27 Oktober 2011

masak bareng di sekolah

Yippie! besok masak bareng di sekolah nih! pasti asyiiik! nggak sabar, deh!
dirumah, aku menyiapkan bahan-bahan terlebih dahulu. rencananya, kami mau bikin sop markuni. hm... enak nggak, ya???

kelompok memasak sesuai regu piket. kelompokku diketuai Tegar. dan diwakili Deva. kelompokku ada tujuh orang. 4 laki-laki dan 3 perempuan. yang laki-laki ada Tegar, Sidiq, Reza, dan Rofiq. sedangkan perempuannya hanya aku, Deva, dan Wanda.

sebelum hari memasak datang (hari Kamis), kami menentukan bahan-bahannya dan siapa yang membawa. aku hanya membawa gula, garam, bawang merah, dan bawang putih. aku juga membawa piring dua, gelas dua, dan sendok dua. aku memakai satu, sedangkan satunya untuk penyajian. buahnya, aku membawa apel dan pir.

karna saat memasak bertema, "empat sehat lima sempurna", minumannya memakai susu. pokoknya, makanan yang dibuat harus mengandung empat sehat lima sempurna. jadi ada nasi, lauk, sayur, dan buah.

lauknya, sesuai rencana kami akan membuat tempe, sosis dan tahu. sayurnya ada wortel, loncang, dll. susunya, temanku Wanda, yang membawa. dia membawa 7 sachet susu frisian flag rasa coklat, dan 1 sachet susu frisian flag rasa vanilla.

Eng i-eng -i-eng.....!!!
hari yang ditunggu sudah tiba!
Yippie! setelah sholat, mandi dan makan, aku langsung diantar papa kesekolah. aku hari ini tidak naik sepeda, karna tasku lumayan berat. disekolah, aku mengobrol dengan Elisa, temanku yang sudah datang sambil menunggu anggota kelompokku tiba semua.

saat anggota kelompokku tiba semua, kami berkumpul, sementara Tegar mengabsen kelompokku satu persatu apakah sudah membawa barang ini (maksudnya, orang itu sudah membawa barang yang dipinta atau belum). Alhamdulillah semuanya sudah dibawa.

kami menggelar karpet di halaman sekolah. setelah itu, kami meletakkan barang-barang di karpet. sementara Sidiq dan Reza, sibuk membuat api dan mengipasinya agar tidak padam. aku mengambil buah-buahan dan mengumpulkannya, lalu aku dan Wanda mencuci buah-buahan yang sudah dikumpulkan dalam baskom.

setelah dicuci, Wanda menata buah-buahan tersebut ke piring khusus buah/tempat buah. aku segera memotong wortel yang sudah dikupas Deva. lalu aku merebus wortel ke dalam panci yang berisi air mendidih. lalu panci itu kututup dan kubiarkan matang.

kami sibuk bekerja keras. entah memotong sayuran, merebus sayur, atau mencuci piring. pokoknya, jika ada yang salah atau berbeda pendapat, kami saling memarahi. setelah menghidangkan sup ke atas mangkok, Rofiq dan Reza menggoreng tempe dan tahu. mereka menggoreng dibantu Deva. sementara Tegar dan Wanda membuat susu coklat dan putih.

"sambalnya mana?"tanyaku sambil memandang sekeliling. "eh, iya! lupa!"seru Tegar sambil menepuk keningnya. dia membaca kertas tentang cara membuat sambal. "bawang merah dua!"serunya sambil mengambil ulek-ulek. aku mengambil dua bawang merah dan melemparkannya ke Tegar. "cabai! tiga!"seru Tegar lagi sambil mengupas bawang merah. aku mengambil 3 cabai hijau dan melemparkannya ke Tegar. Tegar pun mencampur bawang merah dan cabai, lalu diulek.

"lanjutkan, Al!"perintah Tegar sambil beranjak dari duduknya. aku pun segera mengulek sambal dan ditambah kecap. setelah itu, kecapnya dituang di tempat sambal. sementara itu, yang lain membereskan barang-barang masing-masing, setelah itu piring penyajian ditaruh di kelas V A.

saat guru sudah menilai, kami diperbolehkan masuk dan menghabiskan makanan. Elisa mencicipi tempe kami. "bumbunya pas!"puji Elisa sambil mengoleskan sambal ke permukaan tmpenya. aku tersenyum. "masak? padahal tadi gosong terus, lho..."kataku tak percaya. akhirnya aku juga mencoba tempe bikinan kelompokku. hm... enak! Deliscioscos! pengalaman memasak bareng dengan temanku ini, adalah pengalaman yang berharga!

23 Oktober 2011

jalan-jalan

pada suatu pagi yang cerah...
"hooaaam..."aku terbangun dari tidurku. panas, gumamku. aku melihat sekeliling. ada kakakku yang sedang menonton TV. kok aku diluar, ya? pikirku. oh, ya, semalam kan aku tidur di depan TV... aku menepuk keningku.

aku segera bangkit dari kasur lipat dan pergi ke kamar orangtuaku. pintunya terbuka. didalam hanya ada adikku yang sedang bermain sendirian di kasur. aku menemani adikku bermain.

tak lama, adikku menangis. Huh! aku bangkit dan menggendong adikku. aku turun ke lantai I. di bawah, adikku kutidurkan di kasur kecilnya. "nonton TV, ah..." aku mengambil remote TV dan menonton TV. aku melirik jam. masih pukul 07.17. nonton spongebob aja, ah... aku memencet angka 8. fiuuuh... untung aku nggak ketinggalan. Spongebob-nya baru dimulai. karna adikku tidak menyukai Spongebob, dia menangis lagi.

bosen, nangis teruus... nggak kedengeran, nih..., batinku kesal. aku cuek saja sama adikku. akibatnya adikku nangiiiiiiiiis terus. sebel! uh, kebelet! aku berlari menuju kamar mandi.

1 menit kemudiannn...
"fiuuuh, legaa..."gumamku sambil mematikan lampu kamar mandi. Setelah itu, aku menonton TV lagi. tiba-tiba, aku menyadari sesuatu. dik Adhan kemana, ya?, batinku. tiba-tiba, dari luar terdengar jeritan anak kecil. rupanya itu suara dik Adhan. ooo, ternyata dik Adhan sedang makan diluar (makan pagi sambil jalan-jalan naik sepeda). begitulah kebiasaan adikku. dirumah emang adikku itu susah makan, sihhh... kecuali kalau sambil lihat film Teletubbies, atau Upin & Ipin.

aku tidur-tiduran sambil menonton TV. sementara kakakku main sepak bola. jari-jari tanganku sibuk senam. Senamnya memencet-mencet/ mengganti chanel TV. habis, nggak ada yang seru, sih...

mungkin aku menonton TV kira-kira 1 jam, setelah itu aku mengucir rambutku. lalu aku pergi ke teras rumahku. disana ada adikku, papaku, dan mamaku. aku segera bergabung dengan mereka.

"euhh... mmm..."kata dik adhan tak jelas. dia menyebarkan batu krikil warna warni ke seluruh penjuru lantai. aku dan papa mengumpulkan batu-batu itu, lalu batu-batu itu di masukkan ke sebuah piring yang terbuat dari tanah liat. lalu piring itu diletakkan di meja teras.

"beli bunga yuk,"ajak Mama kepadaku. "dimana?"tanyaku. "itu, lho didekat rel,"sahut Papa. aku berpaling. "rel mana? Purwosari apa Gawok?"tanyaku. "Purwosari. yang MPR itu, lho..."jawab
Papa. aku terkikik. aneh-aneh aja... didekat rel memang ada tempat yang sepertinya bekas warung. disana tertulis, "MPR. " lalu bawahnya ada tulisan, "Mepet Pinggir Rel". yang memberitahu Kakakku.

"yuk Pa! adik sekalian diajak,"kata Mama. "ayo, sekalian beli karet pompa,"balas papa. Mama masuk ke rumah. aku mengikuti. aku mengambil jaket dan Mama mengambil dompet, sepatu, dan topi adikku. aku membantu membawakan sepatu adikku. kemudian, aku, papa, mama, dan adikku pergi ke toko bunga dan tanaman, setelah itu ke toko service sepeda untuk membeli karet pompa.

setelah sampai di rumah, aku membantu papaku memasang karet pompa. agak susah, sih, memang. Papa, kan, memang bukan tukang bengkel. jadi hampir satu jam lamanya untuk memasang karet pompa.

setelah itu, aku diajak papa berfoto-foto. aku dan papa jalan-jalan. kami keliling kabupaten Sukoharjo, lalu Boyolali. nggak nyangka bisa nyampe di Boyolali. aku tertidur ketika Papa mencari warung es teler. sebelumnya, Papa menjanjikanku es teler. aku udah teler, kok... nggak perlu ditambahin es teler, Pa... pikirku geli.

akhirnya, aku dan Papa sampai disebuah warung yang menyediakan es teler. warung itu bernama Tsunamie. karna tak ada es teler, aku memilih es campur. begitu gelas dihadapanku, aku langsung menyantap minuman itu. terlihat papa yang sedang merogoh kantong dan tas pinggangnya.

aku deg-degan. siapa tahu, Papa nggak bawa uang/dompet. ternyata benar! uh! papa akhirnya bilang pada penjualnya dan bertanya, dimana ATM terdekat. sebagai jaminan, aku ditinggal. aku sih biasa biasa aja.

setelah membayar, kami pulang. dirumah, aku ingin menceritakan pengalaman tadi kepada Mama. aku ingin tau, apa tanggapan mama mengenai hal itu. pengalaman ini tak akan terlupakan olehku!

Tragedi Matematika

Kejadian saat ujian tengah semester (UTS) kali ini sungguh aneh dan membuat papa mama sangat tidak mengerti. Terutama mata pelajaran matematika atau pelajaran yang membahagiakan bagi mas Afin atau biasa-biasa saja bagi mbak Alma. Membahagiakan karena memang enjoy dan menikmati kalau ada matematika bagi mas. Sedang mbak Alma, ya bisa mengerjakan meski ga cukup cepat mengerjakan.

Walau demikian, tahapan proses belajar matematika jarang mengulang lebih dari tiga kali saat dijelaskan. Sejak mulai mengenal berhitung, paling 2 kali mereka mengalami kendala saat dijelaskan waktu belajar. Pembagian porogapit misalnya. Butuh penjelasan pelan dan berulang. Sementara materi lainnya lancar-lancar saja.

Pun demikian dengan hariannya, jarang terkendala. Berdasarkan pantauan harian, mereka lancar saja mengerjakan. Bahkan saat kelas 2 hingga kelas 4, mas Afin keranjingan slalu minta tambahan soal tersendiri dari papa. Beberapa materi bahkan pernah dijadikan tebak-tebakan seperti soal perhitungan jarak, berat atau bahan lainnya.

Artinya tidak ada hal yang perlu ditakutkan. Hasil test baik UTS atau semester khusus pelajaran matematika selain UTS kelas III semester ganjil untuk mbak Alma nilainya diatas 75. Nilai 80 atau 90 juga sering pada ujian-ujian resmi. Di kelas V, masuk lesnya juga kelompok A yang pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA nya lumayan.

Sementara mas Afin, selain UTS semester ganjil kelas II semua nilainya berkisar 80 atau 90. Bahkan pada UTS semester gasal kelas IV mendapat nilai sempurna alias 100. Bukankah bisa disebut tak mengalami kesulitan? Faktanya tahun ini justru yang terjadi diluar dugaan. Mas Afin dan mbak Alma mengalami tragedi matematika secara bersamaan.

Padahal saat papa menurunkan mereka di depan sekolah saat UTS, selalu diingatkan untuk teliti dan di cek kembali sebelum dikumpulkan. Namun mau diapakan lagi kalau memang hasilnya tidak menembus angka 65. Dirumah, jelas mereka terdiam dan harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya.

Kalau semester depan targetnya tidak bisa mencapai angka 80, maka selama sampai hasil tes dibagikan tidak ada PS, buku cerita atau game internet. Tapi kalau menetapkan angka minimal 80 masih tersedia fasilitas tersebut. Keduanya tidak berani mematok target diatas 80, otomatis fasilitas permainan tidak boleh dipakai.

22 Oktober 2011

Dik Adhan Di Dalam Kendaraan

Naik mobil rupanya merupakan hal yang menyenangkan bagi dik Adhan. Beda dengan kedua kakaknya yang mudah muntah. Jadi kalau ada yang ajak naik mobil, orang baru kenalpun akan mau dia diajak. Apalagi masuk ke dalam mobil, wah dijamin diem aja deh. Maklum kami memang belum memilikinya sehingga dik Adhan jarang naik.

Bulek Ucik kalau mau ajak juga mbujukin seperti itu. Meski sudah puluhan kali naik, rupanya tetap nikmat. Kalau didalam mobil, sukanya memandang keluar. Bila lihat truk, bus, mobil bos atau kereta api pasti responnya luar biasa. Nunjuk dan sembari menggumam meski tidak cukup jelas. Itulah beberapa kendaraan yang memang menarik perhatiannya.


Beberapa kendaraan memang digemarinya sehingga jika mainan kendaraan cukup betah. Imaginasinya atas kendaraan juga sudah lumayan. Saat menjemput mas Afin dan mbak Alma merupakan moment berharga bagi dik Adhan. Sore hari juga waktu yang ideal untuk jalan-jalan melihat berbagai jenis kendaraan.

Naik bus juga pernah dirasakan saat kami mau ke pekalongan. Tidak rewel dan betah saja didalam bus. Apalagi posisi duduknya didepan. Didalam mobil, dia mau dipangku siapapun yang penting bisa melihat keluar. Mama sebenarnya pengen mengajak naik kereta api, cuma belum ada saat yang pas untuk itu.

Kalau kedua kakaknya begitu masuk kendaraan tampangnya bete aja. Karena selang 2-3 jam perut sudah kerasa ga enak. Padahal saat mereka kecil, tidak muntah. Atau memang begitu pertumbuhannya. Apalagi kami memang tidak terbiasa naik kendaraan. Ehm semoga kelak kalian bisa rutin naik.

08 Oktober 2011

Agar Dik Adhan Mau Makan

Berbagai cara dilakukan sebagai upaya dik Adhan mau makan soalnya memang agak susah juga maemnya. Cara yang dilakukan memakai alat lain atau dengan tindakan-tindakan yang membuat adik ga merasa sedang makan. Jam makanpun dirubah agar rasa lapar bertambah. Dibanding mas Afin dan mbak Alma, dik Adhan memang paling susah.

Bagaimanapun mengkonsumsi makanan utama tetap perlu sebagai energi serta tumbuh kembangnya dik Adhan. Saat ada mbak Ida biasanya makan pagi jam 06.00 hingga jam 07.00. Mama juga sering nyuapin pada jam itu. Kalau tidak dengan jalan-jalan ya sambil nonton VCD alif ba ta, lagu anak-anak atau film upin ipin.

Kebetulan papa waktu itu kerja di Jakarta sehingga pas pulang dibawakan kaset terbaru sekalian membelikan film yang diinginkan mas Afin dan mbak Alma. Siangnya makan juga sambil lihat VCD atau mainan. Bila pas libur sekolah, mas Afin dan mbak Alma terlibat mengajak mainan dik Adhan. Tidak tentu makan banyak sih tapi setidaknya beberapa suap mau.

Pun dengan berbagai rangsangan lain misalnya memberi minyak ikan. Hemmm sepertinya tidak terlalu berpengaruh tuh. Setelah mbak Ida menikah, awalnya pola makan lebih susah sehingga beberapa hari kalau pagi hanya mengkonsumsi roti tawar. Siang dan sore juga kombinasi nasi serta roti.

Krupuk juga menjadi makanan favorit dik Adhan sehingga sering disertakan. Belum tentu lahap juga malah krupuknya aja yang dimakan. Mama dan papa bersepakat agar makan sore digeser dari jam 15.00 (sebelum mandi) menjadi habis maghrib. Dengan catatan paling tidak 1,5 jam sebelumnya tidak diberi konsumsi apapun kecuali minum putih.

Lumayan berhasil dan makan agak lahap. Setelah makan, mama memberi buah atau roti tawar atau asupan lain. Susu diberikan diatas 1 jam setelah makan. Cara jitu mama ini rupanya memberi dampak baik. Kini makan siang jam 12.00 hingga jam 13.30 tergantung situasinya. Dan akhir-akhir ini mama nyuapin adik sembari melihat upin ipin lewat internet.

Jika makan sorenya setelah maghrib, biasanya kita berlima makan bersama. Krupuk juga tidak menjadi menu wajib. Siang hari sesekali saja papa suapin kalau mama kebetulan tak bisa pulang. Kalau papa sukanya nyuapin sambil mainan mobil-mobilan. Karena sudah keseringan sembari lihat VCD. Kelak semoga makanmu banyak ya nak sehingga badannya gede dan cepet jalan, Amin.

05 Oktober 2011

note about me

aku sekarang sudah besar. aku sudah kelas lima. tapi, aku belum lepas dari sifat pemarah dan cengeng. aku juga egois. aku juga belum bisa mengalah. pokoknya jarang banget aku ngalah. apalagi sama adikku yang masih kecil.

barusan aku nggak mau ngalah sama adikku. hanya masalah HP. aku takut bateraiku akan habis. ya, begitulah. kembali lagi, aku rebutan sama kakakku. sekarang masalah es. habisnya, tinggal setengah gelas. jadi kepingin dihabisin. sebenernya aku mau ngalah, tapi ya gimana juga. nggak enak deh.

ya, begitulah keseharianku, udah nggak bisa ngalah, pemarah, egois... heh... ngeselin. tomboi lagi. habis, kalau feminim itu gak enak banget. nih pendapatku tentang nggak enaknya jadi feminim:
1. harus tampil anggun dan cantik,
2. harus berdandan setiap hari,
3. boros uang karna untuk membeli keperluan agar menjadi cantik,
4. memakai bahasa yang sopan,
5. suka memakai rok,
6. tidak boleh bermain sepak bola, dll.
itu menurutku. pokonya jadi feminim itu nggak enaaaaak banget. bener-bemer nggak enak. seperti tersiksa saja. hobiku kan bermain sepak bola. kalau nggak main semingguu aja, aku sengsara banget. walaupun udah cidera, luka, apa kek, yang penting maen sepak bola!
itu catatan tentang diriku. udah, ya, aku capek nih, bye.

~Anugrah R. Salma~

03 Oktober 2011

enaknya krupuk sambal pedas....

"huh... lama amat sih..."gerutuku dalam hati. aku berdiri di dekat gerbang sekolah sambil menunggu papa menjemputku. teman-temanku pada istirahat dan jajan dikantin atau diwarung luar sekolah. mereka kan drumband. sebenarnya, drumband itu ekstra wajib. aku nggak pernah ikut karna fisikku nggak kuat, dan aku harus nemenin adikku di rumah. itu alasanku.

setelah sampai di rumah, mama menyisirku dengan sisir khusus kutu. habis, belum seminggu ini, aku ketularan seseorang yang punya kutu. yah, semua orang yang ada di rumahku (kecuali dik Adhan) ketularan. Dik Adhan kan rambutnya dicukur tentara. jadi tipis. dan rambut dik adhan bukan tempat yang tepat untuk sang kutu. kan gampang ketahuan... ya tho???

setelah itu, aku memotong koran bekas yang dibantu papa. kan ada tugas SBK. tugasnya adalah membuat topeng dengan cetakan balon. caranya kasih tau gak ya??? gak usah deh. ntar kepanjangan. tanya mbah Google aja, ya...

mama pergi ke kantor lagi. sekarang aku dirumah sama papa dan dik adhan. asyik nih... dik adhan celotehan sendiri sambil muter ke sana kemari dengan gaya mengesotnya yang canggih dan mirip seperti dangdut. habis... adikku yang super imut itu belum bisa jalan sih... bisanya ngesot, apa boleh buatttt...


nah, kalau udah kayak gitu, aku bisa tidur-tiduran di lantai, atau mainan sendiri... ya, pokoknya santai. sudah pukul 14.40, nih. waktunya papa jemput mas Afin. aku dirumah sambil maen lompat kodok sama dik Adhan. mainannya gak susah-susah amat, kok. jadi gini, aku ngelompatin dik Adhan, trus menggagah dan adikku menerobos kakiku.

waktu berjalan.........

maaf, ya cuma kutulis waktu berjalan, soalnya kepanjangan kalau aku ceritain dari awal-akhir. jadi singkat aja...

sekarang pukul 07.35, selesai belajar. aku mengambil buku coret-coretanku dan menggambar sesuka hati. sekarang udah waktunya makan, nih. tapi aku nggak lapar. blas... blas... cuma 5% lapar.

aku makan nasi dengan tahu dan sate ayam yang dibeli mama di hik tetangga. nggak terlalu nafsu, nih. jadi nasinya dikit deh. untung dah shalat Isya, bisa santai deh.

"mas afin kok belum bangun sih? belum shalat lagi, udah gitu tiduran di tangga lagi... ckckckck... "desahku pelan. mas Afin sebenernya udah dibangunin sama papa. tapi enggak bangun. bangun cuma pas naik ke atas untuk pindah. huhhhhhhh...

aku menghampiri papa yang sedang makan. aku mengambil kecap pedas disamping papa sambil tidur-tiduran. "ini pedes, nggak, Pa?"tanyaku sambil menunjukkan kecap pedas. papa mengangguk. aku jadi ingiiiiiiiiiiiiiiiiiiin sekali mencobanya. aku mengambil krupuk yang kemudian kuoles kecap pedas itu banyak-banyak. biar pedes gitu, loh.

"huh... hah..."aku kepedasan. pedes, tapi makk... apa hayoo? mak... duuuut, eh salah. maknyussssss, jadi maklerrrr... tapi Yummy Be-Ge-Te, lho... untung mas Afin masih bobok, jadi aku nggak usah rebutan, deh.

ngantuk nih, aku mau tidur. udah pukul sembilan lebih lima puluh lima nih... aku bobok dulu, ya.... bye...

02 Oktober 2011

Ketika Sore Hadir

Hampir setiap sore, dik Adhan jalan-jalan memakai motor bersama papah. Kadang ditemani mbak Alma, mama atau mas Afin. Jalan-jalan sore lebih sering menyusuri tepian rel sembari berusaha menantikan saat kereta api lewat melalui jalan yang menuju ke arah gawok. Ga jauh koq paling cuma 1-2 kilometer. Bila beruntung maka akan sempat menjumpai 4-5 kereta lewat.

Tahu apa reaksi dik Adhan, tentu senang dan melambai-lambaikan tangannya. Mangkal dekat perlintasan kereta api merupakan tempat ideal apalagi ada pepohonan. Belum lagi banyak mobil lewat yang juga menarik perhatian dia.
Pulangnya kadang menyusuri sawah melewati beberapa perumahan sekitar perumahan kami. Perjalanan itu dilakukan setelah mandi baik sebelum atau sesudah makan sore.

Selama perjalanan adik memerhatikan sudut-sudut jalan. Dulu lebih suka memperhatikan papan nama namun sekarang banyak melihat tiang listrik hingga berlalu dihadapannya.
Tidak ada reaksi berlebihan seperti melihat kereta atau mobil box, hanya diamati secara serius pada ujung tiang. Entah apa sebabnya hingga kini kami tak ada yang mengetahuinya.

Yang jelas kami semua merangsang segala motoriknya untuk mendapat pengetahuan yang luas. Jadi bila dulu mas Afin dan mbak Alma lebih banyak eksplorasi dengan buku dan tv serta lingkungan rumah, dik Adhan mengalami lebih komplek.
Sesekali pulang jalan-jalan sore mampir ke supermarket deket perumahan kami yang di bagian depannya ada mainan mobil-mobilan.

Saat pertama naik sempat menangis dan minta turun. Alhamdulillah sekarang malah minta dinaikkan. Rupanya sudah mulai menikmati mainan maju mundur yang jalannya pelan.
Di zona permainan yang terletak di supermarket agak besar, dik Adhan belum mau. Sepertinya dikarenakan goyangannya lebih keras sehingga merasa tidak nyaman. Belajar atas beberapa hal memang tidak bisa sekaligus, harus secara perlahan. Belajarlah atas lingkunganmu sayang agar kau benar-benar mengenalnya

01 Oktober 2011

Keseharian Dik Adhan

Sejak sebelum lebaran Tahun 2011, dik Adhan banyak menghabiskan waktu hariannya bersama papa. Hingga awal oktober belum juga ada pengganti mbak Ida yang menikah 3 hari setelah lebaran. Meski demikian, dik Adhan melalui hari-hari siangnya dengan penuh ceria. Apalagi mama juga tetap nyuapin.

Pagi setelah makan, dik Adhan dimandikan mama sembari nunggu papa pulang dari antar mas Afin dan mbak Alma sekolah. Saat mama mandi dan beli sayur maka bermain dengan papa. Kemudian sekitar pukul 08.30 jelang dikeloni mama. Dulu sehari bisa tidur dua kali namun setelah berulang kali tidur malamnya sampai pukul 22.00 bahkan lebih, diputuskan dik Adhan tidur hanya di pagi hari.

Jadual makan sore juga bergeser, dari jam 15.00 menjadi diatas jam 16.00 atau setelah mandi sore. Tidur pagi biasanya hingga jam 10.00 atau 11.00 ya sekitar 2 jam dari mulai tidur. Setelah itu maen bersama papa entah petak umpet, mobil-mobilan, lihat teletubbies atau lainnya. Sekitar jam 12.00 atau lebih mama akan datang untuk nyuapin adik. Papa juga sesekali nyuapi bila mama rapat atau ada acara.

Sebelum mama berangkat lagi, papa jemput mbak Alma. Pasca lebaran mbak Alma pulang sekolah hari Selasa - Kamis pukul 14.30 bersamaan dengan mas Afin. Jadi kalau senin saat papa jemput mas Afin, dik Adhan akan dirumah bersama mbak Alma. Tapi hari Selasa-Kamis tentu ikut menjemput dua kakaknya.


Sore hari jam 15.00 saat papa angkat jemuran atau menyapu, kadang ikut digendong. Abis mas dan mbak sesekali membaca atau main sendiri sehingga dik Adhan ga ada yang nemeni. Alhamdulillah meski begitu kesehatannya terjaga dengan baik. Belajar jalan masih terus dilakukan dan semoga segera bisa, amin.

Template by:

Free Blog Templates