17 September 2014

Soal Luka, Tangis Anak atau Mama, Papa Pilih Menjauh

Papa itu orangnya suka ga tahan hatinya kalo ada yang terluka fisik. Itu sejak papa kecil makanya sering nyingkir dengan mimik galau gitu. Nah semalem mbak Alma mau buat prakarya. Nyari kardus, cutter sama penggaris. Yang lain beraktivitas sendiri-sendiri.

Tiba-tiba mbak Alma berteriak "aduh" kena cutter, papa melihat dan jelas muncul darah merah kental dari jempol kirinya. Meski sudah dilap bolak balik tetap saja keluar. Papa menyarankan ditempel pake es. Sedang mama menasehati lain kali pakai gunting saja karena bahaya. Papa sama sekali ga mendekat dan menyelesaikan pekerjaan mbak Alma.
Mama menemani mbak menempel es di jempol kirinya. Tentu menagis sebab lumayan dalam lukanya. Ah papa jadi teringat beberapa kejadian yang membuat papa memang ga tega. Sebut saja saat mama melahirkan, papa selalu menjauh karena ga tega dengar jeritan sakitnya mama melahirkan mas Afin, mbak Alma maupun dik Adhan.

Juga saat mas Afin tangannya mau diluruskan setelah patah sempurna di sekolah. Papa menjauh dari ruang rumah sakit dimana mas Afin berteriak kesakitan dan ditemani mama. Atau saat mas Afin sunat, jangankan nungguin diluar kamar, papa lebih baik berkendara ke sawah membawa hp dan bilang ke mbak Alma untuk sms kalau sudah selesai prosesnya.

Kejadian tangan mbak Alma mengingatkan beberapa kejadian yang membuat hati papa getir, perih dan sakit. Sepanjang mbak Alma mengobati lukanya, papa sama sekali ga berani melihat luka. Bawaannya sewot dan menyesal kenapa membiarkan mbak Alma menangani tugasnya sendiri.

10 September 2014

Ada Apa Dik Adhan?

Karakter anak pasti berbeda dan uniq, tidak ada satu sama lain akan sama persis. Pun demikian seperti halnya dik Adhan bila dibandingkan dengan kakaknya. Bila di awal sekolah TK berani ditinggal, pulangnya ceria kini setelah 2 bulanan mulai ngambek.

Dik Adhan lebih suka pulang siang, tidak mau bobok di sekolah. Alasannya bisa nenen mama, disekolah ga enak dan dik Adhan merasa sedih. Saat ditanya mama kenapa sedih, dijawab tidak tahu. Yang jelas tidak ada yang mengusilinya. Kami sempat cerita ke bundanya di PAUD dan teman karibnya memang ada 2 Anggra serta Azis (adik manggilnya Ayis).

Anggra tipe anak yang sangat aktif, kadang memang sengaja berkomplot untuk menolak perintah bunda. Menurut bunda, dibiarkan saja tetapi diarahkan. Kami masih tidak cukup yakin "bertarung" dengan pengaruh temannya. Terbukti si anak mengaku sedih. Versi lain pas Senin ketika pada main diluar, bundanya memanggil dengan suara tinggi. Itu disimpulkan dik Adhan sebagai kemarahan.

Kami tidak tahu dimana posisi dik Adhan saat dipanggil. Bisa jadi ada di dekat bunda sehingga suara keras itu terasa lebih keras lagi. Papa mencoba menawar untuk pulang siang paling hanya Selasa dan Jum'at plus Sabtu yang memang lebih dini.

Awalnya dik Adhan okey saja namun Rabu pagi kembali mewek minta dijemput siang. Disekolah sama saja, terlihat sedih dan tidak segera beranjak meski disamperin Anggra serta Aziz. Ah ini tantangan bagi mama papa untuk segera mencari jalan keluar.

05 September 2014

Ultah Tanpa Papa

Kami dirumah ber5, dengan ukuran rumah yang kecil mungil yang sesekali ketika tamu hadir terasa penuh, sesak alias gerah. Maklum tidak luas namun sungguh, kini bisa ditanya anak-anak tempat mana yang selalu mereka rindukan? Tempat mana yang ingin dipijak selalu? pasti jawabannya rumah. Terlihat ketika pergi, selalu ingin cepat kembali.

Suasana diruangan manapun selalu meneduhkan. Lihat saja mereka beraktivitas. Setiap sudut menjadi tempat favourite mereka. Bercengkerama, tertawa, menangis, bersedih dan seluruhnya. Nah begitupun ketika mereka ultah, kegembiraan itu seakan memancar dari tiap sudut.

Maka semua yang dirumah kami sebenarnya ingin hadir, tertawa dan berpelukan bersama. Mensyukuri apa yang sudah ada hingga kini. Semuanya menguatkan, mengeratkan, mengharap dan berdoa. Sayangnya kadang keinginan itu tidak bisa diraih. Termasuk ketika dik Adhan berulang tahun ke 5 September ini. Berhubung papa lagi banyak kerjaan, tiup lilin tanpa papa.

Bernyanyilah selamat ulang tahun mereka berempat, meniup lilin, memakan kue dan membuka kado. Di tempat kerja, sungguh papa ingin hadir. Yah yang penting semoga ke depan dik Adhan akan makin besar, cepat pintar dan jadi anak Sholeh. Hadiah-hadiah ulang tahunpun dibuka, hhhmmmmm.... diapun merasa senang dan gembira.

Kakak-kakaknya mampu menghadirkan suasana yang menyenangkan dirinya. Hadiah yang diterimanya langsung dibuka dan dimainkan. Sehari sebelumnya bahkan sudah ada mainan yang keburu dibuka. Wajar si Adik sama mbaknya ga tahan untuk segera main lilin itu.

Template by:

Free Blog Templates