. Mereka bersekolah hingga waktu Sholat Dhuhur

Sementara dik Adhan menjalani sekolah pertamanya di TK dengan keceriaan. Tiap pulang sekolah ada banyak cerita. Beberapa temannya memang teman PAUD namun terdapat beberapa teman baru yang belum dihapalnya.

12 Juli 2014

Mereka Menjalani Puasa Dengan Riang

Sepertinya sekarang saat memetik buah dari beberapa tahun mengajari anak-anak berlatih berpuasa. Tidak mudah mengajari anak-anak termasuk mas Afin dan mbak Alma. Saat sahur cara membangunkan, membujuki maem bahkan kadang nyuapi sembari mereka merem.

Siang hari bila dibawah kelas 2 SD ya berbuka lantas dilanjut puasa sampe bedug maghrib. Begitu kelas 3 ya kami harus rajin menemani tidur siang dengan cerita menarik. Habis Ashar ditungguin habis mandi dilanjut dengan jalan-jalan. Menghabiskan waktu bener. Biasanya melihat kereta, berbuka diluar atau ya membaca buku ditoko buku.


Alhamdulillah sekarang kami tinggal menikmatinya. Mereka tertib bila dibangunkan sahur, menjalani puasa yang tahun ini hingga hari ke 15 tak pernah mengeluh. Padahal Sabtu kemarin mereka bersekolah naik sepeda. Atau hari Jum'at sebelumnya sempat tak sahur.

Atau pula rutin jamaah Tarawih dirumah dengan tertib diikuti tadarus Al Quran. Itu semua dengan proses yang lama. Itu semua kalau rutin dijalani akan meringankan kalian menjalani ibadah. Alhamdulillah kini tak ada iming-iming apapun. Semua kalian sadari sebagai bagian dari menjalankan ibadah, karena Taqwa kalian pada Allah SWT.

Si kecil sampai kini memang belum belajar berpuasa tapi setidaknya sudah mengenal kata "puasa", berbuka bersama dan tahu semua penghuni rumah tak makan disiang hari. Semoga kelak kamu akan mengikuti kakak-kakakmu ya nak.

04 Juli 2014

Pertemanan Itu Selalu Bermanfaat Nak

Setahun sudah mas Afin dan mbak Alma meninggalkan bangku sekolah dasarnya. Walaupun begitu hubungan mereka dengan teman sekelas masih tetap terjaga. Mama papa menyarankan memang untuk tidak melupakan teman, siapapun itu dan apapun kondisinya. Menjaga pertemanan manfaatnya lebih banyak dibandingkan melupakannya.

Sebenarnya yang relatif terawat adalah teman-teman mas Afin karena hampir secara rutin setidaknya 1 tahun 2 kali ketemu. Terutama waktu libur semesteran mereka bertemu di tempat futsal, bermain bola bersama. Habis itu ya pulang ke rumah untuk ketemu libur semester depan. Sampai kelas VIII ini semua masih terjaga dengan baik.


Sedangkan pertemanan mbak Alma terawat melalui jaringan facebook, twitter, sms. Selain itu kadang kebetulan ketemu pada waktu jalan-jalan di Car Free Day. Nah memasuki liburan semester ini mereka berdua janjian dengan teman mereka. Seperti biasanya, mas Afin janjian ditempat Futsal sementara mbak Alma janjian bukber.

Tentu jumlah teman yang ketemu lebih banyak mas Afin. Dilanjut lain hari dengan buka puasa bersama. Sayang, yang datang cuma 4 orang di lokasi buka puasa Zona Steak. Dan mbak Alma janjian bukber di SGM dengan 2 karibnya.

Saat pulang dijemput papa, mbak bilang belum puas malah tergesa-gesa. Padahal papa sudah pesan dipuaskan saja dulu baru kalau sudah selesai ya pulang. Papa di depan mall kan supaya ready saja kalau memang mbak mau pulang. Semoga lain kali mereka bisa bersua bersama teman-temannya lagi. Jagalah pertemanan kalian sampai kapanpun.

26 Juni 2014

Mengejar Batasan Nilai Yang Standart

Memacu, memotivasi, menumbuhkembangkan minat terutama dalam hal belajar tidak mudah. Sebagai orang tua, mama papa harus lakukan itu.

Pengalaman mama papa sangat berkebalikan. Mama dibiarkan saja soal belajar sedangkan papa selalu didorong. Tetapi hasilnya sangat berlawanan. Mama prestasi SMP dan SMA luar biasa sementara papa tetap biasa saja meski SMP dan SMA lebih bagus hasilnya dibandingkan saat SD.


Ini semua mendorong mama papa mengkolaborasikan model pembelajaran yang tepat sesuai karakter mas Afin dan mbak Alma. Semua memang harus didorong agar hasil pembelajarannya jauh lebih baik dari mama papanya. Makanya model pembelajaran mas dan mbak berbeda. Walau begitu, belajar tiap malam tetap harus.

Setidaknya hasil yang didapat di SD lebih bagus dari mama papanya. Keluaran semesteran, nilai yang didapatkan masih belum bisa stabil. Naik turun nilainya kadang terlalu ekstrem. Mama papa masih berupaya mencari cara yang jauh lebih tepat agar hasil tiap semesteran bisa stabil atau naik meski dalam nol koma.

Syukurlah, di MTSN 01 Surakarta, hasil mereka relatif cukup baik. Papa mama tidak begitu menekankan ranking melainkan nilai dan batasan pelajaran utama.

Bukan apa-apa, mereka berdua secara kapasitas mampu meraih semua itu. Motivasi terutama sewaktu ujian diberikan agar mereka merasa optimis. Pun selama ujian mereka beberapa kali tetap naik sepeda, lebih bebas katanya. Hasilnya? Alhamdulullah masih diatas 80.

21 Juni 2014

Pengalaman Menghadapi Nyala Api Di Kabel Listrik Rumah

Sore itu papa pulang agak telat karena memang ada acara. Saat di Kemlayan tiba-tiba dapat sms dari mas Afin yang memberitahukan kalau acara sudah selesai langsung pulang. Rumah mau kebakaran!

Otomatis papa langsung nelpon kerumah, ada masalah apa? Rupanya terminal listrik yang dekat kulkas terbakar. Alhamdulillah tidak sempat merembet kemana-mana. Almari kayu yang digunakan sebagai rak sepatu aman walau sempat gosong.

Begitu selesai acara, papa bergegas menuju rumah. Benar lampu masih mati. Walau papa tadi sudah mencoba menginstuksikan ke mas, tetap tak mau menyala. Papa memanggil tetangga untuk dimintai tolong membetulkan. Habis maghrib si tetangga datang dan membetulkan. Tidak ada kerusakan apapun dan tindakan yang diambil sudah benar.

Jadi tadi saat menyalakan sanyo, tiba-tiba air tidak keluar. Mama menengok ke bawah, rupanya api menyala di terminal listrik. Secara reflek mama meminta mas mematikan listrik dari bougenser dan api yang menyala disiram air.

Oleh pak Agus, kami diberitahu untuk merubah jenis steker, saklar gantung yang digunakan didekat kulkas. Sebab secara kualitas sudah bagus hanya saja kemungkinan konslet karena sering goyang. Mbak dan mas juga sekalian dibriefing papa supaya tahu antisipasi yang harus dilakukan. Keliatannya sepele tetapi dampaknya bisa sangat luar biasa.

19 Juni 2014

Dik Adhan Pemberani Di Akhirussannah

Hari Kamis, 19 Juni 2014 merupakan salah satu moment penting bagi si kecil, Anugrah Ramadhan Aira. Dia akan masuk hari terakhir di PAUD dalam acara akhirussannah.

Mama papa tidak tahu apakah dik Adhan akan banyak terlibat acara. Namun yang mama sedikit mengerti, bahwa adik akan melakukan gerak dan lagu. Soalnya pernah menjemput saat adik masih latihan. Hari itu, sekolah sudah ramai maklum undangan ditujukan pada orang tua juga.

Sekitar pukul 08.30 acarapun dimulai....

Benar saja, adik turut dipanggil memperagakan gerak dan laku. Yang membuat mama dan papa terkejut yakni begitu namanya disebut dia langsung beranjak dan naik ke atas panggung. Luar biasa bagi kami.

Hal itu tidak pernah terjadi pada 2 kakaknya. Namanya juga PAUD, gerakannya masih kurang seragam dan tidak teratur. Yang jelas dik Adhan tetap mau gerak dan bersemangat. Pasca tampil, jempol 2 buat adik. Rupanya adik masih dipanggil untuk hapalan surat pendek dan hadist.

Wow, berani dan suaranya lantang. Betul-betul pemberani yang luar biasa. Cuma selama acara memang belum mau bermain sama teman-temannya. Nemplok aja sama mama. Semoga ntar di TK makin berani dan tetap percaya diri ya dik. Alhamdulillah semua kegiatan PAUD bisa diikuti dan tuntas. Turut dibagikan hasil pekerjaan dik Adhan selama setahun.

17 Juni 2014

Berkunjung Ke Perkemahan Mbak Alma

Kini giliran mbak Alma akan melakukan kemah selama 3 hari. Namun karena mas Afin pernah mengalaminya, tentu lebih tenang. Segala persiapan dilakukan supaya ga ada yang ketinggalan atau tercecer.

Lokasinya berbeda dengan lokasi mas Afin yang jauh. Beruntung ada orang tua teman mbak Alma yang bisa nganter sehingga Sabtu 14 Juni papa cuma mengantar sampai sekolah. Minggu malam kami semua menengok mbak Alma.

Mas Afin berkendara sendiri sementara papa, mama dan dik Adhan berboncengan.

Sampai dilokasi, eh mbak Alma cuma gitu-gitu aja. Ketemu cuma sebentar saja padahal perjalanan jauh. Senin siang papa menjemput di lokasi, desa Sembungan Nogosari Boyolali. Dirumah banyak hal yang diceritakan termasuk jalan malam yang juga ditakuti kakak pramuka.

Dalam kurun 3 hari itu, rata-rata pada mandi 2 kali. Bagi mama papa, yang penting pengalaman berkemah itu yang berkesan. Tidak ada lagi yang bisa diulangi. Mbak Alma bertutur bahwa tidak mengalami ketakutan saat berjalan malam, cuma pengaruh rombongannya yang menjerit mbak Alma ikut lari. Eh depannya terjatuh, lalu mbak Alma disusul 2 temannya.

Sewaktu sampai rumah, mbak Alma kemudian mengganti tidur. Dik Adhan yang merasa kangen sama mbaknya terus saja nempel, ngikutin kemana mbak Alma bergerak....

06 Juni 2014

Menarik Minat Anak Pada Membaca, Menulis Atau Mendongeng

Memiliki anak gemar membaca, menulis atau bercerita sebenarnya bukan tanpa rangsangan. Semua dilakukan melalui proses yang sederhana namun harus kontinue. Tanpa konsistensi proses, ya ga bakalan tiba-tiba anak memiliki kegemaran tersebut.

Sebuah barang selalu melalui proses dari pengolahan.

Makanya mendidik anak sejak dini sehingga menjadi seseorang yang memiliki karakter ibarat orang tuanya itu pabrik. Maksudnya bukan hanya melahirkan lantas selesai. Berharap lembaga pendidikan memberi ilmu dan kegemaran tidak mungkin. Sekolah-sekolah kita hanya membekali ilmu, bukan membentuk karakter.

Berharap sekolah mampu membentuk karakter bagaikan mimpi sebab kurikulum sekolah di Indonesia lebih fokus pada kemampuan anak dalam memiliki pengetahuan. Jadi aspek kognitif yang dibentuk bukan pembentukan karakter. Kami dirumah sering memberi contoh gemar membaca, saling bercerita atau main tebak-tebakan.

Buku, koran, cerita adalah tradisi dalam keluarga yang terus dicontohkan.

Kini si kecil, dik Adhan sudah mulai tertular virus itu. Pulang sekolah mama papa sering bertanya aktivitas di sekolah kemudian ditanya secara mendalam. Akibatnya adik juga suka bertanya mendetil tentang apa yang mau diketahui terutama soal kereta. Bahkan ada kata asal-asalan yang turut ditanyakan.

"Mbah, dran itu apa mbah" tanya adik pada mbah utinya. Nggak tahu dapat kata dari mana dan itu menjadi candaan kami semua. Syukurlah rangsangan itu sudah membudaya dalam dirinya.

05 Juni 2014

Mari Benahi Bersama Ya Nak

Berbohong merupakan perbuatan dosa dan tidak disenangi siapapun. Anak-anak suka mencontoh akan hal ini. Orang tua merupakan contoh yang dilihat pertama oleh anak dan selanjutnya lingkungan. Anak dibawah usia 7 tahun sebetulnya belum tahu konsep tindakan sehingga seringkali dia melakukannya karena mencontoh dan tidak faham tindakannya itu baik atau enggak, salah atau tidak.

Dalam keluarga kami, sudah ada 2 kakak yang cukup besar (SMP) dengan pergaulan yang beragam. Konsep berbohongpun mereka mengerti. Sayangnya seusia mereka belum tahu bahwa tindakan tidak benar itu kalau dicontoh anak kecil akan berbahaya dimasa depan.

Kemarin saat mbak Alma dan dik Adhan main petak umpet, mas Afin menunjukkan dimana mbak Alma sembunyi. Karuan mbak Alma bilang ke adiknya bahwa dirinya ditemukan dengan petunjuk mas Afin. Mas Afin membantah namun dik Adhan bilang iya. Papa marah tahu hal ini. Mbak Alma dan Mas Afin, keduanya kena tegur papa.

Papa menjelaskan untuk tidak memberi contoh tidak baik. Bukan hanya itu, sebab jika adik belajar hal tidak baik sejak kecil, akan sulit membenahi ketika kelak nanti. Sudah ada beberapa contoh yang dilakukan dik Adhan. Ditegur tidak boleh bohong ya otomatis dia menolak. Sebab anak seusia itu tidak faham berbohong itu apa.

Semoga hari-hari ke depan mas Afin dan mbak Alma memahami serta menjaga diri. Bahwa perbuatannya akan senantiasa dicontoh adik kecilnya. Mereka berdua yang dididik hati-hati saja masih terus dibimbing hingga kini. Pun soal tugas harian apalagi kalau sejak kecil tidak dikenalkan hal-hal baik, tugas serta konsekuensinya.

03 Juni 2014

Saatnya Bertanggungjawab Pada Sekeliling Rumah

Anak-anak mama papa mulai tumbuh besar, dan kini usia mereka bakal memasuki 13 dan 14 tahun. Usia yang menurut mama papa sudah mulai memiliki kewajiban dirumah. Usia yang tidak sekedar memiliki kewajiban pada diri sendiri seperti sholat, sekolah, belajar namun tanggung jawab pada hal-hal kecil dirumah.

Mama papa percaya, tanpa latihan semua tidak akan bisa melakukan tanggungjawab kecil seperti mengunci pintu rumah!

Maka dari itu, sejak pagi mas Afin dan mbak Alma memiliki tanggungjawab dirumah. Menyapu misalnya dan setelah itu mereka bersiap bersekolah. Sore hari setelah pulang ya bermain dengan adiknya. Mencuci daleman sendiri, menutup korden, menyalakan lampu jalan, menaruh jimpitan merupakan tugas atau tanggungjawab rutin harian mereka.

Yang mingguan atau sesekali dalam seminggu misalnya mengepel serta membersihkan lantai kamar mandi. Kebiasaan ini sudah dimulai sejak mereka dikelas 7 dan 8. Mama papa mengamati saudara dan tetangga yang tidak dididik untuk punya tanggungjawab dirumah, akibatnya benar-benar merepotkan.

Saat berkunjung, sama sekali ga peduli soal mencuci piring atau menyapu. Mama papa tak mau begitu. Mama papa selain belajar dari saat mama papa waktu kecil, lingkungan dan juga tetangga. Jangan sampai anak-anak mama papa besar membuat malu dan tidak tahu tanggungjawabnya.

02 Juni 2014

Apakah Dik Adhan Akan Menjadi Penulis? Semoga

Usianya memang belum genap 5 tahun serta belum bisa membaca. Namun menggemari buku, membuka buku, bertutur kata termasuk dalam hobinya. Kondisi dik Adhan tidak ditemui di kedua kakaknya. Mas Afin yang hobi membaca tapi tidak suka menulis atau mbak Alma hobi membaca juga menulis. Kan karyanya udah diterbitkan 8 kali.

Mama papa bersyukur, potensi membacanya cukup tinggi. Bila mas dan mbak dibimbing 2 orang, sementara dik Adhan mencontoh 4 orang sekaligus. Gimana ga suka buka buku? Dia juga sudah rutin meminjam buku di perpustakaan Ganesha. Disela-sela main, dia mengambil buku, dibuka-buka, diamati kalau ada yang tertarik ya ditanyakan.

Setelah itu ditutup, dikembalikan ke tempatnya dan bermain lagi. Hampir tiap hari begitu. Mama sudah berpesan ke mbak Alma untuk sering diajari bercerita. Sekitar 10an hari terakhir, dik Adhan sudah mau bermain peran memakai permainan sederhana berupa kertas bergambar hewan, pohon yang ditempeli sedotan dibelakangnya.

Beberapa cerita telah direkam, mama papa tahu meski belum sempat melihatnya. Ada potensi dalam dirinya mengikuti jejak mbak Alma atau mamanya yang memang kuat untuk menulis cerita. Sebenarnya potensi ini diharapkan muncul saat dia di TK atau setidaknya kelas 1. Sehingga di kelas 3 mulai bisa menulis cerita. Lumayan, lebih dulu setahun dibanding kakaknya yang penulis.

Kami semua tidak memaksa dik Adhan bisa membaca sejak dini. Tidak hanya huruf latin namun juga Iqra sudah berlatih tekun. Bukan hal yang sulit bila suasananya dikondisikan. Terbukti dik Adhan menggemari buku-buku sejak usia 3 tahun.

29 Mei 2014

Rasa Kangen Mama, Mas Afin dan Mbak Alma Terbayar

Stasiun merupakan tempat favourite dik Adhan selain tentunya rel, palang kereta, penanda kereta, berbagai jenis kereta. Tiba di stasiun yang diamati adakah kereta disana, nama kereta, kenapa lewat jalur 1 bukan jalur 2, lokomotif terbalik, perjalanan kemana dan puluhan tanya lain.

Di Stasiun Poncol, kegembiraan adik bertambah saat melihat kereta silih berganti datang.

Pertama melewati depo yang terparkir beberapa kereta dan lokomotif. Lantas ada kereta putih kecil yang sepertinya bakal digunakan siswa sekolah kereta, kemudian masuk kereta kontainer, disusul KA Blora Jaya dan terakhir Kalijaga. Pergantian lokomotif turut menyita konsentrasinya. Semua kereta yang ada mampu dihapal secara jelas.

Menjelang pukul 08.30, papa mengajak dik Adhan masuk Kalijaga. Perjalanan pulang ke Solo kami nikmati dengan nyaman. Meski statusnya kereta ekonomi, lumayan ada AC dan penumpang tak penuh membuat adik bisa terlelap tidur. Pukul 12.15 sampai di Purwosari, sudah ada mama yang teramat sangat kangen menyambut adik dengan gendongan.

Dirumah, mas Afin dan mbak Alma berebutan memeluk melampiaskan rasa kangen pada adik kecil mereka.

28 Mei 2014

Kalau Rewel Pastinya Bukan Dik Adhan

Menjelang sore, om Febi mengajak jalan-jalan keluar. Di Mall, mereka berdua tak lama di mandi bola. Malah lalu lalang ke berbagai permainan serta mencoba-coba. Ah dik Adhan benar-benar menemani atau momong. Apa yang dimaui Naya diturutinya. Kakak yang baik.

Senin malam kami bersiap-siap packing karena Selasa kami harus kembali ke Solo.

Mbah Kakung sama mbah Uti terlihat masih kangen sama dik Adhan tetapi tak bisa apa-apa karena papa harus masuk kerja. Malam itu dik Adhan diminta tinggal di Jetak Lengkong, bersekolah disana. Ya karuan dik Adha  menolak.

Sama seperti saat berangkat, dik Adhan dibangunkan pagi langsung terbangun. Mandi, bersiap-siap lantas meluncur ke Stasiun diantar om Febi sama bulek Ucik. Dik Yoga dan dik Naya ga ikut karena dik Yoga mau bermain sepeda roda sementara dik Naya semalam tidur larut. Kasian kalo dibangunkan sejak pagi.

Sampai stasiun, papa langsung membeli tiket tidak hanya ke Semarang namun skalian tiket Kalijaga ke Solo untuk memudahkan tidak antri. Sepanjang perjalanan keceriaan dik Adhan dalam kereta terlihat. Bahkan makan pagi sebelum jam 7 didalam kereta.

27 Mei 2014

Teringat Mama Waktu Di Pekalongan

Dari stasiun kami njagong dulu di acara nikahan guru dik Yoga. Tak lama perjalanan dilanjutkan ke rumah simbah. Rupanya mbah kakung memang belum diberitahu sehingga begitu masuk, mbah terkejut. Dik Adhan sudah bermain-main dengan Naya yang saking asyiknya mereka berdua tidak tidur siang. Enaknya malam tidur tak terlalu larut, begitu habis mimik susu langsung dik Adhan terlelap.

Tengah malam tiba-tiba adik menjerit-jerit mencari mama nya. Sempat digendong papa keluar kamar dan dijelaskan bahwa mama di Solo tentu tak bakal ada mama dirumah mbah. Lalu tidur dikamar lagi. Paginya pas terbangun juga teringat mama. Untuk meredakan, papa ajak dik Adhan jalan-jalan berkendara.

Kejadian ini di konfirmasikan sama mama, rupanya memang malam itu mama terbangun dan kerja. Eh disela-sela kerja kepikiran dik Adhan, ya pantas si kecil merasa tidak nyaman serta mencari mamanya.

Senin pagi dik Adhan mengantar Naya sekolah, rupanya turut masuk kelas. Papa menghampiri untuk diajak ke tempat mbah Fah sama mbah Oh. Karuan Naya nangis kakaknya pergi sebelum sekolah berakhir. Dirumah mbah Fah sama mbah Oh tak bertahan lama maklum tidak ada teman. Sampai dirumah bermain sebentar kemudian dikeloni bobok siang.

26 Mei 2014

Papa Menemani Liburan Dik Adhan

Mumpung ada hari kejepit, papa ijin tidak masuk kantor sehari untuk mengunjungi simbah Pekalongan. Diajaklah dik Adhan untuk ke pekalongan meski hari Senin membolos sekolah. Mas Afin dan mbak Alma tidak ikut karena harus masuk sekolah. Pengen kami berangkat semua tetapi menjelang semesteran tentu tidak mungkin.

Naik kereta tentu sangat menyenangkan bagi dik Adhan. Hobinya saja sudah bermain kereta sehingga sejak jauh hari dik Adhan diberitahu. Konsekuensinya tidur tidak bisa nenen mama. Mendengar mau naik kereta, dik Adhan senang bukan kepalang. Dia menyanggupi bobo sama papa tanpa nenen.

Minggu pagi habis subuh dik Adhan dibangunkan untuk mandi serta siap-siap berangkat. Langsung terbangun dan bersiap-siap, sama sekali tidak rewel. Papa dan dik Adhan ke stasiun diantar mama. Didalam kereta, pertanyaan dik Adhan terus saja mengalir tanpa henti. Kami berangkat dari Purwosari memakai KA

Kalijaga. Penumpang tidak penuh sehingga bebas menaruh tas serta posisi duduk.

Pukul 08.25 tiba di Stasiun Poncol, rupanya KA Kaligung tujuan Tegal yang melewati Pekalongan sudah di jalurnya. Kami keluar membeli tiket kereta. Alhamdulillah antrian tidak panjang jadi tidak butuh waktu lama. Perjalanan ke Pekalongan lebih pendek dibanding dari Solo ke Semarang, hanya 1,5 jam kami sudah turun. Waktu itu pukul 10.30 dan menunggu di jemput bulek yang sudah diperjalanan.

12 Mei 2014

Mama dan papa berharap

Mama dan papa seperti kebanyakan orang tua lainnya, sayang sama anak-anak. Sejak mas Afin lahir, tidak pernah ada pembedaan perlakuan dengan yang lainnya. Saat masih hanya mas Afin sebagai anak, pasti kasih sayang mama papa ya cuma ke mas Afin. Itu jelas. Nah begitu dik Alma lahir, kasih sayang menjadi kepada 2 anak. Demikian pula dengan kehadiran dik Adhan, mama papa sayang sama kalian semua.

Tidak ada perbedaan perlakuan apapun baik ke mas Afin, mbak Alma maupun adik yang masih kecil, dik Adhan. Yang perlu anak-anak fahami, bentuk kasih sayang ke mas Afin, mbak Alma maupun dik Adhan tentu berbeda. Sekali lagi bentuknya, kalau besaran kasih sayangnya pasti sama. Tolong dimengerti, jadi bukan membeda-bedakan.

Misalnya saja soal uang saku. Untuk mbak dan mas akan sama namun beda dengan adik. Dia bakal mendapat uang saku bila sudah kelas 2 atau 3 SD. Karena mas dan mbak sudah besar, fasilitas yang diberikan tentu sesuai kebutuhan mas dan mbak. Namun tugas dan tanggungjawab dirumah juga berbeda. Adik sampe sekarang ya belum punya tugas serta tanggungjawab apapun.

Dengan memiliki tugas dan tanggungjawab, otomatis mama dan papa akan selalu mengingatkan. Jadi mengingatkan bukan menyuruh atau marah. Tugas dan tanggungjawab akan melatih kalian belajar akan banyak hal. Sebut saja tiap individu pasti memiliki kewajiban yang harus dilakukan, bertanggungjawab, peduli dengan sekeliling, dan akan membentuk jati diri yang baik terutama seiring bertambah besar dan kedewasaan kalian.

Sebenarnya mama papa bisa saja membiarkan semua apa yang mau kalian lakukan. Tetapi mama papa paham bila begitu justru menjerumuskan anak-anak. Ketika besar/dewasa tidak tahu tugas, tidak tahu tanggungjawab bahkan tidak tahu mengurusi diri sendiri. Tugas dan tanggung jawab itu akan kalian nikmati kelak. Yakinlah orang yang sukses itu bukan yang kaya raya saja tetapi tahu tugas dan kewajibannya.

Template by:

Free Blog Templates