27 Oktober 2014

Ketemu Melia Putri Di Cawas Klaten

Rupanya penggemar mbak Alma sudah cukup banyak. Maklum yang kenal lewat media sosial juga terus berdatangan. Itupun kadang media sosial di facebook tidak tiap hari dikelola penuh. Sebab waktu untuk sekolah, istirahat, belajar dan membantu mama saja kadang hampir habis. Hari Sabtu - Minggu biasanya sigunakan untuk membaca atau menulis.

Media sosial juga diperkirakan yang menjadikan buku kedelapan mbak Alma menjadi cetak ketiga. Ini kali pertama buku karya mbak Alma diterima baik. Kata papa sih selain unsur cerita, cover serta judulnya menarik. Artinya bagi anak-anak yang melihat, magnet itu kerasa banget. Perpaduan warna dasar, judul dan gambar membuat pembaca akan penasaran.

Ekspresi gambar juga menunjukkan ada sesuatu. Tulisan OMG menambah kesan penasaran tersebut ditambah kejadiannya bukan di dalam negeri. Efek lain dari berkembangnya sosial media, permintaan pertemanan terus saja berdatangan. Tidak mungkin juga mbak Alma membuka terus bahkan kadang perlu diingatkan.

Ada juga yang mengajak bertemu apalagi saat ada jumpa penulis, banyak yang ajak foto bareng. Nah diluar itu, saat ke Klaten ada salah satu teman media sosial mengajak ketemu. Mbak Alma berusaha menepati tawaran tersebut.

Usianya sebaya dan hanya kenal di sosial media. Amelia atau Melia mengajak bertemu di Cawas. Dia mengajak temannya sedang mbak diantar sama papa dan dik Adhan. Melia membeli 2 buku, minta tandatangan dan kemudian berfoto-foto bareng. Melia sempat membeli buku Are You OK Grandma dan London OMG!. Semoga kedepan banyak lagi karya mbak Alma yang luar biasa.

25 Oktober 2014

Naik Kereta Lagi, Dik Adhan

Begitu mendengar kabar mbah Uti sakit, papa mama dan dik Adhan segera meluncur ke Pekalongan. Mbak Alma dan mas Afin sesaat ditanya menjawab tidak apa-apa ditinggal apalagi cuma sehari. Ya mama turut ke pekalongan walau esok harinya langsung pulang. Hari Minggu sebelumnya papa mama dan dik Adhan dari Klaten, kebetulan simbah ada acara arisan sehingga perlu bantu-bantu.

Untuk memudahkan perjalanan, kami menaiki kereta yang berangkat habis subuh dan jelang dhuhur udah sampai dirumah simbah. Selama berada di Pekalongan bersama papa 4 hari terlihat senang. Apalagi bulek sama om sempat mengajak main ke mall. Maem dan mandi bisa sama mbah atau mak nduk sekalian sama dik Naya.

Untuk tidur siang maupun tidur malam tentu sama papa. Walau tidak nenen mama, rupanya semua berjalan lancar. Tidurnya juga nyenyak lha gimana ga, pake AC soalnya. Tiap hari bermain dengan Naya serta untungnya rukun, jarang banget bertengkar, rebutan mainan atau beda minat mainan. Pun dengan dik Yoga bermain biasa.

Yang paling membuatnya ceria ya selama perjalanan ke Solo atau ke Pekalongan. Naik kereta serta melihat kereta lain. Sewaktu di Poncol, dik Adhan melihat kereta baru yang diluncurkan belum sampai sebulan. Namanya Kedung Sepur, nama itu langsung diingatnya hingga pulang ke Solo.

Hanya sewaktu tiba di Solo, dia malas bersekolah. Sempat nangis saat diantar dan maunya ditinggal di Pekalongan, sekolah ditempat simbah dan lain sebagainya. Adik ga mau sekolah pulang sore hari dan ini menjadi PR yang masih akan dihadapi mama papa.

24 Oktober 2014

Benahi Nilai Beberapa Mata Pelajaran

Setelah seminggu penuh mas Afin dan mbak Alma berkutat dengan test tengah semester. Sehari bahkan kadang 3 mata pelajaran. Tentu tidak gampang karena yang diajarkan cukup banyak. Mereka berdua menerapkan strategi berbeda. Bila mas Afin belajar dari jam 5 sore dilanjut habis maghrib namun mbak Alma siang, sore, malam kadang jelang berangkat.

Menurut mas, sudah banyak yang difahami sehingga hanya perlu merefresh saja. Mbak Alma sempat kesulitan dalam soal matematika. Nanya papa, angkat tangan. Nanya mas Afin dijawab sudah lupa. Akhirnya tanya teman mas Afin.

Kebanyakan mereka belajar sendiri dan tipe belajarnya cukup berbeda. Mbak Alma lebih sering berada diruang tamu dengan menghapal sedangkan mas Afin tetap didepan kamarnya sembari bermain bareng adik. Ya kadang menghapal juga meski tidak sesering adiknya. Janji diberi reward bila hasilnya bagus, membuat mereka ekstra keras belajar.

Alhamdulillah hasil yang didapat secara nila memuaskan. Mas Afin rata-rata 86 sedangkan mbak Alma dapat 89. Titik yang harus ditingkatkan yakni Matematika dan Bahasa Inggris. Untuk Matematika sewaktu ditanyakan ke Wali Kelas, rupanya ada kendala dari sisi guru pelajarannya. Berarti yang perlu disesuaikan tentu mbak Alma dan mas Afin.

Secara total hasilnya memang bagus namun masih ada bolong-bolong dibeberapa mata pelajaran. Pun dengan kurikulum 2013, rupanya belum diterapkan di sekolah. Dari pelacakan papa ke teman mbak Alma, ada sikap yang perlu dirubah dan menjadi indikator penilain. Trims ya anak-anak, sudah merubah diri.

15 Oktober 2014

"Mama, Jemput Siang Ya Ma"

Seminggu terakhir dik Adhan ngotot pulang siang meski sudah dibujuki papa untuk pulang sore. Sebab rencananya akan diajak papa ke Pekalongan naik kereta. Kalau saat sore hari diingatkan sih jawabnya iya namun esok paginya berubah.

Mama yang agak kerepotan sebab sejak bangun tidur hingga menjelang ditinggal di sekolah selalu minta jemput siang. "Nanti jemput siang ya ma" tutur adik.

Awal bangun kata-kata pertama yang sering diomongkan "mamaaaa.... aku nanti pulang siang? Aku ga mau ikut papa ke pekalongan. Mau dirumah saja". Mama sampai bosan harus menjawab. Begitupun selesai mandi pagi, "Nanti jemput siang ma" sembari turun tangga.

Di sela-sela makan pagi, tak jarang keluar kalimat "Ma, jam 12 itu siang ma? Nanti bobo dirumah ya ma" pinta adik. Kalau jawaban mama tidak memastikan jemput siang, begitu mau ditinggal disekolah maka wajahnya mimblik-mimblik mau nangis.

Dengan terisak sambil bilang "Ma, nanti jemput siang ya ma ya.... mama... adik dijemput siang, bobo dirumah"pintanya. Kalau sudah begini mama kebingunan. Dulu papa sudah menawarkan 1 minggu jemput siang 3 kali saja yaitu hari Selasa, Kamis dan Sabtu.


04 Oktober 2014

Challange Dari Mama Papa Untuk Mas dan Mbak

Ini mid semester pertama atau UTS Tahun 2014 saat mas Afin kelas IX dan mbak Alma kelas VIII. Tidak mau terulang kejadian semester akhir kemarin, papa menantang mereka meningkatkan prestasi. Caranya tentu dengan memberi reward bila nilai mereka diatas 90 dan punishment bila dibawah 80 untuk mata pelajaran pokok.

Sedang mata pelajaran yang bukan pokok apalagi tidak mereka kuasai seperti olahraga, ketrampilan, seni memang tidak ikut dihitung. Wajar saja sih karena memang pertama bakatnya tidak disana, kemampuannya kalau toh pun didorong tidak optimal betul.

Mas dan mbak akhirnya menerima tantangan. Mama papa sih tidak atau hampir tidak membandingkan dengan temannya satu kelas. Ini yang harus disadari bahwa membandingkan dengan anak lain tidak cukup fair. Makanya tantangan lebih ke dalam diri mereka sendiri. Berdasarkan pengamatan mama papa, usaha mereka ketika test sih biasa saja.

Belajar ya paling sampai jam 20.00, disambil makan minum, liat teve, sms dan banyak aktivitas lain. Mama papa sendiri sudah cukup kewalahan dengan perkembangan mata pelajaran. Sudah banyak yang tidak bisa diikuti terutama seperti matematika.Apalagi mas Afin kini kelas IX, dan sebentar lagi bakal menghadapi ujian nasional.

Hingga test terakhir nilainya masih bagus serta bisa mengikuti. Hal ini bisa dilihat dari jarangnya mereka bertanya soal matematika. Ah semoga kalian berhasil membenahi nilai kalian ya nak...

Template by:

Free Blog Templates