28 November 2013

12 Tahun Mbak Alma, Sungguh Menyenangkan

Sepertinya ini ulang tahun mbak Alma yang tidak biasa. Menginjak usia 12 tahun, tentu usia bertambah dan pemahaman atas berbagai hal juga bertambah. Kenapa tidak biasa? ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal itu. Diantaranya menjelang hari ultah di 27 November 2013, adik Adhan sakit dan sempat dirawat di RS Kasih Ibu. Tentu kami semua bersedih dan tidak tenang jelang ultah mbak.

Alhamdulillah, sore hari ditanggal itu dik Adhan sudah diperkenankan kembali kerumah. Hadiah ultah yang tentu berkesan. Siang harinya datang surat pemberitahuan dari DAR! Mizan bahwa royalti tahap berikutnya turun. Meski sudah lebih dari 1 tahun buku itu direlease, masih terima kiriman ratusan ribu, Alhamdulillah dan jumlah yang terjual mencapai 130 buku.


Hadiah berikutnya kehadiran mbah uti sama mbah kung dirumah. Awalnya diprediksi cuma mbah uti yang datang. Ternyata mbah kung turut serta jadi menambah ramai rumah. Meski kecil dan tak cukup luas, kenyamanan rumah dengan hadirnya mbah membuat suasana hangat.

Mama dan papa berharap dengan bertambahnya umur mbak Alma semoga senantiasa rajin ibadah, meningkat belajarnya, cerdas, banyak membantu orang tua, mengurangi bertengkar dan makin sayang dengan semua. Satu hal lagi, semangat menulisnya ditingkatkan. Pasca lulus kelas VI sepertinya dunia tulis menulis menjadi berkurang walaupun fasilitas dirumah sudah berusaha dipenuhi.

Interaksi mbak dengan semua masih tetap ditengah usianya yang beranjak remaja. Semoga ini semua bisa dijaga dan makin mendekatkan kita sebagai keluarga. Mari sama-sama saling menyayangi, mengasihi dan peduli dengan rumah. Semua menjadi tanggungjawab bersama.

26 November 2013

Kejang-Kejang, Dik Adhan Membuat Kami Khawatir

Pulang sekolah Senin (25/11) badan dik adhan panas tinggi. Mama khawatir kenapa-kenapa sebab terlihat lemas dan lunglai. Meski sempat makan namun kemudian muntah. Hingga sore panas juga tetap tinggi. Sebenarnya keinginan maem ada tapi begitu masuk mulut langsung muntah. Minum juga begitu meski sudah dituruti apa maunya.

Hingga habis maghrib entah sudah berapa kali tidur bangun dengan intensitas sering. Cukup was-was namun karena hari pertama mama papa tidak membawanya ke dokter. Seperti biasa malam papa keluar ke pos ronda. Begitu pulang, adih ternyata terjaga dan tidak mau ditinggal mama meski cuma edit karya mbak Alma untuk dikirim ke sekolah.

Saat mama sembari edit karya mbak Alma tiba-tiba dik Adhan kejang. Mata fokus satu titik dengan kondisi tidak sadar. Mama papa berusaha menyadarkan namun tetap saja bahkan saat dibawa papa ke ruang tamu, dik Adhan seperti menggigil. Mulutnya tak berkata apa-apa. Papa memeluk erat sambil mengajari istighfar dan terus digoncangkan. Malam itu diputuskan membawa dik Adhan ke rumah sakit.

Menjelang masuk mobil, dik Adhan sudah sadar. Pakde Wijono sempat membacakan doa dan mencium kening dik Adhan. Sesaat kemudian dik Adhan sadar namun kondisinya melemah. Secara cepat mama berganti pakaian, mas Afin dibangunkan dan papa meminta tetangga untuk diantarkan ke rumah sakit. Alhamdulillah ada tetangga yang punya mobil dan masih terjaga. Pakde Winarno dan pakde Wijono menemani kami ke Kasih Ibu, rumah sakit yang menurut mama papa cukup dipercaya menangani secara cepat.

Kami menuju ke IGD yang langsung di handle oleh dokter jaga. Dokter memutuskan dik Adhan menjalani rawat inap. Sebelum masuk ke kamar inap, suster mencoba memasang infus selalu gagal. Tangan kiri, tangan kanan, kaki kanan hingga akhirnya dirujuk ke kamar dulu karena takut anak jadi stres. Papa memprediksi tidak ada sesuatu yang gawat karena tangisan, teriakan dan berontakan dik Adhan cukup kuat.

Kemudian dik Adhan diminta masuk ruang steril bayi untuk coba dipasang infus kembali. Kali ini mama papa tak boleh menemani. Empat suster memasang infus. Air mata mama tak henti sembari melongok dari pintu melihat dik Adhan dipasang infus. Akhirnya dik Adhan diam dan sepertinya infus telah terpasang. Entah saking banyaknya suster atau karena sudah lemas apalagi sejak siang tak makan sama sekali.

Begitu sampai kamar setelah dipasang infus, tak berselang lama sudah langsung tertidur. Mama papa saling menguatkan dan sepertinya cukup trauma atas kejadian kejang-kejang dik Adhan tadi. Sebab selama ini belum pernah menghadapi walaupun anak-anak pernah panas tinggi. Semoga lekas sembuh dan kembali ke rumah.

21 November 2013

Terus Makin Tanggung Jawab Ya Nak

Tak terasa waktu cepat berlalu dan anak-anak tumbuh makin besar. Mama mendidik mas Afin dan mbak Alma secara penuh, tak pernah bosan dan selalu mengingatkan tentang kedisiplinan diri. Walaupun tidak mudah, mama tak pernah putus asa. "Kalau kalian mandiri, yang akan mendapatkan manfaat ya kalian sendiri bukan mama atau papa" tutur mama.

Meski sudah banyak yang diajarkan tetapi memang masih butuh waktu bagi mereka memahami benar bahwa disiplin itu baik. Tugas sehari-hari ya harus dikerjakan terutama yang ringan-ringan seperti menaruh baju ditempatnya, belajar, menjaga kebersihan, beribadah serta yang lainnya. Pendidikan seperti ini difahami mama papa sangat utama yang kelak membantu diri mereka sendiri.


Toh sekarang saja sudah mulai keliatan dampaknya. Dik Adhan sudah ikut-ikutan mengaji habis maghrib, dilanjutkan dengan belajar sebisanya. Atau memberesi mainan walaupun tetap dibantu. Nah Kamis kemarin mama berangkat kerja ke Jakarta. Seperti biasa, pagi mereka menggoreng sendiri untuk makan pagi serta bekal yang dibawa kesekolah. Malam sebelumnya semua cucian piring, gelas, sendok juga tersusun bersih diatas kompor pasca dicuci.

Mama papa bangga kalau kalian bisa membantu orang tua. Dirumah, semuanya adalah tanggungjawab bersama terutama menjaga kebersihan dan penataan berbagai barang. Sepertinya memang sepele soal meletakkan barang namun kadang kalau tidak dikembalikan rumah akan semrawut. Hal ini bisa memunculkan kesumpekan dan tidak nyaman.

11 November 2013

Gondongen Nempel Di Leher Dik Adhan

Entah kenapa tiba-tiba leher kanan dik Adhan membesar dan diiringi dengan badan yang agak hangat. Papa yang diceritakan mama, bersantai karena memprediksi bukan apa-apa. Rupanya ketika disuapin mengeluh sakit sehingga cuma makan roti di pagi hari. Agak siang diajak mama makan soto dan cukup lahap. Hari itu dik Adhan tidak masuk sekolah.

Siang sampai malam minat makannya ga begitu tinggi dan tiap ngunyah mesti bilang sakit. Ketika tidur lumayan agak panas suhu badannya. Papa yang biasa tidur malam sesekali cek suhu badan. Alhamdulillah meski anget namun tidurnya cukup pulas. Pagi hari kesesokannya kebetulan bertemu salah satu guru PAUD. Rupanya ada teman dik Adhan habis sakit gondongen. Diprediksi tertular dari temannya.

Kemudian dik Adhan dibawa ke puskesmas untuk diketahui sakit yang sebenarnya. Kami memang memeriksa sakit ke puskesmas jarang langsung ke dokter. Benar yang disampaikan dokter memang sakit gondhongen. Untungnya tidak ada pantangan makan kecuali terlalu panas atau dingin. Diminta menjauhkan peralatan makan dan mandi dengan yang lain. Termasuk tidak sekolah dulu.

Dik Adhan dibilangi mama untuk tidak minum es dulu termasuk es krim. Obat juga harus habis. Alhamdulillah nafsu makannya tetap bagus. Walau kadang mengeluh sakit, namun makan tetap lahap. Suatu sore tiba-tiba dik Adhan bicara sama mama :

"Ma, leherku sudah ga sakit" kata dik Adhan
"Oh ya" sahut mama dengan wajah berseri

"Ayo beli es krim yuk ma" ajak dia

Kami pun yang mendengar terkekeh. Rupanya dia faham bahwa sebelum sembuh tidak bakal dapat es krim. Saat itu sebenarnya belum sembuh total masih ada sedikit tonjolan di leher kanan. Ada-ada saja dik Adhan, seperti mas dan mbaknya yang cerdas.

03 November 2013

Berkendara Ke Cawas

Pasca berlatih berputar-putar baik menggunakan kendaraan shogun dan giliran dengan revo papa meminta mas Afin berkendara didepan dalam perjalanan ke rumah mbah Klaten. Awalnya mama berkeberatan karena jauhnya perjalanan serta lamanya waktu. Papa justru meyakinkan, ini saatnya mengajari berkendara jauh toh papa bersamanya.

Sementara dik Adhan dan mbak Alma membonceng mama supaya mama tenang. Sebenarnya papa ingin dik Adhan bersama papa agar mama tak repot. Di perjalanan, cara berkendaranya memang sudah tenang. Namun dititik-titik persimpangan atau tikungan kadang kurang hati-hati. Masih suka meremehkan, teledor dan salah perhitungan.

Sepanjang perjalanan ke rumah mbah, setidaknya ada 5 kali mas Afin melakukan kesalahan fatal. Pertama, ketika berbelok ke kanan dipertigaan tugu merah sebelum Baki. Mas menoleh ke kiri setelah separo kendaraan berada di seberang jalan. Ini membahayakan dan seharusnya menengok untuk memastikan tak ada kendaraan lain sebelum menyeberang.

Kedua, di dekat Soto langganan. Sebuah mobil yang akan menyeberang telah menyalakan sign dan sebagian moncong kendaraan telah muncul. Pikir papa, mas bakal mengerem berhenti eh malah terus. Untung dia bisa mengendalikan dengan berbelok ke belakang mobil. Ketiga sewaktu menikung di Karangdowo tak mengurangi laju sehingga pengereman menjadi percuma. Padahal waktu itu dari arah berlawanan ada bus juga.

Keempat, ditikungan tajam laju kendaraan tak dikurangi sehingga rawan masuk jalur berlawanan. Terakhir sewaktu mau menyeberan jalan di dekat rumah mbah tidak menghentikan kendaraan. Padahal posisi dari jalan gang mau menyeberang jalan besar. Inilah catatan-catatan papa yang akan terus diawasi dalam belajar berkendara mas Afin beberapa hari ke depan.

02 November 2013

Sengatan Lebah Di Lengan Dik Adhan

Sabtu (2/11) kami berlima berkunjung ke rumah mbah Klaten. Kedatangan kami menyambut pakde Joko yang mampir saat tugas di Jakarta dan esok Senin gantian ke Malang. Maklum, lama tak ketemu jadi kami semua berlima berkendara ke Mbulu. Lagian sudah lama pula mas Afin dan mbak Alma tak datang ke rumah mbah. Sebab pas mama papa pulang, mereka sudah jarang ikut.

Rutinnya kami bertemu meski sebentar dan seringnya mama cerita soal pakde Joko membuat anak-anak tak merasa asing. Malam harinya pakde Bambang sempat mampir sehingga rumah simbah bertambah ramai saja. Setelah makan malam dan bermain, kami berebahan di depan tivi. Kebetulan mbak Alma sedang memainkan hp barunya.

Dik Adhan kemudian turut mendekat namun mbak dan papa kurang memperhatikan. Tiba-tiba tangannya digerakkan dengan cepat mengusap lengan kirinya berkali-kali sembari bilang sakit. Yang papa pikir ada kejadian tak terduga dan bayangan papa langsung ingat masa kecil mas Afin saat tangannya patah. Segera papa gerakkan tangan adik namun tidak apa-apa dan hanya usapan cepat tangan kanannya.

Segera papa angkat bantal guling, nampak seekor hewan berputar cepat. Papa tak cukup yakin dan ketika disenggol langsung masuk ke bawah bantal. Dik Adhan kemudian menangis dan papa curiga itu lebah. Benar saja setelah diubek-ubek, lebah itu ketemu sudah lemas karena habis menggunakan entupnya.

Mama mencari minyak dan mengusapkan di lengan yang tampak merah. Wah kami semua agak khawatir takut esok harinya mriang. Sebab dulu saat papa kena lebah kecil di rumah mbah secara tak sengaja saja mriang. Alhamdulillah ternyata Minggu hingga malam sampai di rumah kembali, dik Adhan tetap sehat dan biasa saja.

Template by:

Free Blog Templates