20 September 2013

Kami Menyayangi dan Mencintaimu Mama

Mama atau bunda bagi siapapun adalah orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Tak peduli itu cantik atau biasa, orang kaya atau miskin, hidup di kota atau didesa dan lainnya. Mama selalu ada untuk anak-anaknya dan memberikan yang terbaik. Beliau selalu berkorban walau kita sedang tak meminta apalagi kita memohonkan pengorbanannya.

Mama ku selalu bisa kutemui saat mataku terbuka dipagi hari dan jelang terlelap malam hari. Ada, hadir dan mendampingiku. Kami, anak-anaknya merasa sangat bersyukur memiliki beliau. Kasih sayangnya seakan-akan terus menerus mengalir dan tak pernah kering. Meski kami kadang membuatnya marah, permaafan itu pasti akan hadir.

Engkau menyediakan apa saja yang kami butuhkan mulai tempat tinggal, makan pagi, buku sekolah, uang jajan hingga pelukan hangat. Kalau ada dari anak-anaknya yang salah sudah pasti akan ditegur dan dinasehati. Entah apa kami bisa membalas semua kebaikan mama yang sungguh tak ada bandingannya dalam situasi apapun.

Dirimu juga tak pernah berdiam diri, selalu saja ada yang dikerjakan. Ketika mata kami terbuka dipagi hari, kutemukan beliau sedang menyapu, mencuci piring, menata barang atau menggoreng lauk sarapan kami. Pun menjelang terlelap mata kami, dirimu masih menemani dengan cinta dan kasih sayang. Tak jarang menemani belajar hingga larut.

Padahal mama juga bekerja bukan orang yang tinggal dirumah. Pulang kerja dengan peluh dan rasa lelah tak bisa membuatmu rehat barang sejenak. Jangankan hari biasa, bulan puasapun beliau selalu mengerjakan sesuatu tuk keluarganya.

Mama, ijinkan kami mengabdi dan membalas semua kebaikan mama.
Doakan kami menjadi orang-orang yang berbakti
Doakan kami menjadi lilin diantara gelapnya malam
Doakan kami kelak dapat membahagianmu

Saat Mas Afin dan Mbak Alma Bersepeda Ke Sekolah

Demi masa depan mereka, mama papa mendorong mas Afin dan mbak Alma sekolah menggunakan sepeda. Manfaatnya memang banyak tidak sekedar mandiri saja. Mulai minggu lalu mereka berangkat dengan naik sepeda sendiri-sendiri. Memang agak jauh sih, dihitung jarak melalui jalur normal mencapai 6 km dengan tingkat keramaian yang lumayan.

Setidaknya dititik underpass, tugu lilin, perempatan purwosari, bunderan manahan dan bangjo sambeng. Berhubung mereka naik sepeda, papa mencarikan jalan yang lebih singkat dan minim keramaian. Disarankan mereka melalui transito nembus ke belakang Solo Square dan menyeberan dekat pos polisi kerten. Dengan memanfaatkan lampu merah maka titik keramaian tinggal di bundaran manahan dan bangjo sambeng.

Jarakpun bisa terpangkas sekitar 1 km sehingga tersisa 5 km. Mama menyarankan naik sepeda untuk kesehatan, pertambahan tinggi badan, perkembangan tubuh, Bagi papa, yang juga penting mendidik mereka mengerti perilaku dijalanan yang kadang memang harus dipelajari dan dimengerti. Sebab budaya dijalan tanpa diterangkan akan membahayakan anak-anak.

Banyak kecelakaan yang terjadi karena budaya berlalu lintas yang tak baik. Papa lebih menekankan pada budaya menyalip yaitu dengan melihat kebelakang terlebih dahulu. Hal ini harus dibiasakan supaya ketika mereka besar akan terbiasa. Alhamdulillah mereka kemudian menjalani dengan baik bahkan papa pernah membuntuti dalam 2 kali pulang.

Yang penting tetap menjaga diri dalam perjalanan. Memang tidak mudah dan ini demi masa depan kalian. Pasti banyak pengalaman selama menempuh perjalanan pulang. Ada banyak catatan yang bakal terpatri dalam ingatan kalian dan kelak pasti bermanfaat.

17 September 2013

Tirulah Bundamu Nak

Nak, meski sampai sekarang mama papamu belum banyak memberi fasilitas tapi syukurilah apa yang sudah dimiliki. Nikmatilah apa yang ada di rumahmu dan suasananya karena banyak diantara tetangga dan teman kalian tidak menikmati hal itu. Jangan semua selalu dikaitkan dengan barang mahal atau fasilitas yang kadang tak mungkin berada dibangunan ini.

Sadarilah, kalian dilahirkan oleh bunda yang luar biasa. Bunda yang tidak hanya mampu memberi gizi terbaik, pendidikan terbaik namun juga luasan samudra kesabaran dan kasih sayang yang tak bakal kalian temui dimanapun. Jangan lihat fisik beliau namun lihatlah apa yang selalu dilakukannya tiap hari demi anak-anaknya. Sungguh, sulit membalas apa yang sudah dilakukannya selama ini. Pengorbanan fisik itu pasti namun hati beliau sungguh luar biasa.


Fahami bahwa kalian dilahirkan oleh bunda yang memiliki pribadi dan pemikiran yang luar biasa. Hingga 13 tahun kalian berada di keluarga, bukunya sudah terbit lebih dari 5. Dan itu tidak hanya dinikmati sendiri, selalu bersama-sama kita. Ingat saat kita menginap di Novotel Jogja?, di hotel jalan kaliurang? itu saat acara beliau dan kita disertakan agar merasakan betapa beliau selalu mengingat kita.

Tolong bila kalian besar, buatlah bunda kalian bangga, buatlah bunda kalian merasa lega bahwa pengorbanannya selama ini tidak pernah sia-sia. Bunda kalian tak pernah berharap imbal balik apapun selain kesuksesan kalian dalam menempuh hidup secara normal. Makanya penting bagi bunda pada anak-anak agar senantiasa jujur, smart dan rajin beribadah.

Berlakulah secara baik pada orang dan tempatkan diri apa adanya. Tidak usah sombong dan angkuh karena sesungguhnya kesombongan dan keangkuhan hanya milikNYA. Lihat, bundamu masuk daftar orang yang berhak menyeleksi anggota KPU Sukoharjo, itu salah satu catatan keberhasilannya yang lain. Bila orang lain respect pada bundamu, buatlah dunia respect padamu.

13 September 2013

Kejutan-Kejutan Amazing Dik Adhan

Sungguh kejutan demi kejutan kau sungguhkan dan membuat kami terus menerus terkejut bahagia. Apalagi setelah dirimu mulai memasuki sekolah. Berbeda dengan mas Afin dan mbak Alma yang ketika pulang sekolah dari PAUD bisa bercerita tentang apa yang dialami namun dik Adhan lebih sering diam dan jawab seadanya, "Main sama temen-temen". Itu saja.

Tetapi beranjak siang atau sore, tiba-tiba mendengdangkan sesuatu atau berkata yang kami semua tidak mengajarinya. Sungguh luar biasa. Misalnya tiba-tiba dia bilang "tepuk kereta api, tut tut tut.... ejes... ejes... jenggleng". Awalnya susunan katanya tak jelas dan mbak Alma menceritakan ke kami saat pulang kerja. Ah benar, itu jelas tepuk kereta api.

Lantas lain hari mendendangkan doa "Allahumma Sholli Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad..." dengan suara yang bisa kami tebak. Terakhir dik Adhan berujar gini "Bismillahirrahmaanirrahiim.... dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Arrahmaanirrahin... dengan menyebut..."  lho... lho... koq diulangi lagi?

Demikian pula melafalkan doa pulang, atau nyanyian yang sungguh-sungguh ingin kami mengerti namun gagal faham. Kami semua ingin mendampingi agar dik Adhan selalu hapal dan bisa mengikuti bermain di PAUD secara baik. Tekad, keberanian dan kemandiriannya lebih dibanding kedua kakaknya dan inilah yang perlu terus didukung. Terlihat encernya otak yang mampu merekam banyak hal.

Tidak sedikit teman-temannya diawal menangis dan membuat dik Adhan tidak nyaman. Dia terlihat gelisah, cemas dan was-was meski dia tidak menemukan apa yang membuat was-was. Maklum namanya anak kecil, lingkungannya pada menangis ya dia ikut khawatir. Semoga makin hari makin semangat dan bisa menangkap berbagai hal yang dicontohkan guru-gurunya di tempat bermain.

12 September 2013

Akses Telepon Rumah Terpaksa Dibatasi Untuk Dik Adhan

Ternyata becandaan adik soal telpon itu terkadang masuk ke jalur telkom beneran. Sebelumnya mama dan papa menduga telpon itu tak beneran. Kan memang adik mencet nomor asal pijit saja sehingga tidak masuk ke jaringan resmi. Sebelumnya bahkan memakai redial yang akan tersambung dengan nomor yang sebelumnya kami gunakan.

Cuma sudah disiasati dengan mengacak nomor atau memencet nomor telpon rumah sehingga tidak akan tersambung. Begitu tahu, dik Adhan mengganti teknik yaitu memencet 147 yang tersambung ke layanan flexi atau telkom speedy. Dia senang sekali karena dipikirnya mesin penjawab itu orang beneran yang sedang berbicara. Kadang dia asyik turut ngobrol seperti "mama ada?" atau "ini dik Adhan, ada mama sama mbak Alma" tuturnya dengan wajah sumringah.

Beberapa kali sih dia bilang "iya, telkom?" atau "papa dikantor" dan kata lain. Pagi tadi papa curiga sebab sepertinya ada dialog beneran saat adik mainan telepon. Dia cuma menjawab "iya" lantas papa mendekat dan meminta gagang telpon untuk didengarkan serta dipastikan apakah benar dik Adhan menelpon ke nomor tertentu.

"Adik, telponnya jangan untuk mainan ya" suara seorang perempuan di seberang, dan dik Adhan pun melompat-lompat dengan girang. Papa kemudian menutup telpon dan memandangi wajah mama. Mama tersenyum manis mendengar ucapan papa "beneran nelpon ma, ada yang bilang untuk tidak memainkan telp" tutur papa. "Adik, telponnya tidak untuk mainan yah" nasehat mama. Namun dik Adhan malah berujar "Adik telpon aja, telpon ke telkom" jawabnya.

Lantas papa mencari kunci telepon dan menguncinya. Kedua kunci dipisah, satu dilekatkan pada kunci pintu dan satunya di kunci lemari kaca depan kamar mandi. Rupanya dik Adhan memang sedang suka menelpon sehingga berusaha nelpon lagi namun tidak bisa. Dia bilang ke papa "pa, dik Adhan mau nelpon mas Afin sama mbak Alma" pintanya. Namun papa bilang, "Kan mas sama mbak masih sekolah jadi tidak bisa ditelpon. Nanti saja yah kalau sudah besar boleh nelpon" terang papa.

09 September 2013

Segeralah Pulang Ma

Mama berangkat lagi keluar kota, artinya mas Afin, mbak Alma dan dik Adhan harus bersama papa 3 hari 2 malam. Anak-anak sangat berat demikian pula mama dan papa. Tapi ya harus dijalani. Hari Minggu (8/9) kemaren hanya mas Afin dirumah. Semua mengantar mama ke bandara Adi Sutjipto Jogjakarta dengan naik Prameks. Sementara papa berkendara, maklum supaya pulang tidak naik bus.

Sesampai di bandara, waktu masih ada untuk berbincang. Kami bercengkerama menunggu jadual pemberangkatan. Dik adhan sempat mainan trolly sama mbak Alma serta menengok kereta pas lewat. Maklum bandara dekat dengan stasiun Maguwo, jadi lalu lalang kereta terlihat jelas. Begitu panggilan terdengar, mama pun berpamitan.

Dalam hati mbak Alma dan papa ada rasa yang hilang, dik Adhan terlihat biasa. Kamipun berkendara pulang dengan kecepatan lumayan. "Tadi sampai terasa bergetar le mas motornya tapi aku ga takut wong papa hati-hati" cerita mbak Alma pada mas Afin. Karena mama tidak dirumah, mbak Alma tidur sama dik Adhan dan papa.

Mereka tahu tugas masing-masing termasuk mencuci piring, menyiapkan makan pagi, menyapu dan lainnya. Ini bukan pertama kali kami jauhan sama mama. Untungnya bukan untuk waktu lama yang jelas ketika tidak ada mama terasa berat. Dik Adhan bolak-balik nanya mama, ngajakin papa jemput mama. Papa juga kadang kelelahan menemani mereka lepas maghrib sehingga tertidur walau sebentar.


Template by:

Free Blog Templates