26 November 2013

Kejang-Kejang, Dik Adhan Membuat Kami Khawatir

Pulang sekolah Senin (25/11) badan dik adhan panas tinggi. Mama khawatir kenapa-kenapa sebab terlihat lemas dan lunglai. Meski sempat makan namun kemudian muntah. Hingga sore panas juga tetap tinggi. Sebenarnya keinginan maem ada tapi begitu masuk mulut langsung muntah. Minum juga begitu meski sudah dituruti apa maunya.

Hingga habis maghrib entah sudah berapa kali tidur bangun dengan intensitas sering. Cukup was-was namun karena hari pertama mama papa tidak membawanya ke dokter. Seperti biasa malam papa keluar ke pos ronda. Begitu pulang, adih ternyata terjaga dan tidak mau ditinggal mama meski cuma edit karya mbak Alma untuk dikirim ke sekolah.

Saat mama sembari edit karya mbak Alma tiba-tiba dik Adhan kejang. Mata fokus satu titik dengan kondisi tidak sadar. Mama papa berusaha menyadarkan namun tetap saja bahkan saat dibawa papa ke ruang tamu, dik Adhan seperti menggigil. Mulutnya tak berkata apa-apa. Papa memeluk erat sambil mengajari istighfar dan terus digoncangkan. Malam itu diputuskan membawa dik Adhan ke rumah sakit.

Menjelang masuk mobil, dik Adhan sudah sadar. Pakde Wijono sempat membacakan doa dan mencium kening dik Adhan. Sesaat kemudian dik Adhan sadar namun kondisinya melemah. Secara cepat mama berganti pakaian, mas Afin dibangunkan dan papa meminta tetangga untuk diantarkan ke rumah sakit. Alhamdulillah ada tetangga yang punya mobil dan masih terjaga. Pakde Winarno dan pakde Wijono menemani kami ke Kasih Ibu, rumah sakit yang menurut mama papa cukup dipercaya menangani secara cepat.

Kami menuju ke IGD yang langsung di handle oleh dokter jaga. Dokter memutuskan dik Adhan menjalani rawat inap. Sebelum masuk ke kamar inap, suster mencoba memasang infus selalu gagal. Tangan kiri, tangan kanan, kaki kanan hingga akhirnya dirujuk ke kamar dulu karena takut anak jadi stres. Papa memprediksi tidak ada sesuatu yang gawat karena tangisan, teriakan dan berontakan dik Adhan cukup kuat.

Kemudian dik Adhan diminta masuk ruang steril bayi untuk coba dipasang infus kembali. Kali ini mama papa tak boleh menemani. Empat suster memasang infus. Air mata mama tak henti sembari melongok dari pintu melihat dik Adhan dipasang infus. Akhirnya dik Adhan diam dan sepertinya infus telah terpasang. Entah saking banyaknya suster atau karena sudah lemas apalagi sejak siang tak makan sama sekali.

Begitu sampai kamar setelah dipasang infus, tak berselang lama sudah langsung tertidur. Mama papa saling menguatkan dan sepertinya cukup trauma atas kejadian kejang-kejang dik Adhan tadi. Sebab selama ini belum pernah menghadapi walaupun anak-anak pernah panas tinggi. Semoga lekas sembuh dan kembali ke rumah.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates